Suasana hati Qila kini sedang kurang baik setelah dia mendapat menstruasi hari pertama. Tidak ada senyuman di wajah perempuan itu selama di sekolah, bahkan hingga sampai rumah. Tika yang ada di dalam rumah jadi kebingungan karena Qila tidak mengucapkan salam saat masuk rumah dan bergegas naik ke lantai atas.
"Kenapa ya, Mbak Qila?"
Walau Tika jauh lebih tua dari Qila. Namun, perempuan itu tetap memanggil Qila dengan sebutan Mbak. Sebenarnya dia mau memanggil Qila dengan sebutan lain, tetapi perempuan itu menolak bahkan dia sempat menyuruh Tika untuk memanggil Qila dengan nama saja.
"Kok, wajah dia cemberut gitu?" Entah monolog apa yang kini Tika lakukan. Dia terlihat begitu penasaran pada sikap Qila. Namun sebelum bertindak lebih jauh, dia perlu menghubungi Adnan. "Mending aku telepon, Mas Adnan deh."
Tika langsung menelepon Adnan dan menceritakan tentang Qila terlihat sedang kesal saat pulang sekolah tadi. Dia juga meminta saran pada bosnya itu tentang apa yang perlu dia lakukan sekarang.
"Jadi, saya perlu ngapain ya, Mas?"
"Hmm, biarin aja, mungkin perasaannya lagi nggak enak. Lagi pula, bentar lagi juga saya pulang kok."
Adnan menutup panggilan telepon itu dan langsung memijit kepalanya yang terasa pening. Tadi, dia harus berurusan dengan Aira dan kini, dia harus mengurus masalah Qila.
Apa Aira ngasih tau semuanya ke Qila? tanya Adnan di dalam hati.
Dengan perasaan gelisah Adnan segera pulang ke rumah Qila. Dia harus menjelaskan semuanya pada calon istrinya itu agar tidak ada kesalahpahaman.
Selama perjalanan keluar dari perusahaannya, Adnan mendapat tatapan aneh dari karyawan-karyawan karena bosnya pergi dengan gelagat aneh. Tanpa mempedulikan itu semua, Adnan bergegas pulang walau harus memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sesampai di rumah Qila, Tika segera menyambut bosnya itu dengan ramah. "Udah pulang, Mas."
Lagi-lagi Adnan tidak peduli pada sekitarnya dan segera naik ke lantai dua rumah itu. Saat berdiri di depan pintu kamar Qila, Adnan merasa ragu untuk masuk. Dia takut melihat wajah calon istrinya itu yang sedang marah.
Sembari memperbaiki alunan nafasnya, Adnan mengetuk pintu berbahan kayu itu dengan pelan. Pada ketukan pertama tidak ada jawaban dari dalam kamar Qila. Hal itu membuat Adnan bertanya-tanya. Apa Qila lagi tidur ya?
Dengan berani, Adnan kembali mengetuk pintu kamar Qila dan lagi-lagi tidak ada jawaban dari dalam kamar perempuan itu. Karena takut Qila kenapa-kenapa, Adnan pun mencoba untuk membuka kamar Qila dan ternyata kamar itu tidak terkunci.
Perlahan Adnan masuk ke dalam kamar calon istrinya tersebut dan terkejutnya dia, saat melihat tubuh Qila yang tengah meringkuk kesakitan di atas kasur. Wajahnya terlihat pucat dan tangannya memeluk perutnya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Titipan Nenek (Selesai)
RomanceBukannya kado berupa barang yang diterima Qila saat ulang tahun ke 17. Perempuan itu malah mendapatkan jodoh dari neneknya berupa pria tampan yang jauh lebih tua darinya. Mau menolak pun rasanya tidak enak karena neneknya sudah sakit-sakitan dan be...