22. Jadi Incaran

57 3 1
                                    

Brilliant hadap depan pantulan kaca meja rias, lihat diri sendiri tanpa campur perlatan rias. Ia lagi mengaca baru selesai mandi bersihkan diri kini kenakan piyama.

Beralih dekati dapur, Brilliant terpikir mau masak isi perut kosongnya. Ia buka kulkas, cari bahan masakan apa enak disantap malam hari ini.

Makanan seperti macam-macam jenis ikan dan daging, ada sayuran dan bahan masakan lain. Brilliant tutup kulkas, tidak ada selera dari isi kulkas walaupun lezat-lezat.

Brilliant buka lemari dapur bagian atas, uwu banyak tersedia stok mie. Baik, ia selera mie.

"Hai."

Lihat sumber suara familiar, Brilliant hadap belakang. "Bristan. Kapan lo masuk? Gak bilang-bilang."

"Barusan, telinga lo kali gak denger kaki gue masuk." ucap Bristan dekati Brilliant tengah nunduk sejajarkan mata dengan api panaskan air, sebelah tangan Brilliant menutup dada berbalut dress piyama longgar.

"Gue laper Brill."

"Mau makan apa?" tanya Brilliant sambil buka bungkus mie.

"Mie kayak lo."

"Siap tuan sayang." timpal Brilliant ambil satu bungkus mie untuk Birstan.

Bristan memeluk Brilliant dari belakang, setiap dengar Brilliant sebut kata sayang jantung Bristan berdetak kuat.

"Gue mau masak, lo minggir sana." Brilliant bisa salah tingkah terus-terusan dekat Bristan.

Tak mau ganggu Brilliant lebih lama, langkah Bristan mundur dekati dua kursi depan meja hadap tirai tertutup.

Bristan buka tirai, menampilkan pemandangan London pada malam hari, banyak kendaraan melintas di bawah sana. Bristan duduki kursi, perhatikan gerak-gerik Brilliant masak.

Tanpa lama-lama, Brilliant bawa dua piring mie diberi telur arah Bristan melihatnya. Brilliant menaruh mie atas meja, duduk di kursi sehadapan Bristan.

"Mari makan." Brilliant mengadah angkat dua tangan berdo'a sebelum makan, kali ini ia tak lupa do'a.

"Mari." Bristan genggam dua tangan berdo'a.

Brilliant mulai santap mie lihat dua pemandangan indah, yaitu malam indah London dan wajah Bristan.

"Gue suka masakan lo." Bristan mengunyah mie lahap.

"Iya lah, gue gitu." Brilliant angkat dua alis tengil.

* * *

"Huam." Brilliant menguap bangun tidur, dua mata sayu belum lihat jelih kamar hotel ini. Rubah posisi jadi duduk, Brilliant rentangkan tangan lihat jam berapa sekarang.

Oh, baru jam setengah dua belas. Brilliant turun ranjang, dekati arah kamar mandi untuk cuci wajah kusut.

Kepala Brilliant tiba-tiba jadi ingat ucapan Bristan, pagi hari ia temani Bristan datang cek restaurant ataupun hotel.

Sekarang, sudah jam setengah dua belas. Brilliant gegas keluar kamar, tekan angka kode barulah pintu buka.

Tinggal lari lurus, Brilliant tegak depan kamar Bristan. Brilliant menekan bel dekat pintu berulang-ulang, tetapi tak ada respon.

"Bristan!!!" seru Brilliant terus panggil.

"Gak mungkin tu anak belum bangun." gumam Brilliant berpikir mana Bristan.

"Excuse me, mistres. What are you doing standing in front of the room?" ucap perempuan muda, bisa Brilliant ketahui perempuan itu salah satu rekan hotel ini, sebab kenaikan pakaian khusus para rekan hotel.

KITA BERBEDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang