Part 18

714 83 10
                                    

Sudah terbit sampai part 28 di karyakarsa

Monnie tiba di sebuah hotel yang mereka janjikan. Bibi sudah memesankan kamar. Mereka akan bercerita sesuatu yang rahasia. Jadi, sebaiknya mereka bertemu di tempat yang tertutup.

Monnie masuk ke kamar dan menyadari sesuatu. Bibie memesan president suit room. Bukankah mereka hanya bercerita yang bisa dilakukan di atas tempat tidur. Tetapi, kenapa mereka harus melakukannya di kamar semewah ini. Belum hilang keheranannya, bel berbunyi.

Monnie membuka pintu dan terkejut. Pria yang ada di balik pintu bukanlah Bibi, melainkan Willy.

"Will?" Monnie beringsut mundur.

"Hai~" Pria itu masuk dan menutup pintu. Ia memeluk Monnie dengan penuh cinta."Aku merindukanmu."

Monnie membalas pelukan Willy dengan ekspresi yang masih terlihat kaget."Kenapa kau ada di sini. Di mana Bibi?"

"Dia masih di rumah. Tadi aku bersamanya karena aku menanyakan kabarmu. Dan~sepertinya ikatan batin kita sangat kuat. Di saat bersamaan, kau menghubunginya dan mengajak bertemu."

Monnie memutar bola matanya."Pantas saja Bibi membuat janji di hotel. Ternyata ada sesuatu. Jadi, ini semua idemu?"

"Iya. Tapi, Bibi akan datang nanti. Tenang saja."
Willye memegang pinggang Monnie kemudian menatap wanita yang dicintainya itu."Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik. Bukankah kau sangat sibuk, Wil? Kenapa ada di sini?"

"Jika aku punya waktu sedetik pun, itu akan kuhabiskan bersamamu. Aku sedang senggang,

jadi aku mengunjungimu."

Monnie berjinjit, kemudian mengecup bibir Willy. Willy membalas kecupan Monnie, lalu mereka berciuman. Willy mendorong tubuh Monnie hingga terjatuh ke atas ranjang. Keduanya berpelukan mesra.

"Kenapa kau melakukan ini, Will?"

"Jika tidak seperti ini, kau tidak mau bertemu denganku, kan?"balas Willy sambil membuka kancing kemeja wanita itu. Lalu mengecup bagian dadanya.

"Aku tidak pantas denganmu, Will, berikanlah cintamu ini pada wanita yang cintanya setara denganmu." Semua wanita menginginkan pria seperti Willy, termasuk Monnie. Hanya saja ia merasa sangat tidak pantas mendapatkan kebaikan seperti itu, karena hatinya teramat kotor.

Willy tertawa kecil. Kini ia berhasil melepaskan

kemeja wanita itu dan meletakkannya di sisi ranjang. "Sekali lagi kau bicara seperti itu, maka aku tidak akan membiarkanmu kembali ke rumah itu. Aku akan menculikmu dan menikahimu."

Monnie memeluk Willy, kemudian keduanya bergumul di atas ranjang. Pakaian mereka satu persatu terlepas dan kini berpagutan mesra.

"Kapan kau akan pergi?"tanya Monnie sembari menengadah. Saat ini Willy tengah menghisap puncak dadanya.

Willy mengangkat wajahnya."Malam ini." Lalu, ia memasukkan jemarinya ke dalam milik Monnie. Wanita itu mendesah. Miliknya telah basah dan siap untuk dimasuki.

Willy menyatukan milik mereka, keduanya mendesah bersamaan menikmati setiap pergesekan yang sedang terjadi. Monnie bisa merasakan cinta Willy yang begitu dalam dari cara pria itu mencumbu dan menghunjamnya.

Monnie pun berusaha menanggapinya dengan lembut.

Percintaan mereka berakhir setelah mengganti gaya bercinta mereka dengan menungging. Kulit bokong Monnie sedikit kemerahan karena remasan tangan Willy. Monnie memeluk Willy dengan perasaan yang bahagia. Bersama pria itu, ia selalu merasa tenang dan tidak takut apa pun.

"Kapan Bibi akan datang?" Monnie melihat jam tangannya.

"Sebelum jam makan siang. Aku juga ada meeting di hotel ini. Jadi, kalian bisa bicara,"kata Willy yang sudah mengatur semuanya.

Monnie bangkit dan segera membersihkan diri. Willy juga tengah  bersiap untuk meeting. Dan akhirnya orang yang Monnie tunggu datang.

"Aku turun dulu, ya." Willy mengecup kepala Monnie.

Monnie mengangguk."Iya, bye."

Bibi duduk di sofa, meletakkan makanan yang ia bawa ke atas meja."Seneng banget si Willy akhirnya ketemu sama lo."

"Iya, lah seneng. Tapi, tetap aja aku merasa tidak enak menerima kebaikannya,"jawab Monnie sembari membuka makanan.

"Alah, terima aja. Jadi, gimana lo sama pere itu?" Bibi membuka pembicaraan. Ia tahu mereka tidak punya banyak waktu.

"Sejauh ini lancar dan aku sudah berhasil mendekati Hide. Dia sudah masuk perangkapku. Dan kau tahu~pagi ini dia memberiku ini." Monnie mengambil amplop pemberian Hide. Ia sudah memeriksa isinya saat di taksi tadi.

Bibi membuka amplop coklat tersebut dan terbelalak."Seratus juta?"

Monnie mengangguk."Dia memintaku membeli

handphone baru agar bisa berkomunikasi dengannya."

Bibi terkekeh kemudian menyerahkan ponsel lain milik Monnie yang dititipkan padanya. "Turuti saja. Kau tidak perlu membelinya karena kau punya banyak handphone."

"Tentu saja. Aku cukup kaget ini terjadi begitu cepat karena aku baru menggodanya semalam." Monnie teringat saat ia menghisap milik Hide. Wanita itu menggeleng berusaha menghilangkan ingatan itu sejenak.

Bibi mengusap lengan Monnie."Dia memang tidak bisa digoda sedikit saja. Itulah kenapa akhirnya dia meninggalkanmu. Uang ini tidak ada apa-apanya dengan perbuatan jahat mereka."

"Terkadang ada beberapa kejadian yang membuatku sedih. Tapi, aku harus kuat untuk membalas mereka." Raut wajah Monnie sedikit berubah menjadi sedih.

"Terus dekati dia. Habiskan uangnya. Kau harus menerima uang tunai agar tidak bisa dideteksi. Kalau tidak, kau juga bisa dipanggil nanti saat dia tertangkap,"kata Bibi.

"Bagaimana caranya?"

Bibi memutar bola matanya."Jadilah wanita manis, lugu, dan manja. Beri bumbu kesedihan sedikit. Dia akan menyerahkan segalanya untukmu. Ambil sebanyak yang kau bisa."

Monnie mengangguk sembari menimang uang tersebut. Uang seratus juta rupiah ini pasti sangat kecil bagi Hide. Ini hanyalah uang jajan yang ia letakkan sembarangan di dalam mobil.
"Lalu kita apakan itu nanti?"

"Kita beri ke panti asuhan, panti jompo, kasih ke orang terlantar. Itu kan uang rakyat, kita kembalikan ke rakyat yang susah."

"Aku mengerti."

"Monnie, kau harus totalitas dalam melakukan ini. Kalau tidak, kau bisa gagal. Aku akan selalu ada di sisimu." Bibi tersenyum penuh arti. Ia sudah mendapat banyak orang yang bisa ia ajak kerjasama untuk menjatuhkan Wyne.

"Bi, semalam~" Monnie teringat dengan Wyne dan pria yang tidak ia kenal."Semalam Wyne mengadakan pesta di rumah. Lalu, dia bercinta dengan seorang pria di belakang Hide. Kau tahu, mereka bercinta di rumah itu sendiri."

Bibi mengernyit."Pria itu seperti apa?"

Monnie mengeluarkan rekaman video dan menunjukkannya pada Bibi. Bibi menjentikkan jemarinya."Itu Vinz, orang kepercayaannya. Dia sering datang ke rumahmu mencari jejak Ilona."

"Kau mengenalnya?"

"Willy juga tidak tinggal diam, say, dia juga menyewa detective untuk mencari tahu tentang

Penerbitan Xynerva dan orang-orang di dalamnya,"kata Bibi.

"Ah~jadi, dia membeli kepercayaan itu dengan tubuhnya." Monnie menyeringai.

"Kupikir dia tergila-gila pada Hide. Mereka sangat romantis saat di rumah. Ternyata suami istri itu sama saja." Bibi tertawa mengejek."Bukankah akan lebih mudah menghancurkannya dengan seperti ini?"

"Sangat mudah."

"Kau fokus saja di rumah itu. Untuk informasi dalam kantornya, itu akan menjadi urusanku."

MUST BE A HAPPY ENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang