Bab 1 - Nenek Sakit

214 9 8
                                    

Lantai kayu milik rumah dengan bangunan dua lantai itu terlihat bergetar juga bersuara khas, karena seorang perempuan cantik dengan seragam sekolahnya tengah berlari dari lantai dua menuju lantai dasar rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantai kayu milik rumah dengan bangunan dua lantai itu terlihat bergetar juga bersuara khas, karena seorang perempuan cantik dengan seragam sekolahnya tengah berlari dari lantai dua menuju lantai dasar rumahnya. Perempuan itu menenteng sebuah tas juga sepatu yang dia bawa dari kamarnya. Ketika berlari keluar dia mengabaikan seorang wanita tua yang tengah duduk di kursi meja makan.

Wanita itu kemudian berteriak ke arah perempuan muda itu. "Qila, kamu belum sarapan!"

Mendengar namanya di panggil perempuan yang bernama Qila itu akhirnya menoleh ke arah wanita tua yang memanggilnya tadi. Namun, tatapan itu tidak berlangsung lama karena dia terlihat kembali sibuk memasang sepatunya dengan cepat.

"Aku sarapan di sekolah aja, Nek," ucap Qila sembari berlari dan menghilang dari pandangan neneknya.

Wanita tua dengan jilbab panjang tersebut terlihat khawatir pada cucunya karena Qila lagi-lagi tidak mendengar ucapannya. Dia kemudian merogoh sebuah kertas di saku bajunya. Di sana, terdapat hasil penyakit yang dia derita selama ini. Lama-kelamaan penyakit itu akan merenggut nyawanya dan jujur, dia mulai khawatir terhadap kehidupan Qila nanti setelah dia meninggal.

Gimana Qila nanti ya setelah aku tiada ya, ucapnya di dalam hati sembari terus memperhatikan piring berisi sarapan yang dia buat untuk cucunya itu.

Di sisi lain, Qila kini tengah berlari dengan sekuat tenaga untuk sampai ke sekolahnya tanpa terlambat. Semalam dia sibuk menonton drama korea sehingga akhirnya telat bangun. Sebenarnya dia yakin akan telat. Namun, apa salahnya untuk mencoba. Lagi pula dia tetap ingin bersekolah hari ini karena ada sebuah tugas yang wajib dia kumpul dan jika tidak dilakukan akan mempengaruhi nilai semesternya nanti.

Benar saja, Qila terlambat masuk sekolah bersama dengan beberapa siswa lain. Mereka dibawa ke lapangan dan akhirnya dihukum untuk membersihkan lapangan yang benar-benar kotor dengan debu, sampah juga dedaunan kering yang jatuh berserakan.

"Kalau nggak bersih, nanti saya tambah ya hukuman kalian," ancam Ibu Riska, guru BK di sekolahan Qila.

"Iya, Bu," jawab mereka serempak.

Qila memutuskan untuk membersihkan area dekat kelasnya sembari melirik ke dalam kelas, melihat keberadaan guru mata pelajaran pertama. Syukurnya beliau belum masuk dan perempuan itu dengan segera menyelesaikan hukumannya

Setelah selesai, Qila bisa masuk ke kelasnya setelah mendapat izin dari Ibu Riska. Sebenarnya tidak hanya Qila yang telah selesai mengerjakan hukumannya, tetapi ada beberapa murid lain yang juga telah selesai. Mereka kemudian bisa masuk ke kelas masing-masing, seperti halnya Qila dia langsung berjalan menuju kelasnya.

Dengan langkah yang gontai dia masuk ke dalam kelasnya dan menjadi pusat perhatian. Perempuan itu tidak terlalu peduli dan dia langsung duduk di kursinya yang berada di barisan paling belakang. Di sisinya kini ada Aira teman sebangkunya. Perempuan itu kemudian mengambil sebuah buku dan mengipaskan buku itu kehadapan Qila. Sepertinya Aira kasihan pada teman sebangkunya itu karena kini baju Qila cukup basah karena keringat.

Jodoh Titipan Nenek (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang