Makanan di hadapan Qila dan Adnan kini telah habis. Qila masih kepikiran tentang seseorang yang menelepon Adnan. Tentu dari namanya orang itu adalah perempuan..
Mata Qila mengikuti gerakan Adnan sejak tadi, pria itu terlihat sibuk dengan ponselnya dan membuat Qila semakin penasaran. Perempuan itu kemudian berdeham kecil sehingga membuat perhatian Adnan beralih ke arahnya.
"Kenapa?" tanya Adnan yang malah membuat Qila salah tingkah. Pertanyaan yang sudah dia rangkai tiba-tiba saja hilang di dalam pikirannya.
Ahh, bego banget sih gue! runtuhnya di dalam hati.
Tiba-tiba saja Adnan berdiri dari duduknya dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana yang dia gunakan. "Ayuk, kita balik."
Qila mengangguk pelan dan mengikuti Adnan yang kini sudah berjalan mendahului dia, selama di perjalanan pulang, Qila terlihat beberapa kali melirik ke arah Adnan yang kini kembali fokus pada ponselnya.
"Sibuk banget kayanya," tegur Qila dengan wajah masam.
Adnan yang menyadari bahwa dia tengah disindir itu langsung menatap ke arah Qila yang kini melempar tatapannya ke luar jendela mobil. "Maaf, saya lagi ada urusan," jelas Adnan dengan singkat.
"Urusan sama Evy?" tanya Qila dengan menekan kata di akhir ucapannya.
Adnan tidak bisa menyembunyikan wajah kaget ya setelah mendengar pertanyaan Qila. Perempuan itu kemudian menoleh ke arah Adnan dan tersenyum kecil.
"Kenapa? Bener ya?" tanya Qila lagi.
"Enggak kok, bukan sama dia."
Qila mengangguk pelan walau sebenarnya dia kurang yakin dengan ucapan pria di sampingnya kini. Setelah keduanya sampai di rumah Qila, perempuan itu kemudian bergegas turun, meninggalkan Adnan yang terlihat begitu bersalah.
Pria itu kemudian ikut turun dari mobilnya dan mengejar Qila yang sudah masuk ke dalam rumahnya. Walau harus memakan energi yang cukup banyak, Adnan akhirnya bisa mengejar Qila dan menarik tangan perempuan itu agar dia berhenti melangkah.
"Saya bisa jelasin," ucap Adnan singkat.
"Jelasin apa? Masalah Evy? Aku nggak peduli."
Qila melepaskan genggaman tangan Adnan di pergelangan tangannya dan berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Adnan tentu tidak akan menyerah dan ikut berlari ke lantai dua rumah itu.
Sesampai di atas, ternyata kamar Qila sudah terkunci dari dalam dan Adnan beberapa kali mengetuk pintu kamar tersebut. "Qil, bukanin, Qil!"
Dengan sedikit berteriak, Adnan memanggil nama Qila beberapa kali. Namun, sayangnya perempuan itu tak kunjung membukakan pintu kamarnya.
"Qil, Evy itu bukan siapa-siapa saya lagi kok," jelas Adnan yang malah membuat Qila kebingungan.
Kini, perempuan itu tengah duduk dia atas kasurnya sembari mendengarkan ucapan yang terlontar dari mulut tunangannya tersebut. Lagi? tanya Qila di dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Titipan Nenek (Selesai)
RomanceBukannya kado berupa barang yang diterima Qila saat ulang tahun ke 17. Perempuan itu malah mendapatkan jodoh dari neneknya berupa pria tampan yang jauh lebih tua darinya. Mau menolak pun rasanya tidak enak karena neneknya sudah sakit-sakitan dan be...