Ramaiin yaa.... :D
###
Eunha membuka mata dan mengenali langit-langit kamarnya. Perempuan itu mengerang, memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Beberapa saat kemudian, ketika otaknya sudah mulai bekerja, Eunha menyadari sesuatu. Bukankah tadi dia sedang bertengkar dengan Jeon Jungkook? Eunha menoleh, mencari ke segala penjuru ruangan tapi tidak menemukan seseorang pun.
Perempuan itu justru menemukan tangannya sedang diinfus, selimut yang sampai ke dagu dan makanan serta obat di nakas dekat tempat tidurnya. Eunha meraih air putih, menemukan sebuah kertas dengan tulisan tangan Jungkook di sana.
Aku pergi, ada urusan. Makan dan minum obatmu, dan dokter juga berpesan supaya kau tidak melepas infusnya sampai infusnya habis. Aku akan datang lagi kalau urusanku sudah selesai.
"Siapa yang menyuruhmu datang lagi, dasar menyebalkan!" Eunha mendesis kesal, melepaskan infus yang terpasang ditangannya, tidak mempedulikan pesan yang ditulis oleh Jungkook.
Eunha bangkit, hendak mencari makan karena perutnya sudah lapar, tapi mengernyit melihat panci yang ada di atas kompornya. Oh? Apa Jungkook memasak? Jadi bubur yang diatas nakasnya adalah hasil karya lelaki itu? Eunha mendengus geli. Yang benar saja!
Meski begitu Eunha tetap mendekat untuk melihat kemungkinan pancinya mengalami proses kepanasan yang berlebihan, tapi tidak menemukannya. Yah, sebenarnya dia tau Jungkook cukup mampu memasak.
"Kenapa dia memegang barang-barang ku, sih?" Dumel Eunha kesal. Perempuan itu mengambil sendok, kemudian berjalan menuju ruang tengah karena ponselnya berdering dari arah sana.
Ibunya menelepon.
"Ya, Bu?" Eunha menyapa malas sambil berjalan kembali ke dapur.
"Hei, Anak Nakal! Apa begitu sulit memberi kabar pada ibumu? Bagaimana bisa ibu tau kau sakit dari Sinb?" Eunha sempat berjengit terkejut mendengar ibunya mengomel keras.
"Astaga! Apa ibu perlu berteriak seperti itu?" Balas Eunha sebal. "Aku hanya pusing sedikit!"
"Anak ini! Dimana kau sekarang? Kau sudah periksa ke dokter? Dokter bilang apa?" Ibunya menghujani Eunha dengan tiga pertanyaan berturut-turut.
Aku hamil, batin Eunha.
Perempuan itu melempar sendoknya ke dalam panci berisi bubur yang di buat, Jungkook, mendadak merasa malas makan padahal dia baru makan tiga suap.
"Anemia," jawab Eunha pendek. Toh, dia tidak berbohong, walaupun tidak mengatakan semuanya.
"Jung Eunbi!" Ibunya menggeram memperingatkan.
"Aku tau! Aku sudah lebih baik sekarang!" Tentu saja begitu! Aku sudah diperiksa oleh 2 dokter berbeda dan mendapat obat yang sama dua kali!
"Ibu akan memasakkan beberapa makanan untukmu, Dae In akan mengantarkannya nanti! Jangan sampai kau kabur!" Ancaman ibunya hanya Eunha sahuti dengan gumaman singkat.
Tidak lama setelah ibunya memutuskan sambungan telepon, managernya menghubungi.
"Eunha, kau sudah baikan? Besok kau ada jadwal pentas di festival, kau tidak lupa kan?" Eunha menghela napas begitu managernya mulai mencecar.
"Iya, aku ingat. Kau bisa menjemputku di jam biasa," jawab Eunha tenang.
"Oh! Dan Cho In Il menanyakanmu. Kenapa kau tidak menjawab pesannya?" Eunha mengerutkan kening begitu nama yang familiar baginya itu muncul.
"Entahlah. Aku baru saja pegang ponsel. Aku akan menjawabnya," kata Eunha. Begitu sambungan telepon terputus, Eunha segera melarikan jempolnya ke icon aplikasi chat, dimana disana sudah banyak sekali percakapan yang belum dia baca.
![](https://img.wattpad.com/cover/325586792-288-k156540.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute Bunny Club (2022) {✓}
FanfictionSiapapun pernah melakukan kesalahan, dan itu hal yang lumrah. Merasa ngeri dengan masalah yang kita timbulkan juga bisa di maklumi, tapi menyakiti orang lain? Apakah itu masih bisa diterima? Kesalahan demi kesalahan, kesakitan demi kesakitan, tapi d...