Tepat pukul empat sore, kelas Qila akhirnya bisa pulang setelah guru yang mengajar pamit dan menutup kelas pada hari ini. Qila kemudian sibuk membereskan mejanya yang kini berantakan setelah kelas melukis tadi.
Ada banyak sisa cat yang mengotori mejanya dan Qila harus segera membersihkan itu semua. Jika tidak, cat tersebut akan cepat mengering dan lebih susah untuk dibersihkannya.
Ketika Qila tengah asyik membersihkan meja, Aira yang duduk di sampingnya terlihat ikut sibuk memperhatikan Qila. Perempuan itu beberapa kali melirik ke arah Qila dan setelah teman sebangkunya itu selesai bersih-bersih, barulah Aira berani mengeluarkan suaranya.
"Qil," panggil Aira yang langsung membuat Qila menoleh ke arahnya.
"Kenapa?" tanya Qila sembari memasang tas ranselnya.
"Kita jadi kan, ke rumah sakit?"
"Jadi dong, yuk," ajak Qila yang langsung membuat wajah Aira bersemangat.
Keduanya pergi dengan menggunakan taksi karena Aira sengaja menyuruh sopirnya untuk tidak menjemput. Terkhusus untuk Aira, ini adalah kali pertamanya menggunakan transportasi umum. Berbeda sekali dengan Qila, Qila bahkan nyaris setiap hari menggunakan taksi atau malah berjalan kaki.
Saat berada di dalam taksi, Qila terus-terusan menjaga Aira karena dia takut teman sebangkunya itu kenapa-kenapa dan benar saja tak lama setelah mereka masuk ada seorang pria yang terlihat mendekatkan dirinya pada badan Aira.
Tentu Qila tidak bisa diam begitu saja saat melihat temannya tengah diperlakukan kurang baik. Dia kemudian menegur pria tersebut dengan suara yang cukup nyaring. "Bisa geseran dikit nggak sih, lo nggak liat temen gue takut sama lo!"
Aira langsung mengaitkan tangannya ke tangan Qila dan beberapa kali mengusap lengan teman sebangkunya itu. "Nggak pa-pa kok, gue nggak pa-pa."
Qila hanya dapat menghela nafasnya karena tau bahwa Aira tidak mau memperpanjang masalah yang ada. Tak lama kemudian mereka sampai di depan rumah sakit. Tanpa lama menunggu, Qila langsung mengajak Aira untuk keluar dari taksi tersebut. Tak lupa dia membayar biaya taksi dengan uang 20 ribu rupiah dan langsung pergi tanpa menunggu kembalian dari uang tersebut.
Saat di tengah perjalanan menuju gedung rumah sakit, Qila mengomeli Aira habis-habisan karena teman sebangkunya itu terlalu penakut untuk menanggapi pria yang di taksi tadi. Jujur, dia tidak mau temannya kenapa-kenapa.
"Ra, lo tuh harusnya tegas sedikit. Lo mau jadi korban pelecehan? Kalau nemu orang kaya gitu lagi, omelin, pukul kepalanya. Jangan diem aja!"
Sebenarnya Qila sudah mau memukul pria yang mengganggu Aira. Namun, teman sebangkunya itu terus-terusan menahan tangannya. Untung saja setelah Qila membentak pria itu, dia langsung menjauhkan badannya dari Aira. Jika tidak, pukulan dari tangannya akan melayang ke kepala pria itu.
"Ra, tapi lo nggak diapa-apain kan tadi?" tanya Qila dengan wajah khawatir sembari memperhatikan dengan saksama tubuh Aira.
"Enggak kok. Tenang aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Titipan Nenek (Selesai)
RomanceBukannya kado berupa barang yang diterima Qila saat ulang tahun ke 17. Perempuan itu malah mendapatkan jodoh dari neneknya berupa pria tampan yang jauh lebih tua darinya. Mau menolak pun rasanya tidak enak karena neneknya sudah sakit-sakitan dan be...