Qila merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan kasar. Lalu mata perempuan itu menerawang langit-langit kamarnya. Setelah melakukan panggilan telepon dengan Adnan, suasana hatinya menjadi campur aduk karena tunangan tersebut harus melewatkan hari kelulusan sekolahnya yang akan berlangsung pada tanggal 20.
"Jadi, Adnan nggak bisa datang dong ya," ucap Qila bermonolog pada dirinya sendiri sebelum akhirnya tertidur pulas.
Di sisi lain, Adnan tengah sibuk berbincang dengan rekan bisnisnya. Pria itu ingin memperbesar bisnisnya ke sebuah kota baru yang sepertinya berpotensi besar.
"Saya yakin untuk memperbesar bisnis ini. Bapak juga tau kan kalau kota tersebut sangat menarik wisatawan?" ucap Adnan sembari menyeruput kopi hitam di hadapannya.
Pria paruh bayah di hadapannya melakukan hal yang sama. "Iya, menurut saya juga begitu, Nan. Berarti tahun depan sudah mulai kita rancang bisnisnya."
Adnan mengangguk pelan sebelum akhirnya Feni membisikkan sesuatu ditelinganya. "Oke," balas Adnan singkat kepada sekretaris itu.
Dengan cepat pria itu memperbaiki posisi duduknya dan kembali berbincang pada pria di hadapannya. "Maaf, Pak. Saya ada urusan lagi nih, saya pamit pergi dulu ya. Kita lanjut dilain waktu."
Pria paruh bayah di hadapan Adnan itu kemudian berdiri dan hal itu membuat Adnan ikut berdiri. Pria itu kemudian menyodorkan tangannya dan langsung diterima oleh Adnan.
"Terima kasih ya, Nan. Kamu masih mau bekerja sama dengan saya."
"Iya, Pak. Sama-sama. Saya senang bekerja sama dengan Bapak."
Bukan hal yang perlu disembunyikan bahwa pria paruh bayah bernama Hasyim itu menjadi salah satu orang yang dijauhi beberapa pengusaha di kota tersebut. Namun, Adnan tetap mau bekerja sama dengan Hasyim karena pria itu sangat telaten dalam melakukan banyak hal. Ya walaupun pekerjaannya sedikit lebih lambat dari orang lain.
Adnan dan Feni juga beberapa pengawal pribadi pria itu bergegas keluar dari ruangan Hasyim. Mereka harus pergi ke tempat lain untuk melakukan rapat kembali.
Selama di luar kota, pria itu sangat sibuk dengan segudang agenda. Namun, saat di mobil tiba-tiba Feni mengungkapkan suatu hal yang membuat Adnan sangat terkejut.
"Pak, tanggal 20 nanti, Mbak Qila ada acara kelulusan sekolah loh."
Adnan yang sebelum sibuk memainkan ponselnya langsung menatap ke arah Feni yang duduk di sisinya. "Hah, acara kelulusan Qila tanggal 20?"
Feni mengangguk pelan. "Iya, Pak. Emang Mbak Qila nggak ngasih tau?"
Adnan terdiam sembari mengecek pesan singkatnya dengan tunangannya tersebut. Di sana, tidak ada satupun pesan yang mengatakan bahwa perempuan itu akan segera melakukan acara kelulusan.
"Ya sudah, tanggal 20 nanti saya harus balik!"
"Tapi, Pak ... ," potong Feni yang langsung mendapat tatapan tajam dari Adnan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Titipan Nenek (Selesai)
RomanceBukannya kado berupa barang yang diterima Qila saat ulang tahun ke 17. Perempuan itu malah mendapatkan jodoh dari neneknya berupa pria tampan yang jauh lebih tua darinya. Mau menolak pun rasanya tidak enak karena neneknya sudah sakit-sakitan dan be...