Ruangan khusus untuk Qila dan Adnan itu terasa begitu sunyi karena keduanya terlalu fokus pada makanan yang tengah mereka santap. Sesekali Qila melirik ke arah Adnan dan pria itu terlihat amat menikmati makanan yang dihidangkan.
Karena bosan, Qila sengaja berdeham untuk membuat fokus Adnan teralihkan kepadanya. Namun, ternyata pria itu tidak peduli dan terus melanjutkan makannya.
Qila yang kesal akhirnya menginjak kaki kiri Adnan dan hal itu berhasil membuat Adnan berteriak kesakitan. "Aw, kamu kenapa sih?" bentak Adnan dengan wajah kesal.
"Lo laper atau gimana sih, fokus banget makannya!" bentak Qila dengan wajah yang masam.
"Ya emang gini seharusnya, kalau makan, harus diem!" tegas Adnan yang berhasil membuat Qila malu karena jujur, perempuan itu sangat bosan jika tidak berbincang saat makan.
"Lagian, ngapain sih makan di tempat kaya gini. Pasti mahal ya?"
Adnan mengangkat salah satu alisnya dan meletakkan kembali kedua alat makannya di atas meja. "Menurutmu?"
"Mahal," jawab Qila singkat yang berhasil membuat Adnan menghela nafasnya.
"Ya kalau mahal, emangnya kenapa?"
"Sayang aja gitu duitnya, ntar lo bangkrut lagi," ledek Qila sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
Sebenarnya dia sudah berhenti makan sejak lama karena makanan yang tersaji tidak sesuai dengan lidahnya, padahal makanan tersebut pasti sangat mahal. Namun, Qila tidak mau memaksa dirinya untuk terus makan. Dia juga selalu jujur pada apapun, termasuk dalam memilih makanan seperti ini.
Pertengkaran mereka pun berhenti seketika karena Adnan memilih untuk mengalah. Hal itu kembali membuat suasana ruangan tersebut sunyi.
"Lo masih lama nggak sih makannya, gue pengen pulang," desak Qila dengan wajah kesal.
"Iya, bentar lagi selesai."
Setelah Adnan mengatakan hal tersebut, pria itu cepat-cepat menghabiskan makanannya dan kemudian mengajak Qila untuk pulang ke rumah sakit. "Yuk, balik," ajak Adnan yang langsung membuat Qila bersemangat.
Keduanya diantar untuk keluar dari restoran oleh salah satu pekerja di sana. Melihat hal itu, Qila sedikit bingung. Nih orang, kaya banget atau gimana sih, sampe dianterin gini, ucap Qila di dalam hati dengan dahi mengkerut.
Dengan cepat keduanya masuk ke dalam mobil dan pergi menuju rumah sakit. Saat di dalam mobil, Qila menyender kepalanya pada jendela mobil yang kini tertutup rapat dan di sisinya, Adnan malah terlihat begitu fokus menyetir. Hanya hal itu yang terjadi di dalam mobil hingga akhirnya mereka sampai di parkiran rumah sakit.
Setelah benar-benar mematikan mesin mobilnya, Adnan cukup terkejut karena mendapati Qila yang kini tertidur pulas sembari memeluk dirinya sendiri. Tanpa basa basi, Adnan membuka jas yang dia gunakan dan membuat jas tersebut sebagai selimut bagi Qila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Titipan Nenek (Selesai)
RomansBukannya kado berupa barang yang diterima Qila saat ulang tahun ke 17. Perempuan itu malah mendapatkan jodoh dari neneknya berupa pria tampan yang jauh lebih tua darinya. Mau menolak pun rasanya tidak enak karena neneknya sudah sakit-sakitan dan be...