24. Hari Berkesan

56 2 1
                                    

Habiskan banyak waktu, hingga tiba malam dua pasang remaja masih nikmati setiap detik keliling di London.

Kini dua insan itu berada dalam salah satu restaurant milik Bristan. Naik lantai tiga, posisi dekat kaca biar mata lihat kendaraan malam kota London.

Isi hidangan piring telah habis sedari tadi, tetapi keduanya memilih tetap duduk pada tempat. Tak ada yang bisa usir, terserah Bristan toh restaurant punyanya.

"Sebelum pulang pagi besok, kita pamit datangi Papa dulu oke?" Brilliant teguk segelas air soda.

"Oke."

Bristan sengaja tumpahkan ke lantai dua gelas air soda yang masih tersisa depan Brilliant, tanpa ada ekspresi sedikit saja.

"Loh?" raut wajah Brilliant berubah drastis jadi bingung.

"Asal lo tahu, keseringan minum soda bisa terkena dampak negatif bagi tubuh lo. Obesitas, asam urat, kurang vitamin, diabetes, rusak jantung, dan lainnya. Mau lo gitu?" ketus Bristan.

Gawat, selama ini ia sering minum soda. Brilliant tak berkutik dapat oceh Bristan.

"Kurangin minum bahaya Brill."

Brilliant senyum simpul. "Gue akan coba."

Bristan tepuk pelan pundak Brilliant. "Bukan mudah kalau udah kebiasaan."

Skakmat.

"Jauhi yang begituan." ucap Bristan penuh tekanan. "Ketahuan lagi depan mata gue, gue hajar-"

"Jahat lo hajar gue." potong Brilliant tajam.

"Hajar botol minumnya sayang."

Brilliant menyengir angkat jari seperti huruf v.

"Pokoknya gue gak suka lihat lo minum apa pun yang bahaya bagi kesehatan."

Bukan takut, justru Brilliant senyum-senyum. Perhatian betul pacarnya ini.

"Senyum lo? Gue serius."

Brilliant tunduk natap sepatu. Malas ngelawan, ia sadar bahwa emang salah dirinya.

Bristan angkat dagu gadis di hadapan. "Gue cuman gak mau lo kena dampak negatif Brill."

"Makasih ya." mata Brilliant tangkap mata Bristan, ia dapat lihat kekhawatiran pada bola mata Bristan.

Bristan kembali sikap biasa-biasa saja. Malam sebelum pulang Indonesia harus berkesan, tidak keren jika terjadi masalah membeldak sebab soda.

"Ikut gue, kita ke rooftop atas." Bristan tarik halus tangan Brilliant ikut belakangnya.

"Kenapa?" tanya Brilliant lewati banyak pelanggan dalam restaurant. Terlebih Bristan cepat jalan hampir saja ia tumbur para pelanggan.

"Lihat aja."

Brilliant kebingungan. Sebenarnya ia malas berjalan jauh ke atas, saat ini ada di lantai tiga sedangkan rooftop lantai lima.

Untunglah Bristan pilih naik lift, jika tangga pasti akan butuh energi cukup.

Gadis remaja tengah asik santap makanan, salah fokus lantaran lihat Bristan lewat, wah ganteng!

"Lo ngajak gue jalan cepet buat tebar pesona?" Brilliant putar mata malas jeritan menggoda kaum hawa. Mana letak mata para gadis bule itu? Tak lihat jika Bristan genggam tangan dirinya?

Bristan senyum sekilas, tidak respon pertanyaan Brilliant.

"Fine." Brilliant ikuti saja apa tujuan aneh Bristan.

Sampai atas rooftop. Yang Brilliant lihat yakni sepi tanpa satu orang pun pelanggan, hanya dirinya dan Bristan.

Lantai atas ini begitu luas, terdapat kursi, meja serta sofa untuk pelanggan restoran dan hiasan sekitar terkesan megah. Pinggir rooftop ada kaca tebal sebagai pagar penghalang jarak bawah dari ketinggian.

KITA BERBEDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang