Seperti biasa, ada banyak hidangan enak tersaji di hadapan Qila dan semua itu adalah pesanan Adnan. Tadi, Qila hanya meminta untuk tunangannya tersebut memesan apa yang sekiranya enak dan cocok untuk perempuan itu coba. Ternyata Adnan malah memilih untuk memesan banyak makanan dan membuat Qila terkejut bukan main.
"Kenapa banyak banget sih yang kamu pesen," omel Qila setelah tak ada lagi pramusaji yang datang.
"Ya, nggak pa-pa. Lagipula, ini semua enak kok."
"Aku tau ini semua enak, tapi ini kebanyakan. Kita cuman makan berdua, enggak sekampung."
"Iya, iya, maaf."
Qila terlihat kesal setelah bertengkar dengan Adnan. Perempuan itu kemudian menyadarkan tubuhnya dan mendiamkan pria di hadapannya.
Tidak butuh waktu lama, Adnan berusaha membujuk Qila agar suasana hati perempuan itu sedikit membaik. "Qil, saya minta maaf."
Permintaan maaf yang kedua kalinya dari Adnan itu berhasil membuat suasana hati Qila membaik, apalagi setelah melihat wajah tunangannya tersebut. Wajah Adnan terlihat begitu sendu karena merasa bersalah akan tindakan yang dia lakukan.
"Nan, aku tuh sebenernya nggak mau marah gini sama kamu. Tapi, kamu itu boros banget. Harusnya kamu nabung buat pernikahan kita nanti," ucap Qila dengan wajah yang sangat serius. Namun, Adnan malah ingin tertawa saat mendengar celotehan tunangannya tersebut.
Adnan memiliki kekayaan yang cukup untuk tujuh turunannya. Seharusnya Qila tidak perlu khawatir akan keuangan tunangannya tersebut. Sepertinya, Qila memang begitu polos sehingga tidak mengetahui kondisi keluarga Adnan. Di sisi lain, pria itu memang tidak pernah bercerita tentang keluarganya.
"Nan, kamu dengerin omongan aku nggak sih?" tanya Qila setelah sadar bahwa tunangannya tersebut tidak memperhatikannya.
"Iya, saya denger kok. Masalah keuangan, kamu nggak usah khawatir. Semuanya sudah saya persiapin."
"Ya udah, aku percaya sama kamu. Tapi, kita tetep harus hemat loh ya."
"Iya."
Adnan sedikit bingung menjelaskan tentang keuangannya pada Qila. Seharusnya perempuan itu tau mengenai hal tersebut karena Adnan bisa membayar banyak karyawan dan juga memiliki perusahaan yang cukup besar.
Sesampai di halaman rumah Qila, Adnan mematikan mesin mobilnya dan menunggu tunangannya itu untuk turun dari mobilnya. Tak lama kemudian, Qila keluar dari mobil tersebut dan pamit pada Adnan. "Aku turun dulu ya. Kamu hati-hati bawa mobilnya."
"Iya."
Semakin hari, hubungan Qila dan Adnan semakin dekat. Keduanya sering menghabiskan waktu bersama dan saling menyayangi satu sama lain. Seperti hari ini, Qila mengajak Adnan untuk pergi menonton film. Sebenarnya pria itu malas untuk pergi menonton. Namun, Qila terus menerus mengajaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Titipan Nenek (Selesai)
RomanceBukannya kado berupa barang yang diterima Qila saat ulang tahun ke 17. Perempuan itu malah mendapatkan jodoh dari neneknya berupa pria tampan yang jauh lebih tua darinya. Mau menolak pun rasanya tidak enak karena neneknya sudah sakit-sakitan dan be...