28. Khawatir

50 0 0
                                    

Pukul 01:54 wib. Mata Brilliant terbuka berat, atas tubuh terpasang selimut hangat. Kini ia berada atas ranjang di dalam kamar tidur minimalis. Brilliant coba ingat-ingat terakhir kali ia di mana dan kenapa.

Mengenai Bristan dan kunjungi club.

"Brill! Udah sadar!!!" seru Dara. Sedari tadi ia main handphone tunggu Brilliant sadar, akhirnya sadar juga.

Dara ambil posisi duduk sebelah kepala Brilliant.  "Brill, selama gue ceritain semua, lo diam gak usah potong ucapan gue."

"Gue kenapa ada di rumah lo, Dar?"

"Kunci mulut lo selama gue cerita." Dara hirup napas banyak-banyak.

"Iya?"

Bibir Dara lincah keluarkan sepengetahuan tentang kejadian antara Brilliant, Bristan, Rahen. Mulai dari kelakuan Rahen sengaja panaskan hati Brilliant ketika lihat gadis lain dekat Bristan. Sampailah akhir, Bristan emosi kejar Rahen dan entah bagaimana kelanjutan.

Sekerjub tubuh Brilliant beku. Mengacak rambut pusing, demi apa Rahen menjebak. Dua tangan tutupi wajah nunduk. Ia rasa bersalah, overthinking jika Bristan dapat tonjokan luka teruk hasil serangan Rahen.

"Kata Bristan, lo jangan khawatir dia akan balik lagi." Dara ngerti betul mimik wajah khawatir sahabatnya.

Dara bilang, jarum tajam hampir kenai tubuh Brilliant, tetapi gagal malah kena Bristan. Rasa bersalah semakin kena dua kali lipat.

"Bukan salah lo sepenuhnya. Wajar aja lo gitu setelah lihat gadis lain nemepel pacar lo." Dara usap punggung Brilliant sabar.

Brilliant tatap pandangan kosong. Rahen licik bisa tahu hati Brilliant akan mudah teriris panas jika Bristan lengket sama wanita lain.

Ingin coba hubungi nomor Bristan, tapi dengar penjelasan Dara handphone Brilliant ada di tangan Bristan.

"Bristan, gue harus temu dia." Brilliant buru-buru tegak, padahal rambut masih acak.

"Eeiitts." Dara hadang jalan Brilliant. "Sekarang udah mau jam dua MALAM. Lo cari, semisal gak ketemu 'kan percuma dan kalau ketemu Rahen bahaya, Brill.  Lo baru aja sadar mabuk, udalah istirahat dulu."

Bukannya hirau ocehan Dara, mata membola lihat penampilan baju. Rompi lepas, kancing belakang dress hampir buka perlihat punggung.

"Da-Dar, gu-gue ga-gak diap-apain 'ka-kan? Ja-jangan bi-bilang gu-gue-"

Awalnya Dara sempat kira seperti peimikiran Brilliant. "Santai elah. Tadi baru sampai dari jauh samar-samar gue denger Bristan nanya itu ke lo, terus lo sendiri jawab gak napa-napa cuman pelukan."

"Peluk tu cowo? AGH BRENGSEK LO RAHEN."

*   :✧   *


"Jawab! Mama bilang jawab Brilliant!"

Brilliant baru pulang rumah jam 05.25 wib. Buka pintu rumah ada Dassie melipat dua tangan depan dada, sinis lihat Brilliant pulang pagi.

Tangan Brilliant lepas Bribri masuk dalam rumah. Semalaman Bribri tidur dalam mobil, waktu Brilliant mau pulang masuk mobil, ia baru ingat bawa Bribri.

"Brilliant! Kamu ini! Masih bisa bicara mulut kamu ha?!" sentak Dassie naik pitam.

"Maaf, Ma."

"Bilang sama Mama! Kamu dari mana aja? Katanya mau belajar bareng Bristan! Malah pulang jam segini! Kamu bener pergi sama Bristan apa bohongin Mama? Handphone gak aktif segala, mau kamu buat Mama khawatir gak tidur ginu?!" Dassie penat hadapi tingkah Brilliant.

KITA BERBEDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang