Brilliant membantu Bristan jalan ke uks, tak peduli Bristan menolak ke UKS, ia mana tega melihat miris merah pada wajah Bristan. Sementara Aril mulai menghilangkan diri dari tempat, perasaan Aril retak meninggalkan belakang kelas.
"Lo ikut aja, gue gak bawa lo ke jurang kok. Wajah lo merah, jangan dibiarin sakit-sakit gitu." Brilliant bantu pundak Bristan jalan disebelah.
Bukannya menjawab, Bristan ikuti saja sambil menatap lekat wajah khawatir Brilliant. Padahal dirinya yang terluka, malah gadis ini jadi repot.
Melewati banyak siswa-siswi, Brilliant mengabaikan bisikan-bisikan orang lain. Untungnya uks dekat dari belakang kelas Bristan, jadi telinganya berhenti memanas mendengar rumpian positif maupun negatif mengatai tentang Brilliant bersama Bristan.
Tiba di UKS, bukan sembarang uks. Berisi banyak obat-obat penyembut serta kotak P3k tersusun rapi berderet. Sofa panjang dan ranjang baring berwarna abu-abuan kosong tak ada penghuni yang lagi sakit. Hiasan dinding terpajang poto-poto berkaiatan dengan kesehatan, terdapat juga hiasan bunga dan vas berkilau-kilau dan lampu gantung besar menerangi uks. Tetapi dalam ini tak ada penjaga, entahlah ke mana perginya pengurus uks. Jadi hanya ada Brilliant dan Bristan, ya hanya berdua.
Brilliant membantu Bristan menduduki sofa. Ia lanjut bergerak mengambil kotak p3k dan alat kompres mengobati wajah memar.
Dapat alat diperlukan, ia membawa perlatan tersebut atas meja depan sofa. Bristan sedari tadi mengamati setiap gerak-gerik dilakukan Brilliant.
Brilliant mengangkat kain kompres telah terendam air dingin. Brilliant mendekatkan posisi duduk lebih dekat untuk mengobati, ingin rasanya Brilliant tersenyum lebar salah tingkah jika dekat Bristan.
"Sorry. Wajah lo bisa di deketin? Gue mau bersihin." ucap Brilliant lebih terdengar seperti gugup.
Bristan mendekatkan wajah seperti apa kata Brilliant hingga jarak lebih dekat. Barulah tangan Brilliant membersihkan wajah merah penuh hati-hati.
"Kalau perih bilang aja." Brilliant menekan pelan-pelan kain kompres itu. Rasanya gagal fokus antara mengobati wajah dan memandang wajah berjarak sangat dekat.
Brilliant agak bingung, kenapa Bristan menutup mulut rapat sedari ia berjalan menuju uks. Padahal Brilliant sengaja menekan lebih keras agar Bristan kesakitan, untuk mengetes pria itu bicara, tetapi tetap saja menutup mulut.
"Gue berasa lagi obatin wajah patung." gumam Brilliant pelan.
Brak
Bristan merebut kain kompres dari tangan Brilliant tanpa aba-aba sangat cepat, kain kompres Bristan taruh atas meja dekat wadah air dingin dan berbagai obat mengurangi bengkak memar. Alhasil tangan Brilliant kosong tanpa memegang apa-apa.
Brilliant membelalak mata lebar, refleks sulit mengerti maksud Bristan seperti ini. Mungkin Bristan marah karena ia menekan kompres kuat? Baiklah Brilliant berdiri beriat mengambil minum hangat untuk menenangkan Bristan.
Bristan menarik tangan Brilliant hingga terjatuh duduk atas sofa. Bristan merubah posisi menjadi jongkok menjajarkan tubuh Brilliant terduduk atas sofa, kedua tangannya mengurung tubuh Brilliant. "Gue udah bilang gak usah ke UKS." suara Bristan terdengar dingin tepat depan wajah Brilliant.
Brilliant merinding, kaki sudah membeku. Jantung berdebar kuat, ingin mundur mana bisa belakang terdapat sofa.
Bristan tersenyum sebentar, menghangatkan suasana tegang. "Gak perlu pakai obatin, gue gak ngerasa sakit parah. Tapi cara lo gitu buat gue berterima kasih, Brilliant."
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA BERBEDA [SELESAI]
Novela Juvenil⚠️IKUTI CERITA SAMPAI ENDING, JANGAN SIMPULKAN BAGAIMANA CERITA INI JIKA HANYA BACA PART BELUM SAMPAI ENDING. ⚠️ Brilliant Sly Harmoni. Parasnya mempesona membuat kaum adam terpesona, di SMA ia adalah sosok populer akan kecantikannya. Pergaulannya y...