Rosaline [Part 2]

103 33 3
                                    

Asap mengepul dari sebuah kue kecil yang secara khusus aku panggang. Aku tersenyum menyaksikan hasil kerjaku pagi ini.  Sebuah marmer cake yang secara spesial aku buat teruntuk istri tercintaku.

Secangkir teh aku sediakan, melengkapi potongan kue yang terhidang di sebuah piring kecil. Tak lupa sebuah koran aku letakkan di sampingnya.

Kegiatan yang selalu rutin ia kerjakan selama akhir pekan.

Aku bahagia meski dia tak mengatakan terima kasih ketika mencicipi semua olahanku.

Bagiku asalkan ia mau menikmatinya tanpa mengeluh apapun, itu sudah merupakan berkah yang luar biasa.

Aku duduk di kursi dapur yang berseberangan langsung dengan kursi yang biasanya ia tempati.

Senyuman mereka tak luput bersarang di bibirku. Wajah berseri dengan make up natural pun bersiap menyambutnya pagi ini.

Tuk

Tuk

Tuk

Beberapa langkah kaki terdengar mendekat dan semakin mendekat. Aku bergegas memperbaiki diri. Senyuman yang tercurah pun kian aku lebarkan.

Namun...

"Kau mau kemana?"

Senyumanku luntur seiring dengan figurnya yang berjalan menghampiri.

Dia tak menjawab, malahan langsung meraih segelas air mineral dan meneguknya tandas.

Aku menatapnya lamat, menunggunya untuk memberikan jawaban, namun lagi-lagi ia mengacuhkanku.

"Apakah kita akan pergi bersama?" Tanyaku menebak, berpura-pura setengah riang setengah berdoa dalam hati.

Dia tergelak kecil.

Aku terdiam miris.

"Mengapa aku harus pergi bersamamu.. dasar bodoh.. jangan mengira jika kau adalah istriku kau bisa berharap sesuatu yang tidak mungkin.. pergi bersama? Tsk.."

Aku ingin menjerit dan mengatakan padanya untuk sedikit menghargaiku. Namun alih-alih melakukannya, aku hanya bisa membisu sembari menahan sesaknya di dada.

"Lalu bersama Yewon?"

"Tentu saja, dia satu-satunya wanita yang aku cintai.. kadang aku berpikir mengapa aku masih saja mau memilih bertahan denganmu daripada dengannya yang jelas-jelas memiliki hatiku.."

Aku menggeram. Seraya menahan tangis, aku menatap lamat dirinya.

"Mungkin karena aku berasal dari keluarga terhormat, memiliki uang dan dia tidak..."

Ya, secara sombong aku menunjukkan padanya bahwa keluargaku kaya raya berbeda jauh dengan wanita itu yang hanya berasal dari kalangan biasa, seorang sekretaris yang merangkap sebagai simpanan direkturnya.

Yuju nampak kesal. Dia menatapku tajam nan garang. Tapi itu sama sekali tak membuatku takut.

Di usia pernikahan kami yang baru seumur jagung ini bukan sekali dua kali aku dan dirinya berselisih, tentu hanya karena Yewon, Yewon, dan Yewon.

"Fuck! Berani sekali kau mengatakan itu hah?!"

Dia menarik daguku, mencengkeramnya kuat. Bulir-bulir air mata pun tak terelakan lagi jatuh berluruhan.

Dia kecewa saat kekasihnya ku hina.

Namun ia tak merasa jika hinaan dan cacian yang aku terima darinya jauh lebih melukaiku.

"Persetan dengan background keluargamu.. aku tak peduli.. aku menikahimu karena ayahku yang memaksa.. jika bukan karena hutang budi.. ayahku juga tidak akan setuju menikahkan putrinya dengan gadis bodoh sepertimu.. namun dia jauh lebih berharga daripada kau.. dia memilikiku.. hatiku dan tubuhku.. Tsk.."

Dia mendorongku kasar sampai-sampai hampir membuatku terjungkir ke belakang, syukurlah tanganku secara refleks berpegangan pada meja yang lumayan kokoh.

Dengan marah Yuju pergi begitu saja. Aku tahu ke mana dia pergi. Tak lain dan tak bukan ke istana baru yang lebih sejuk memayunginya.

Sembari memegangi perutku yang kembali sedikit kram, aku menangis keras.

Sakit.

Perih.

Hingga rasanya ingin mati saja.

Cinta yang aku tahu adalah perasaan yang membahagiakan, tapi cinta yang aku miliki membawaku ke penderita seumur hidup.

Aku menatap nyalang sepiring kue yang aku hidangkan.

"Bodoh.. mengapa kau begitu bodoh Jung Eunbi.. hiks.. hiks.."

Ya, aku memang bodoh untuk selalu menangisinya.

Menangisi wanita yang tak sekalipun memberikan kesempatan bagiku memilikinya.

Aku memukul dadaku yang sakit, mataku berubah panas dan memerah, serta nafasku yang menjadi tersedat-sedat.

'Kau ku duga menjadi Romeoku, namun kau lebih memilih menjadi Romeonya dan aku bukanlah julietmu.'

Setelah menangis seperti orang gila hampir setengah jam, akhirnya aku memilih membersihkan diriku di kamar mandi.

Dan seusai meminum obat yang mulai menjadi rutinitasku setiap pagi dan malam hari, aku memutuskan untuk beristirahat di atas ranjang.

Aku menatap datar cermin di depanku. Cermin besar yang menunjukkan bayangan seorang wanita malang yang kini berubah kurus dan tak seceria dulu.

Wajahnya kusam, dan bahkan menjijikkan.

Aku benar-benar terlihat jelek.

"Hei.. mengapa kau telah berubah menjadi itik buruk rupa.. dimana Eunbi yang dulu.. yang ceria, manja dan penuh tekad.."

Aku tak tahu, tapi bagiku Eunbi yang dulu benar-benar sudah mati dan berganti menjadi Eunbi yang sekarang.

Aku membaringkan tubuh lelahku. Lelah dengan kehidupan ini.

Perlahan aku tertidur, sendiri, untuk yang kesekian kali.

TBC...

Gfriend OS & SS~[🥀]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang