Bristan mencurigai Brilliant. "Kalau lo takut bilang, ganti aja ya?"
"Enggak-enggak. Gue gak takut."
Okelah jika seperti itu. Bristan menyandarkan kepala pada sofa, akan seru menonton horor bersama pacar.
Brilliant mengambil pop mie atas meja. Ketakutan sambil menyantap mie pedas, baru saja mulai suara lagu film sudah buat bulu kuduk tegak merinding.
Bola mata Brilliant bergantian melihat layar televisi dan melihat pop mie mulai terangkat ingin disantap.
Bristan belum mencoba pop mie, mata Bristan fokus menatap layar televisi. Sesekali Bristan sekilas melihat mata Brilliant.
"Do'a sebelum makan." peringat Bristan.
"Iya." Brilliant lupa, ia cepat-cepat berdo'a barulah mulai lanjut menyantap.
Rasanya pedas, untunglah Brilliant pencinta pedas. Jadi sudah biasa merasakan makanan pedas tanpa minum terus-terusan.
Brilliant menganga, cepat-cepat menutup mata kala ada adegan menyeramkan menampilkan hantu. Sungguh mengerikan, jantungnya berdegup kuat seperti lagi bertatapan bersama Bristan.
Brilliant refleks membuka mata merasa sesuatu menyentuh dari samping, menghela nafas legah ternyata Bristan menyenderkan kepala di pundak Brilliant.
Brilliant lambat mengunyah mie sebab mata tidak berkedip melihat televisi, padahal ia takut masih saja melototi film.
Jemari Brilliant menepuk pelan kepala Bristan. "Gue ambil minum sebentar." tenggorokan Brilliant mulai membutuhkan air.
"Gue ambilin." Bristan sudah ingin berdiri, tetapi ditahan oleh Brilliant. "Yaudah, dalam ruangan ini ada botol minuman, lo ambil aja deket soalnya." Bristan menunjuk beberapa botol minum tersusun dekat meja tidak terlalu jauh.
Brilliant menaruh sisa pop mie atas meja, mulai berdiri mengambil botol minum ditunjuk Bristan.
Suara tegang dari televisi semakin mengerikan, Brilliant berusaha tenang walau kaki berat berjalan.
DUAR
"Huh... Huh..." keringat dingin membanjiri dahi Brilliant. Ia menyeimbangkan tubuh, suara petir barusan sangat kencang serentak lampu pada ruangan ini seketika padam.
Gelap, Brilliant kesusahan melihat jalan. Hanya ada cahaya dari televisi menerangi, namun televisi tengah menampilkan sosok tokoh hantu menyeramkan. Terlebih tonggorkan Brilliant segera minta air. Rasanya campur aduk.
Brilliant lemas jongkok menutup muka dengan kedua telapak tangan, menghembus nafas setenang mungkin. Walau rasa takut menyerang, ia hanya bisa berusaha tenang.
"Brilliant!" panggil Bristan menghampiri Brilliant terduduk lemas.
Benak Brilliant memanggil balik nama Bristan berulang-ulang.
Bristan membantu Brilliant berdiri, membawa Brilliant untuk duduk kembali di sofa. "Lampu sialan. Lo gak papa?" Bristan membawa Brilliant dalam dekapannya.
"Gue gak papa." Brilliant merasa lebih legah jika dekat Bristan.
Bristan mengecilkan volume televisi, ia menggantikan siaran lain. "Bentar gue ambilin minum dan benerin lampu."
Brilliant meruntuk dalam hati pada film horor barusan. Mengumpati pelan lampu dan ketakutannya.
Bristan membenarkan sakelar lampu dan mengambil botol minuman. Tak lama-lama Bristan kembali mendekati Brilliant lagi.
Bristan membuka botol minum, ia membantu Brilliant memegang botol minum agar tenang. "Lampu ruangan ini suka macet, nanti akan diganti lampunya. Maaf ya harusnya tadi gak usah nonton genre horor."
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA BERBEDA [SELESAI]
Teen Fiction⚠️IKUTI CERITA SAMPAI ENDING, JANGAN SIMPULKAN BAGAIMANA CERITA INI JIKA HANYA BACA PART BELUM SAMPAI ENDING. ⚠️ Brilliant Sly Harmoni. Parasnya mempesona membuat kaum adam terpesona, di SMA ia adalah sosok populer akan kecantikannya. Pergaulannya y...