09. Meleleh

78 6 3
                                    

"Bapak akan umumkan nomor absen berapa yang nilainya lulus." seorang pria berotot sekitar umur 30an memegang kertas penilaian. Ia adalah guru olahraga terkenal akan keindahan bentuk tubuh. -Pak Durwa.

Kelas XII IPS II seluruhnya berbaris tengah lapangan olahraga menghadap Pak Durwa, kebanyakan dari mereka berharap lulus.

"3,4,6,8,9,11,16,19,20,24,26,29,32,33,34." Pak Durwa menggeleng kepala. "Dari 40 murid hanya 15 yang lulus."

Brilliant melebarkan mata tidak menyangka. "Pak, gak salah nomor 6?" tanya Brilliant memastikan nomor absennya.

"Ya, nomor 6 Brilliant Sly Harmoni. Bapak sulit percaya kamu lulus, tapi Bapak ucapkan selamat."

Kkring

Lonceng istirahat berbunyi, pertanda jam pelajaran olahraga hari ini telah habis.

"Silahkan istirahat. Untuk yang gak lulus, siapkan remidial pelajaran berikutnya akan datang." mendengar anggukan dari murid, Pak Durwa mulai meninggalkan lapangan olahraga.

Dara menganga Brilliant bisa lulus. "Brill, lo belajar dari mana? Gue aja kagak lulus."

"Nanti juga lo bakal tahu. Lo duluan tunggu di kantin Tio, ntar gue nyusul." Brilliant menjauhi lapangan olahraga, berjalan cepat melewati banyak Siswa-siswi beristirahat.

"Gue ditinggal? Aneh banget." Dara melongo Brilliant sudah jauh. Menuruti perkataan Brilliant, baiklah Dara tunggu di kantin.

Brilliant memelankan langkah ketika sampai depan kelas XII IPA I. Brilliant asal masuk kelas ini, mengabaikan murid kelas menatapnya penasaraan.

Brilliant mencari mana orang ingin ia jumpai, keadaan kelas ramai berdiri menghadang penglihatan kursi-kursi lain, jam istirahat membuat kelas IPA I bergerak melaksanakam aktivitas masing-masing dalam kelas maupun pergi luar kelas.

Ketemu!

Brilliant mendekati kursi dekat dinding barisan ketiga, orang itu lagi membaca buku. "Bristan!"

Orang dipanggil pun lantas menoleh. Wajah Brilliant semangat melebarkan senyum berhenti depan Bristan. Senyuman Brilliant menular, ia jadi ikut tersenyum walau hanya tipis.

"Gara-gara lo!!" seru Brilliant berbahagia.

Brilliant dan Bristan menjadi pusat perhatian banyak mata masih dalam kelas. Kebanyakaan dari mereka pegang handphone mengambil poto dan video gadis populer bersemangat menghampiri Bristan.

"Gue?" Bristan tak mengerti gara-gara dirinya kenapa.

"Nilai basket gue jadi lulus!"

"Oh, ya? Selamat." Bristan terkekeh ternyata sesemangat itu Brilliant.

Brilliant geram wajah Bristan terkekeh menggemaskan, tampan sekali. "Pokoknya makasih buat lo. Lo gak kantin?"

Bristan menunjukkan buku tengah ia baca.

"Buku bawa aja." saran Brilliant. "Kantin bareng gimana?" ajaknya berharap agar Bristan mau.

Bristan menutup buku, berdiri dari kursi tanpa membawa buku.

"Bukunya?"

Bristan jalan duluan melewati Brilliant dengan pertanyaan.

Brilliant berbalik badan mengejar langkah Bristan belum terlalu jauh. Berjalan sampingan keluar kelas, mengabaikan perkataan bising membicarai Brilliant dan Bristan.

"Jadi, lo beneran mau ke kantin?" mata Brilliant sudah kegirangan.

"Hm, ya."

Sepanjangan jalan ke kantin Brilliant mengulum senyum, bagaimana tidak ia senyum-senyum, Bristan lebih milih kantin dengannya dan menutup buku bacaan.

KITA BERBEDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang