Bab 3 - Ketemu

101 4 3
                                    

Langit malam kini sudah menghitam secara keseluruhan dan hal itu tidak membuat Qila ingin berhenti untuk melangkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit malam kini sudah menghitam secara keseluruhan dan hal itu tidak membuat Qila ingin berhenti untuk melangkah. Sebenarnya dia tidak memiliki tujuan dan beberapa saat kemudian tiba-tiba saja pikirannya menjadi kosong. Semakin lama langkah Qila semakin mengarah ke tengah jalan dan membuat perempuan itu nyaris tertabrak karena lalu lintas yang cukup ramai.

Pengendara motor tersebut langsung menarik handle rem juga menekan klakson secara bersamaan. Hal itu membuat Qila terkejut dan terjatuh. Lamunan perempuan itu langsung sirna seketika dan pria paruh bayah yang nyaris menabraknya langsung memarahi Qila. "Hati-hati dong, kalau jalan!"

Setelah membentak, pria itu langsung pergi meninggalkan Qila yang masih terduduk lemas di atas aspal. Qila berusaha bangkit dari duduknya. Namun sayang, kakinya terasa sakit dan dia memutuskan untuk duduk di sisi jalan sembari memperhatikan jalan. Gue harus kemana ya? tanyanya di dalam hati.

Saat tak sengaja kembali melamun, tiba-tiba saja sebuah mobil berhenti di depannya. Lampu milik mobil itu terlihat begitu terang hingga membuat Qila susah melihat siapa pemiliknya. Matanya menyipit saat memperhatikan seseorang yang kini keluar dari mobil tersebut. Sebenarnya dia sudah siap jika harus dimaki lagi, tapi ternyata pemilik mobil itu ialah Adnan.

Pria tampan itu kemudian berlutut untuk mensejajarkan tubuhnya pada tubuh Qila dan tanpa mengeluarkan mengatakan apapun, dia langsung menggendong tubuh Qila untuk masuk ke dalam mobilnya. Setelahnya, Adnan juga ikut masuk ke dalam mobilnya dan menutup pintu mobilnya dengan cukup keras. "Kalau cara kamu begini, bukan nenekmu yang mati duluan, tapi kamu!" bentak Adnan tiba-tiba.

Qila cukup takut dan tidak berani untuk mengeluarkan suaranya sekecil apapun, karena dia merasa bersalah akan tindakan yang dia lakukan sebelumnya. "Maaf," cicit Qila yang ternyata tak mampu didengar oleh Adnan.

Setelah cukup lama di perjalanan, kini kedua orang itu telah sampai di rumah Qila. Tidak ada pembicaraan yang keduanya lakukan sehingga membuat suasana menjadi sangat canggung sekarang. Qila terdiam sembari memperhatikan rumahnya yang terlihat begitu gelap. Karena tidak mendapati pergerakan dari perempuan di sampingnya, Adnan kemudian menoleh dan mendapati Qila yang melamun.

"Heh, kamu kenapa!" bentak Adnan yang langsung membuat Qila sadar. Perempuan itu kemudian menggelengkan kepalanya sebagai jawaban bahwa dia baik-baik saja.

"Turun, udah sampe rumah kamu ini, sekarang kamu beres-beres terus bawa beberapa baju dan perlengkapan untuk nenekmu di rumah sakit."

"Iya," ucap Qila pelan. Namun, perempuan itu masih terdiam tanpa berniat untuk keluar dari mobil Adnan.

"Kok diem, ayo turun!"

Mendapat perintah keluar dari Adnan membuat Qila langsung keluar dari mobil berwarna putih itu. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa takut saat melihat rumahnya sendiri. Syukurnya Adnan juga ikut turun dari mobilnya. "Ayo, masuk," ajak Adnan sembari berjalan lebih dahulu.

Qila berlari menyesuaikan langkah panjang yang Adnan lakukan. Perempuan itu kemudian berlindung di belakang tubuh Adnan sembari sesekali melirik sekitar. Qila memang dikenal sebagai perempuan yang penakut, syukurnya ada Adnan yang kini mau menemaninya.

"Kamu ngapain sembunyi di belakang saya?" tanya Adnan dengan wajah bingung.

Qila kemudian mengulas senyum canggungnya, "Gue takut."

Adnan terlihat menghela nafasnya sepertinya dia sangat lelah dengan kelakuan yang Qila perbuat hari ini. Baru sehari saja mental Adnan sudah ditempa seperti ini, bagaimana jika Qila benar-benar menjadi istrinya. Tentu Adnan tidak hanya bersama Qila sehari dua hari, melainkan untuk selamanya.

"Ya sudah, saya temenin."

Qila membawa Adnan ke dalam kamarnya dan membuat pria itu terkejut. "Ngapain ngajak saya ke kamar?"

"Apaan sih lo, lo pikir gue mau apa-apain lo? Nggak kebalik apa?"

"Ya terus, ngapain ke kamar?"

Qila mengambil nafasnya cukup panjang dan segera mengeluarkannya, "Gue mau mandi. Lo nggak liat, gue masih pake seragam?"

Mata Adnan kemudian memperhatikan tubuh Qila dari atas sampai bawah, calonnya itu masih menggunakan baju seragam sekolah dengan wajah yang sudah nyaris berantakkan. "Ya udah kalau gitu."

Dengan cepat Qila mengambil bajunya di dalam lemari dan kemudian masuk ke kamar mandi. Cukup lama dia berada di kamar mandi sehingga membuat Adnan bosan, pria itu berjalan mengitari kamar Qila yang jauh lebih kecil dari kamarnya. Dia juga memperhatikan beberapa foto yang perempuan itu tempel di dinding. Tanpa sadar Adnan melukis senyum di wajahnya.

Saat tengah asik memperhatikan foto-foto yang terpanjang di kamar Qila, tiba-tiba saja pintu kamar mandi perempuan itu terbuka. Qila keluar dengan pakaian santai juga wajah yang lebih baik dari sebelumnya. Entah kenapa Adnan menjadi salah tingkah saat melihat Qila. "Lo kenapa?" tanya Qila sembari mengikat rambutnya.

"Kamu nggak pake jilbab?" tanya Adnan balik.

"Gue cuman pake jilbab kalau di sekolah," jelas Qila sembari berjalan menuju lemarinya. Dia mengambil beberapa baju dan kemudian masukkan baju tersebut ke dalam tas yang cukup besar. Dia juga tidak melupakan buku dan juga seragam sekolahnya karena dia akan tetap pergi sekolah selama neneknya dirawat.

Adnan menunggu dalam diam sembari duduk di atas kasur milik Qila. Pria itu memperhatikan Qila dari belakang. "Jangan lupa baju Nenek kamu juga," sahut Adnan yang langsung membuat Qila menoleh ke arah pria itu.

"Iya, bawel banget sih lo!"

Setelah selesai memasukkan semua pakaian juga perlengkapan yang Qila butuhkan, perempuan itu beralih pergi menuju kamar neneknya. Sebelum itu Qila menarik Adnan untuk menemaninya. "Ayo temenin gue ke kamar Nenek."

Tanpa perlawanan, Adnan berjalan mendahului Qila untuk kembali ke lantai satu rumah perempuan itu. "Nyalain lampunya," perintah Qila yang membuat Adnan kesal. Sejak masuk pria itu yang menyalakan semua lampu di rumah tersebut karena Qila terlalu takut untuk melakukannya.

Adnan mencari tombol lampu kamar Nenek Rida dan setelahnya langsung dia tekan tombol tersebut. Kini kamar Nenek Rida sudah terang dan Qila bisa dengan mudah mengepak baju neneknya. Ada banyak baju yang perempuan itu bawa untuk neneknya, dia pikir akan lebih baik seperti itu sehingga dia tidak perlu bolak balik untuk mengambil pakaian neneknya.

Setelah selesai, Qila dan Adnan keluar dari rumah perempuan itu. Sebelum pergi, dia mengunci rumah dengan dua lantai tersebut. Mungkin dalam beberapa hari, Qila tidak bisa pulang ke rumahnya dan kemudian tinggal di rumah sakit.

"Ayo, buruan, kasian Nenek ditinggal terlalu lama," ucap Adnan yang langsung membuat Qila sadar bahwa kini neneknya sendirian di rumah sakit.

"Oh iya! Siapa yang jagain Nenek!"

"Ada perawat kok, saya sudah kasih tau dia untuk jagain Nenek Rida sebentar," jelas Adnan yang langsung membuat Qila paham. "Ya udah, yuk buruan."

Adnan langsung masuk ke dalam mobilnya sembari diikuti oleh Qila. Namun, sebelum itu Qila memasukkan dua tas besar ke belakang mobil Adnan tanpa di bantu oleh sang pemilik mobil. Qila tidak terlalu peduli, toh dia merasa masih bisa melakukan hal itu sehingga tidak perlu bantuan Adnan.

Jumlah kata : 1060

***

Yeay, update.

Makasih udah baca.

***

Jodoh Titipan Nenek (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang