Bab 18 - Terciduk -

44 2 0
                                    

Semua rencana yang dibuat oleh sekretaris Adnan harus hancur karena keadaan Qila yang masih belum sepenuhnya baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua rencana yang dibuat oleh sekretaris Adnan harus hancur karena keadaan Qila yang masih belum sepenuhnya baik. Alhasil ulang tahun Qila hanya diadakan secara sederhana di rumah kecilnya itu.

Sebuah kue ulang tahun kini tengah dipegang oleh Adnan dengan sebuah lilin yang menyala di atasnya, lantunan lagu ulang tahun dinyanyikan oleh Adnan dengan suara beratnya.

Qila yang melihat hal itu hanya dapat tersenyum kecil sembari bangun dari tidurnya. Perempuan itu mendudukkan dirinya di atas kasur dan menunggu Adnan berjalan mendekat ke arahnya.

"Happy birthday to you."

Tidak ada nada nyanyian dalam lagu ulang tahun tersebut. Namun, Qila tetap bertepuk tangan mengikuti lagu yang dinyanyikan Adnan. Dia mengapresiasi apa yang pria itu lakukan dan sedikit sedih karena kali ini ulang tahunnya terasa berbeda, tanpa kehadiran neneknya.

Adnan menyodorkan kue yang dia bawa ke hadapan Qila. Perempuan itu kemudian memejamkan matanya untuk berdoa sebelum akhirnya meniup lilin yang menyala. Ulang tahunnya kini hanya dihadiri oleh Tika, Adnan dan juga Aira. Teman sebangkunya itu tiba-tiba datang dengan membawa sebuah kado dan Qila cukup terkejut sebenarnya. Namun, dia tetap bahagia karena teman sebangkunya itu mengingat ulang tahunnya.

"Selamat ulang tahun ya, Qil," ucap Aira sembari mendekat ke arah kasur. Perempuan itu kemudian menyodorkan sebuah kotak yang bungkus rapi kepada Qila. "Ini kado dari aku."

Qila menerimanya dengan senang hati dan segera membukanya, perempuan itu sangat bahagia saat mendapati sebuah boneka berada di dalam kotak tersebut dan langsung berterima kasih pada Aira.

"Makasih, Ra."

Qila dan Aira kemudian berpelukan dengan hangat di sisi Adnan yang masih sedikit curiga pada Aira. Seharusnya perempuan itu sudah menjauhinya dan juga Qila, tapi Aira tetap mendekati mereka. Dia sudah menyerah atau gimana sih? tanya Adnan di dalam hati.

Dia sudah tak mau berurusan dengan Aira, tapi perempuan itu terus saja masuk ke dalam hidup Qila dan membuat Adnan menjadi tidak tenang. Sampai sekarang pun kelakuan Aira belum terbongkar. Ada rasa kasian di benak Adnan sehingga dia tidak memberitahukan hal tersebut pada Qila.

Nyaris satu jam, Adnan menunggu Aira pulang. Namun, perempuan itu terlihat begitu asyik berbincang dengan Qila. Adnan sejak tadi memperhatikan kedua perempuan itu dari ujung kamar Qila. Dia juga mendengar semua pembicaraan yang keduanya lakukan, tidak ada yang aneh hanya pembicaraan tentang sekolah karena Qila belum bisa turun sekolah.

Di tangan Adnan kini sudah ada sebuah kotak kecil berisikan cincin yang dia mau berikan pada Qila, tetapi pria itu tidak mau langsung memberikannya. Dia mau menunggu Aira pulang terlebih dahulu. Dia ingin memiliki waktu berdua dengan Qila.

"Ya udah, lo nginep di sini aja," ucapan tiba-tiba yang keluar dari mulut Qila itu berhasil membuat Adnan terkejut bahkan pria itu sampai berdiri dari duduknya.

Tentu hal itu membuat Qila dan Aira kebingungan. Keduanya dengan cepat menatap ke arah Adnan yang kini mencoba untuk mengalihkan pandangannya.

"Lo kenapa?" tanya Qila dengan dahi mengkerut.

"Nggak pa-pa," jawab Adnan singkat sembari menahan rasa kesalnya karena Qila meminta Aira untuk menginap.

Di sisi lain, Aira menyadari sikap aneh yang Adnan lakukan dan terlihat menyunggingkan senyum tipisnya. "Hmm, kayanya Mas Adnan nggak mau deh kalau gue nginep di sini."

Suara centil yang keluar dari mulut Aira berhasil membuat Adnan menatap tajam ke arahnya. Kini kedua perempuan itu saling bertatapan dan Qila perlahan memegang lengan atas teman sebangkunya itu.

"Lah, ngapain peduli sama dia sih. Ini kan rumah gue. Bukan rumah dia, jadi terserah gue dong mau ngajak siapa buat nginep di sini."

Qila sendiri merasa bahwa tuduhan Aira tak beralasan, menurutnya untuk apa Adnan melarang teman sebangkunya itu untuk menginap.

Di tengah pembicaraan mereka, tiba-tiba saja Adnan keluar dari kamar Qila. Semakin lama di kamar perempuan itu, semakin pusing kepalanya. Lagipula, masih ada hari lain untuk melamar Qila. Ya walaupun bukan hari spesial perempuan itu.

Di ruang tamu, Adnan terlihat tengah melamun karena pikirannya terlalu penuh dengan berbagai masalah. Selama tinggal di rumah Qila, pria itu tidur di kamar Nenek Rida. Namun, karena Aira mau menginap malam ini. Dia harus tidur di sofa dan kamar Nenek Rida akan digunakan oleh Tika.

Di sisi lain, Aira yang baru saja turun dari lantai dua rumah Qila cukup terkejut saat melihat Adnan yang tengah sendirian. Dia memperhatikan sekitar dan menyadari bahwa tidak ada orang lain selain mereka berdua.

Sekarang sudah nyaris pukul 11 malam dan tadinya Aira mau pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Namun, tujuannya beralih untuk menemui Adnan yang tengah melamun.

Dengan perlahan Aira melangkah menuju Adnan dan tiba-tiba duduk di pangkuan pria itu. Tentu Adnan terkejut, apalagi setelah melihat Aira duduk di pangkuannya.

"Apaan sih kamu!" bentak Adnan sembari menjauhkan Aira dari tubuhnya. Namun, Aira malah melingkarkan tangannya di leher Adnan.

"Cuman ada kita berdua loh, Mas."

Darah Adnan kini mendidih setelah mendengar suara genit yang dikeluarkan oleh Aira. Dia sangat ingin berteriak di telinga perempuan itu agar dia mau menjauh. Namun, sekarang sudah sangat malam dan dia tidak mau mendapat perhatian dari tetangga. Apalagi rumah Qila dan rumah tetangganya sangat dekat jaraknya.

"Saya bilang minggir!" suara rendah milik Adnan terdengar sangat dingin. Namun, Aira tidak takut dengan hal tersebut. Perempuan itu malah semakin mendekatkan dirinya pada Adnan untuk mencoba menggodanya.

Di tengah kegiatan keduanya, tiba-tiba saja Qila turun dari lantai dua kamarnya. Dengan mata yang masih mengantuk, dia langsung berjalan menuju dapur tanpa peduli pada kedua orang yang tengah ada di ruang tamu.

Di sisi lain, Adnan yang melihat calon istrinya itu turun langsung menjauhkan diri dari Aira. Dia berdiri dan berjalan menuju Qila yang ternyata tengah pergi ke kamar mandi.

Adnan menunggu perempuan itu keluar dengan hati yang cemas. Dia takut Qila melihat semua kelakuannya dan tentu Adnan harus menjelaskan semuanya pada perempuan itu.

Setelah beberapa menit, tiba-tiba saja Qila keluar dari kamar mandi tersebut dan cukup terkejut karena melihat Adnan yang tengah menunggunya di depan pintu.

"Lo ngapain di sini?" tanya Qila dengan wajah bingung. Dia kemudian sadar bahwa dia tengah berdiri di depan kamar mandi. "Lo mau ke kamar mandi? Ya udah, masuk aja. Gue udah selesai kok. "

Qila berlalu di hadapan Adnan dan membuat pria itu kebingungan. Adnan kemudian mengejar Qila dan menarik tangan perempuan itu sehingga Qila menghentikan langkahnya.

Qila menoleh dan menatap ke arah Adnan dengan mata yang nyaris tertutup. "Kenapa lo?"

"Saya mau jelasin semuanya."

Dahi Qila mengerut bingung. Namun, rasa kantuknya begitu mengganggu. "Jelasin apaan?Besok aja lah. Gue ngantuk."

Qila kembali berjalan menuju lantai dua rumahnya dan melanjutkan tidurnya. Di sisi lain, Aira kembali mendekati Adnan dan mengaitkan tangannya ke tangan pria itu.

"Kapan-kapan kita jalan berdua yuk, Mas," ajak Aira yang malah membuat Adnan jijik padanya.

Adnan segera menjauh dari perempuan itu dan kembali ke sofa ruang tamu. Dia mencoba untuk menidurkan dirinya dan membuang semua pikiran buruknya sekarang. Besok dia harus bekerja dan dia tidak mau semua masalah yang kini ada mengganggu pekerjaannya.

***

Jumlah kata : 1120

***

Jodoh Titipan Nenek (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang