Monnie melenguh saat pipinya dibelai lembut. Wanita itu tertidur lelap setelah Willy menggempur tubuhnya. Monnie membuka matanya. Willy sedang menatapnya dengan lembut. Itu adalah hal yang ia lakukan sejak wanita itu terlelap. Monnie menarik selimutnya lebih tinggi lagi. Ia hanya mengenakan celana dalam di balik selimut putih itu.
"Berapa lama aku tertidur?" Suara Monnie terdengar serak. Suara itu terdengar seksi dan mampu membangunkan milik Willy kembali.
"Hampir dua jam. Maaf sudah membuatmu lelah,"ucap Willy.
Monnie menatap Willy, kemudian ia mendekatkan wajahnya ke dada pria tersebut. Hati Willy berdesir."Kenapa kita tidak menjalin hubungan saja?"
"Kenapa harus menjalin hubungan?"
Willy merengkuh tubuh Monnie."Supaya kau bisa kubawa ke mana pun. Aku akan terus melindungimu."
"Bukankah kau bisa merengkuh tubuh wanita mana pun. Ada banyak wanita yang bisa kauajak pergi." Monnie tersenyum tipis. Ini adalah bentuk penolakannya secara halus. Mungkin saja Willy bisa memikirkannya ulang. Monnie menganggap ia tidak layak bersanding dengan lelaki itu. Watak mereka bersebrangan. Ia takut akan menjadi pemicu keretakan dalam hubungan mereka kelak.
"Ucapanmu tidak bisa kuterima, sayang. Aku mencintaimu. Tidak bisakah kau menerima cintaku?" Willy mengeratkan pelukankannya.
Monnie mendongak."Aku akan menjawabnya setelah urusanku selesai."
Willy menangkup wajah Monnie."Itu sangat lama, bukan? Bagaimana kalau terjadi apa-apa denganmu? Aku akan pergi cukup lama. Aku tidak bisa selau ada di sisimu. Oleh karena itu aku memintamu untuk ikut.
"Aku berjanji akan menjaga diri dengan baik. Aku akan kembali untukmu." Monnie tersenyum penuh arti. Wanita itu melepaskan pelukan Willy dan bergerak meraih gawainya.
Willy meraih gawai Monnie dan menyimpannya kembali ke atas nakas. Monnie melotot sebagai bentuk protes."Ini adalah hari untukku. Tidak boleh ada pekerjaan."
Monnie terkekeh."Aku tidak pernah menyetujui hal itu. Lagi pula aku hanya mengecek apakah Bibi menghubungiku atau tidak."
"Tidak. Aku sudah berpesan agar tidak mengganggumu,"balas Willy cepat.
Monnie tertawa."Baiklah. Lakukan semaumu. Hari ini aku sedang senang. Jadi, aku akan menuruti segala keinginanmu. Ini momen yang langka bukan?"
Willy mengangguk,"oleh karena itu aku tak mau melewatkannya sedetik pun." Wajahnya menunduk ke pundak telanjang Monnie. Ia memberikan kecupan di sana.
"Bukankah ini sudah malam?"
"Ya? Kau mau makan malam?"
Monnie menggeleng."Aku belum lapar. Tapi, sepertinya kau yang kelaparan."
Willy menyeringai,"aku memang kelaparan. Makananku berbeda. Aku suka makanan yang bisa kulahap berulang kali, selama aku mampu. Walaupun aku hanya bisa melahapnya hari ini saja."
Monnie tersenyum penuh arti. Sebagai Penulis yang juga menulis kisah romansa dewasa, ia paham betul apa yang dikatakan Willy."Kau sedang lapar sekarang?"
"Sejak beberapa menit lalu." Willy mengecup bibir Monnie lalu melumatnya. Ia sudah menyiapkan tenaga ekstra untuk hari ini.
"Aku masih lemas." Monnie mendorong tubuh Willy pelan.
"Aku tidak percaya. Mata indahmu mengatakan sebaliknya." Willy masuk ke dalam selimut dan menindih tubuh Monnie. Ia mencumbu tubuh wanita itu di dalam selimut. Setiap inchi tubuh Monnie mendapatkan sentuhan, baik dengan tangan atau pun bibir.
Monnie merasakan jemari Willy menyapu daging lembut miliknya. Wanita itu mengigit bibir bawahnya menahan gejolak di bawah sana. Satu jari Willy menekan lembut pusat diri Monnie. Wanita itu menggelinjang dengan gerakan yang menggairahkan. Willy terus menekannya. Lalu, secara perlahan ia melihat milik Monnie basah.
Monnie menghempaskan selimut yang menutupi Willy. Ia melihat tubuhnya tengah dicumvu oleh lelaki itu. Celana dalamnya kini terasa basah. Willy menurunkannya secara hati-hati. Ia menarik celana dalam itu sembari mengecup betis Monnie. Tubuh Monnie melengkung, merasakan gelenyar yang Willy ciptakan.
Wajah Willy terangkat dan menyambut dada Monnie yang membusung. Pria itu melenguh menyambut dua gundukan kenyal itu. Suaranya terdengar seksi dan sangat memuja keindahan tubuh wanita itu. Miliknya semakin mengeras karena ia benar-benar menginginkan momen seperti ini.
"Will!" Monnie terkejut saat merasakan gigitan kecil di puncak dadanya. Terasa dingin dan basah oleh sapuan lidah lelaki itu. Monnie meremas rambut Willy, sesekali menekan kepalanya, agar menghisapnya lebih dalam lagi.
Willy menjauhkan kepalanya, lalu meremas dua gundukan kenyal dengan penuh gairah. Pria itu berlutut di atas tubuh Monnie. Miliknya menegang dengan sempurna. Ia sudah sangat siap untuk menyatukan miliknya. Pria itu merendahkan tubuhnya.
Willy mengerang saat miliknya menembus milik Monnie. Miliknya terasa begitu hangat dan basah. Ia memeluk Monnie erat dan mencium setiap inchi wajahnya."Aku sangat mencintaimu, Monnie."
Monnie tidak menjawab. Wanita itu mendesah merasakan hunjaman Willy yang begitu kuat. Ia bisa merasakan ada cinta di setiap embusan nafsunya saat ini. Tetapi, Monnie tidak akan terpengaruh. Ia akan menahan perasaannya sampai urusannya selesai.
Willy menarik tubuh Monnie begitu cepat. Tubuh wanita itu seakan seringan kapas. Ia membuat posisi Monbie berlutut membelakanginya. Lalu kembali menghunjam dan memberikan tepukan lembut pada bokong Monnie.
Monnie tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa memberikan umpan balik karena setiap detik Willy mengambil alih segalanya. Willy kembali mengubah posisi. Ia memangku Monnie dengan posisi wanita itu membelakanginya. Milik mereka kembali menyatu dan Willy menggerakkan miliknya monnie merasakan miliknya terasa penuh dan sesak. Ia tidak nyaman dengan posisi ini. Tapi, Willy menghunjamnya dengan cepat dan semangat.
Monnie memilih untuk bertahan pada posisi itu dan menahan rasa nyeri yang melanda.Willy kembali mengubah posisi, kali ini ia membaringkan Monnie kembali. Ia tidak langsung menghunjam, melainkan memberikan kecupan-kecupan kecil di wajah Monnie. Napasnya tak beraturan menyentuh wajah wanita itu. Monnie mengatur napasnya sejenak.
"Kau masih mengenakan alat kontrasepsi?"tanya Willy memastikan.
Monnie mengangguk."Iya. Apa kau berharap aku tak memakainya lagi?"
"Iya. Siapa tahu malaikat kecil itu bisa hadir. Lalu, menyatukan kita. Menjadikanmu milikku selamanya. "Willy tertawa kecil. Lalu, ia mengangkat kedua kaki Monnie dan meletakkan keduanya di pundak. Tubuhnya condong ke arah Monnie, lalu ia kembali menghunjam. Tubuh wanita itu kembali terguncang hebat. Tubuh Willy mulai hangat dan mengeluarkan bulir keringat.
Monnie terdiam pasrah dibawah tekanan tubuh lelaki itu. Hunjaman Willy semakin kencang seiring dengan desahan keduanya. Monnie memeluk Willy kencang dan mencapai klimaks, diikuti oleh Willy. Willy menyemburkan cairannya dengan perasaan yang menggelora. Seakan-akan ia bisa memiliki Monnie seutuhnua setelah persetubuhan ini usai. Perasaan Willy semakin menggila. Ia justru tak mau hari ini berakhir.
💌

KAMU SEDANG MEMBACA
MUST BE A HAPPY ENDING
Romance⚠️ 21+ Cerita berisi banyak adegan yang membuat tidak nyaman. Bagi, Wyne Xynerva, ada dua cara untuk mendapat posisi tertinggi. Pertama, bekerja keras. Kedua, dengan menjatuhkan pesaingnya. Obsesinya membuat ia memilih jalan kedua. Ia menyingkirkan...