19. Ke London?

66 4 1
                                    

Brilliant membuka kotak berbungkus indah. Terbuka, ia sempat kagum awalnya mengira hanya berisi sedikit ternyata lebih dari satu isi.

Brilliant membuka bungkus bening dari kotak berisi kalung kucing berwarna hitam. "Bribri, dapat kalung cantik."

Brilliant memasangkan kalung tersebut di leher Bribri. Cocok, Bribri juga kelihatan bersemangat memiliki kalung baru.

Meong meong meong

"Ada lagi, ya?" Brilliant kembali buka isi hadiah Bristan. Beruntung sekali Bribri dapat banyak hadiah.

"Gelang." mata Brilliant terkagum-kagum pada gelang mengkilap, paling mencolok terdapat batu rubi penghias gelang, luar biasa.

"Gelang khusus untuk lo, Brilliant." Bristan bantu pasangkan gelang di pergelangan tangan Brilliant.

"Bukan cuman Bribri, gue juga?" senyum Brilliant tidak mengira bahwa gelang terpasang untuk dirinya. "Makasih, Bristan." Brilliant memeluk leher Bristan tanpa sadar terlalu bahagia.

Wajah Brilliant berjarak dekat, bola mata Bristan menatap lekat wajah cantik ini. "Sama-sama, apa yang enggak untuk lo sayang."

Brilliant menyemulakan jarak. "Apa yang enggak, gimana kalau gue minta hari ini gak usah ajarin Matematika?" Brilliant menaik turunkan alis ketemu ide cemerlang.

"Oke."

"Yess!!!" seru Brilliant, akhirnya.

"Ada satu cewe di kelas, tadi katanya mau minta ajarin Matematika. Gue samperin, ya." Bristan akting bangkit dari sofa, melangkah jalan arah pintu keluar.

Aslinya, mana mau seorang Bristan mengajar perempuan lain.

Brilliant membiarkan kaki Bristan berjalan terus. Lihat saja sebentar lagi.

Bristan putar badan melihat Brilliant. "Lo gak berhentiin jalan gue?"

Benar, sudah Brilliant duga hanya akal-akalan Bristan. "Nanti kasih tahu siapa nama tu cewe, gue cariin."

"Emang untuk apa?" Bristan urung berakting terlalu lama, kembali duduk sebelah Brilliant.

"Pengen gue hajar." Brilliant mengedip sebelah mata kanan.

Mata Brilliant lumayan menggoda, Bristan hanyalah lelaki biasa yang normal. Ia membisikkan sesuatu pada telinga Brilliant, "Hajar aja, gue terkam lo." ucap Bristan dengan suara bass.

Aura Bristan terasa berbeda. Tubuh Brilliant mundur dengar kata terkam, merinding.

"Sorry, barusan bercanda." suasana kembali biasa saja, Bristan menertawai wajah ngeri Brilliant.

"I-iya."

Brilliant mulai mengambil perlatan alat tulis atas meja, berniat untuk mulai mempelajari Matematika dengan berat hati. Bawah meja ia melihat Bribri lagi bermain sendiri, oh iya tadi Bribri terlupakan sebentar.

"Jangan nakal main dulu sana." Bristan lebih seperti mengusir Bribri.

Bribri buang wajah, berlari menjauhi Brilliant dan Bristan. Mulai asik sendiri berkeliaran di rumah.

Bristan dekati meja terdapat beberapa buku Matematika. "Pertama, lo hilangin rasa gak suka pada pelajaran Matematika."

Brilliant menggarut tengkuk kebingungan.

"Dalam Matematika, lo harus paham konsep baru rumus."

Dari lantai atas, ada sorot mata mengintip dua remaja sedang sibuk menghadap buku. Ya, Dassie.

Langkah bagi Dassie mengintip anak sibuk belajar. Selama ini jarang sekali Brilliant belajar, ada rasa salut terhadap Bristan bisa mengajari Brilliant.

Selama ini Dassie tak menemukan cara agar sang anak mau belajar. Ia pernah menyuruh Brilliant mengikuti les, tapi gagal. Brilliant menolak keras jika disuruh belajar.

KITA BERBEDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang