Bab 2 - Dijodohin?

122 5 8
                                    

Cukup lama Qila menunggu neneknya bangun sehingga tanpa sadar dia pun ikut tertidur di sisi kasur rawat neneknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cukup lama Qila menunggu neneknya bangun sehingga tanpa sadar dia pun ikut tertidur di sisi kasur rawat neneknya. Sebenarnya tidur sembari duduk itu sangatlah tidak nyaman. Namun apa daya, Qila terlalu lelah untuk sekedar berpindah tempat ke sebuah sofa panjang yang juga berada di ruang rawat neneknya itu.

Matahari kini mulai terbenam dan ternyata Nenek Rida sudah bangun dari tidurnya. Wanita tua itu perlahan memperbaiki posisi tidurnya karena merasa tidak nyaman. Sebenarnya dia sangat berhati-hati dalam bergerak agar tidak membangunkan cucunya, tetapi Qila tiba-tiba terbangun dengan wajah yang sedikit bengkak.

Qila mengedipkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar terbuka lebar. Perempuan itu cukup terkejut karena melihat neneknya sudah sadar. Dia langsung berdiri dan mengecek keadaan neneknya.

"Gimana, Nek, ada yang sakit?" tanya Qila yang langsung membuat neneknya menggeleng pelan.

"Ya udah, kalau gitu. Nenek jangan banyak gerak dulu," saran Qila yang langsung membuat neneknya tersenyum. "Sebentar aku panggilin Dokter ya."

Dengan cepat Qila menekan tombol di sisi kasur neneknya. Dia ingat betul bahwa Dokter yang memeriksa neneknya tadi mengatakan bahwa jika neneknya sudah bangun, Qila harus menekan tombol tersebut. Benar saja setelah tombol berwarna hijau itu Qila tekan, seorang Dokter masuk ke dalam ruang rawat neneknya di temani oleh dua orang suster.

Dengan langkah cepat Dokter berpapan nama Farhan itu masuk ke dalam ruang rawat Nenek Rida. Dia langsung memeriksa tubuh wanita tua itu, mulai dari mengecek detak jantung, mata juga beberapa bagian tubuh lainnya.

Di sisi lain, Qila hanya mampu terdiam sembari memperhatikan neneknya diperiksa. Di dalam hati, Qila selalu berdoa agar hasil pemeriksaan neneknya cukup baik.

Setelah selesai memeriksa, Dokter Farhan dan dua suster yang bersamanya kemudian berdiskusi dan menulis sesuatu di map yang mereka bawa, sedikit banyak Qila mendengar percakapan mereka. Cek darah? Untuk apa? Tanya perempuan itu di dalam hati. Kemudian, Dokter Farhan menatap Qila dan membuat perempuan itu menjadi salah tingkah.

"Jadi, gimana keadaan Nenek saya, Dok?" tanya Qila dengan nada pelan.

Dokter Farhan tersenyum ke arah Qila dan menepuk pundak perempuan itu beberapa kali. "Tenang aja, Nenek kamu nggak papa kok, tapi untuk sementara biarin beliau dirawat di sini ya," jelas Dokter tersebut.

Qila mengangguk paham. "Baik, Dok. Makasih."

"Iya, sama-sama. Saya balik dulu ya, kalau ada apa-apa jangan lupa tekan tombol seperti tadi."

"Baik, Dok."

Dokter Farhan dan kedua suster yang bersamanya tadi kemudian keluar dari ruang rawat Nenek Rida. Perlahan Qila kembali duduk di sisi neneknya yang sudah kembali tidur. Dia sedikit tertarik melihat infus baru neneknya, padahal sebelumnya infus tersebut belum habis. Kenapa harus diganti? Sebenarnya Qila kurang memahami hal-hal seperti itu dan dia hanya perlu mengikuti intruksi dari Dokter Farhan.

Jodoh Titipan Nenek (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang