18. Jangan Cemburu

77 3 6
                                    

"Marah dibilang jelek? Mau lo dipuji terus sama tu cowo?" ketus Bristan tersenyum miring.

Brilliant lebih bersabar. "Gue seneng dipuji lo kalau lo gak tahu."

Bristan melipatkan tangan depan dada. "Ya. Pulang nanti lo sibuk?"

"Sibuk. Kenapa?"

"Sibuk apa?"

"Sibuk mikirin pacar."

"Oh."

Kurang memuaskan jawaban Bristan, tapi tidak apa-apa. "Kenapa emangnya?"

"Pulang nanti gue ajarin lo Matematika."

"Apa? Enggak mau sayang." Brilliant menggeleng kepala. Mimpi buruk belajar Matematika, mematikan.

Bristan mengambil tisu atas meja, mengelap keringat pada wajah Brilliant sehabis lari. "Kalau lo dapat hukuman, panggil gue di kelas."

"Kenapa?"

"Gue lari gantiin lo."

Brilliant menahan senyum memerah. "Gak usah. Lagian udah terbiasa juga."

"Jangan mau terus terbiasa dalam hukuman." nada Bristan berbicara serius.

"Tapi, gue gak ngerti Matematika. Mimpi buruk berdamai sama Matematika." Brilliant merinding jika belajar Matematika, lihat banyak angka saja sudah malas.

"Pulang nanti gue ajarin." Bristan mengangguk agar Brilliant mau.

"Tapi, huft yaudah."

Bristan mengelus dua pipi mulus Brilliant. Angkat hingga membentuk senyum manis.

Brilliant menepuk pelan jemari kekar Bristan.

"Gue ngungsi ke planet mars aja kali ya." gumam Tio sedari tadi melihat dua remaja lagi jatuh cinta.

Ting

Brilliant heran sekaligus ingin tahu. Barusan terdengar notif dari handphone Brilliant, dari pada menebak-nebak siapa ia melihat langsung benda pipih berisi pesan dari siapa.

+62XX

Datangi belakang kelas lo
sekarang ditunggu.

Jangan ajak orang lain. Lo sendiri,
Brilliant. Datang kalau lo berani.

Brilliant terdiam. Siapa itu? Tak ada nama dan profil. Terus dari mana orang misterius ini tahu nomor Brilliant. Mencurigakan.

"Kenapa?" Bristan penasaraan mendadak Brilliant terdiam mencerna sesuatu.

Brilliant menunjukkan pesan tanpa nama pengirim. "Gue datangin tu orang bentar."

Bristan mencekal pergelangan Brilliant hendak pergi. "Jangan sendirian."

"Dia bilang gue sendiri. Lo tunggu sini, ya. Gue gak akan kenapa-napa." Brilliant melepas pelan tangan Bristan menahan.

"Keras kepala, mudah sekali terpancing sayang." Bristan memperhatikan tajam sepatu menjauh Brilliant.

Brilliant berjalan lebih cepat mendatangi belakang kelasnya. Tentu akan berhati-hati, ia mudah sekali penasaran, langsung memecahkan rasa ingin tahu siapa orang itu.

KITA BERBEDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang