32. Hilang Lagi

36 0 0
                                    

Pukul 21:52 wib. Dassie hampiri anak duduk di sofa ruang santai dalam rumah. Dassie sempat heran Brilliant ada masalah apa, pasalnya tadi ia lihat seluruh bodyguart masuk ruangan khusus Brilliant.

Brilliant refleks menutup laptop di pangkuan. "Ada apa, Ma?"

Brilliant tak membiarkan sekarang Dassie ataupun Vantec tahu, bahwa perusahaan dalam bahaya. Ia tidak ingin dua orang tua jadi terbebani banyak pikiran, dan ada alasan lain kenapa ia belum beri tahu.

"Bilang sama Mama, kamu kenapa? Kelihatan banget gak mau kasih tahu." Dassie semakin curiga.

"Bristan gak ngehamilin kamu 'kan?" tanya Dassie spontan.

Brilliant pukul lengan Ibu sendiri. "Mana ada! Bristan gak brengsek gitu, Brilliant juga gak semurah itu."

"Kamu bicara sama siapa ha? Mama ini Ibu kamu!" geram Dassie menepuk bibir anak sendiri.

"Iya, Ma." cengir Brilliant tanpa dosa.

Dassie geleng kepala, bawaannya suka emosi jika dekat anak sendiri. "Ada yang mau Mama bilangin sama kamu."

"Langsung aja apa, Ma?"

"Mama udah pernah bilang resikonya besar. Jangan sampai suatu saat anak Mama stres karena cinta, ingat nak kamu beda agama."

Dassie elus puncak kepala Brilliant. Walau anaknya nakal, ia faham betul bagaimana sosok Brilliant jika sudah dalam mencintai pria.

Kenapa Brilliant harus mengingat kenyataan pahit itu. "Brilliant gak tahu harus gimana, Ma. Gak bisa Brilliant tinggalin Bristan gitu aja."

"Mama juga senang lihat kamu ada perubahan kalau dekat Bristan. Mama paham itu kebahagiaan kamu, Brilliant. Hari minggu beberapa hari lagi, luangin waktu Mama akan ajak kamu ke suatu tempat."

"Minggu? Oke. Tapi tumben banget, biasanya juga jarang." Brilliant angkat sebelah alis.

"Tidur sana! Besok kamu Sekolah!" perintah Dassie alihkan pembicaraan.

* °:✧ *

"Berhenti sayang." Bristan pegangan peluk pinggang Brilliant dari belakang.

Berangkat Sekolah berbarengan. Sepanjang jalan Brilliant mau nyetir motor Bristan, alhasil Bristan ngalah diboncengi perempuan.

Kecepatan gas motor tinggi. "Santai, gue aja bawa sampai Sekolah."

Bristan lepas jaket hitam yang ia kenakan. Ia menutup paha Brilliant menggunakan jaket itu. Meski kaos kaki Brilliant panjang, tetap saja paha mulus tampak lebih atas sebab mengemudi motor dan kenakan rok.

Brilliant turun kecepatan jadi sedang. Tersentuh akan perhatian Bristan barusan. "Makasih, Bristan."

"Hm. Boleh gue aja bawa motornya?" ayolah, dimana-mana lelaki yang memboncengi perempuan.

"Bentar lagi sampai, kepalang gue." Brilliant menjulur lidah.

Bristan lihat lidah itu dari kaca spion. Baiklah, terserah Brilliant asalkan senang.

Sesampai di Sekolah. Brilliant parkir motor, barulah dua pasang remaja turun membuka helm masing-masing.

Bristan rangkul pundak Brilliant, tidak rela banyak kaum adam menatap kagum pacarnya.

"Pacar cantik lo gak akan berpaling." Brilliant terkikik geli, lucu sekali Bristan menatap tajam kaum adam di parkiran ini.

"Btw, kemarin lo kerkom nempel sama cewe ganjen gak?" tanya Brilliant mulai jalan beriringan sebelah.

KITA BERBEDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang