Suasana canggung yang kini menghantui di dalam mobil putih itu berhasil membuat Adnan menghela napasnya berkali-kali. Pagi ini dia tengah mengantar Qila dan Aira pergi ke sekolah. Tidak ada paksaan, dia hanya ingin melakukannya.
Selama perjalanan tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Adnan, pria itu hanya diam sembari mendengarkan percakapan yang dilakukan oleh Qila dan Aira. Dia cukup bingung, bagaimana kedua perempuan itu bisa berbincang tanpa kehabisan topik hingga sekarang?
Sesampai di depan sekolah Qila, Adnan menghentikan mobilnya dan kedua perempuan yang duduk di kursi belakang itu langsung keluar. Namun, sebelum Qila benar-benar keluar, Adnan menahan tangannya. "Pulang sekolah nanti ada kegiatan nggak?" tanya Adnan yang membuat Qila terdiam sejenak. Dia mengingat-ingat apa yang akan dia kerjakan nanti setelah pulang sekolah.
"Hmm, kayanya nggak ada deh. Kenapa?"
Adnan tidak dapat menahan perasaan bahagianya saat ini, tapi senyumannya sengaja dia tahan agar tidak membuat Qila merasa bingung sehingga Adnan terus mempertahankan ekspresi wajah datarnya. "Ya udah, pulangan nanti saya jemput ya."
Qila menatap heran ke arah Adnan seraya bertanya, "jemput?"
Adnan mengangguk pelan. "Iya, nanti saya jemput."
Walau merasa aneh. Qila tetap meng-ia-kan ucapan Adnan tadi. Lagipula, mau dijemput oleh Adnan atau sopir, menurut Qila sama saja. Yang penting dia tidak perlu pulang jalan kaki seperti sebelumnya.
"Ya udah deh, terserah lo. Gue turun dulu ya. Lo hati-hati bawa mobilnya."
Qila keluar dengan cepat dari mobil putih milik Adnan dan meninggalkan pemiliknya yang kini tersenyum manis dengan pipi merona. Ahh, bisa gila saya dibuat dia.
Sebenarnya ucapan Qila terasa biasa. Namun, bagi Adnan hal itu sangat luar biasa. Perhatian inilah yang diinginkan oleh pria itu dan perlahan Adnan bisa yakin bahwa perasaannya akan dibalas oleh perempuan itu.
Dengan cepat Adnan pergi ke perusahaan miliknya, dia mau menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin agar bisa menjemput Qila tepat waktu. Namun sayang, belum sempat dia masuk ke dalam ruangannya tiba-tiba saja dia mendapatkan informasi melalui pesan singkat bahwa akan ada rapat sore nanti.
Adnan mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam ruangannya dan pergi menuju ruangan sekretarisnya, dia langsung membuka pintu ruangan tersebut dengan kasar dan hal itu berhasil membuat Feni terlonjak kaget. Feni memegangi dadanya yang terasa sakit dan napasnya kini berpacu karena kelakuan atasannya tersebut.
"Pak, ngagetin aja sih!" oceh Feni sembari mencoba memperbaiki alunan nafasnya.
Adnan tidak peduli dengan ocehan Feni dan berjalan ke arah perempuan tersebut. "Kenapa sore ini ada jadwal rapat?" tanya Adnan dengan nada membentak yang membuat Feni ketakutan.
Perlahan tangan Feni terangkat untuk memegang lengan atasannya tersebut. Namun, dengan cepat ditepis oleh Adnan. "Saya sudah ada rencana sore ini," lanjut Adnan dengan wajah yang kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Titipan Nenek (Selesai)
RomanceBukannya kado berupa barang yang diterima Qila saat ulang tahun ke 17. Perempuan itu malah mendapatkan jodoh dari neneknya berupa pria tampan yang jauh lebih tua darinya. Mau menolak pun rasanya tidak enak karena neneknya sudah sakit-sakitan dan be...