Rosaline [Yujuna][Sad]

123 37 0
                                    

Pernahkah kau membaca kisah tentang Romeo dan Juliet karya pengarang legendaris William Shakespeare?

Sebuah kisah yang menceritakan tentang bertemunya dua keluarga besar yakni Montague dan Capulet yang berakhir dengan perselisihan turun-temurun.

Romeo dan Juliet, dua anak manusia yang saling jatuh cinta pada pandangan pertama di waktu dan keadaan yang salah. Cinta terlarang karena terhalang adanya permusuhan antara kedua belah pihak orang tua hingga menjadikan mereka rela berbuat nekat, mempertahankan cinta, melewati segala rintangan maupun halangan yang menghadang dengan berbagai cara.

Dalam kisahku dan kau, aku selalu ingin berperan sebagai Juliet, yang dicintai tulus oleh Romeo tanpa syarat. Rela bertaruh, rela berdarah.

Namun sayang, peran yang kau berikan hanyalah seorang Rosaline, wanita kedua yang bagimu tak berarti apapun. Wanita yang menjebakmu dalam lingkaran pernikahan yang tak kau inginkan.

Aku rela bertarung demi kau yang bahkan tak menganggapku ada.

Aku rela berdarah demi kau yang bahkan ingin aku pergi jauh.

Aku rela, hanya demi cinta yang bisa membuatku kapan saja mati. Hanya demi cinta yang membuatku terpuruk dan bodoh...

Aku melihatmu dengan dia bermesraan di depan mataku.

Choi Yuju, Istriku.

Aku tahu kau membenci pernikahan ini.

Aku tahu dan paham, diriku hanya menjadi batu sandungan untukmu agar bisa bersamanya. Tapi, bisakah kau melihatku sebentar saja. Melihat wanita malang ini yang mencintaimu dengan segenap jiwa.

Bisakah?

Aku tak ingin kau meninggalkan dia, Kim Yewon, kekasihmu. Wanita yang kau cintai sebelum kau bersamaku.

Aku tak menuntut balas cintamu.

Aku hanya mau kau menghargaiku, menghormatiku selayaknya aku istri sah mu.

Choi Yuju, kau cintaku, wanita yang memilih menjadi pendosa di dalam hidupnya. Mengorbankan aku, istrimu.

Kau Choi Yuju, wanita yang memilih bersumpah lantang berteriak memanggil nama Yewon sebagai julietmu melewati aku, Jung Eunbi, wanita yang menjadi pendampingmu.

Bagaimana bodohnya aku masih mencintai wanita yang selalu berusaha mendorongku pergi.

Bagaimana dungunya aku bahagia disaat kau membahagiakan julietmu.

Aku kau terlantarkan, berhari-hari siang nan malam aku hanya diam tergulung kesedihan, sendiri diranjang kita. Berharap kau ada disampingku, meski hanya bayangmu semata.

Di dalam ranjang ini pula aku selalu memimpikanmu, memimpikan seorang Romeo yang mencintai dengan tulus seorang Rosaline. Bersama sehidup semati, berdua hingga nanti.

Aku tertawa bodoh, menggeleng tak mungkin.

Ting tung..

Bel rumahku berbunyi, aku tahu jika istriku itu telah tiba, tentu bersama simpanannya.

Kulirik jam di atas nakas, tepat tengah malam.

Aku mendesah dan bangkit segera. Aku seka sisa-sisa air mataku sebelum beranjak pergi membuka pintu.

Aku buka pintu itu secara perlahan, hatiku mencelos perih.

Disana, untuk yang kesekian kali kulihat istri tercintaku merangkul dan mencium mesra leher wanita itu dalam keadaan mabuk.

Perih, layaknya sebuah sayatan pisau yang langsung tertancap di hati.

Aku marah, tapi aku tak bisa berbuat lebih. Karena aku tak berarti.

"Mabuk lagi?"

"Aku sudah mengatakannya untuk tak meminum berlebihan.." Yewon melirik canggung ke arahku seraya berusaha membopong Yuju masuk ke dalam rumah kami.

Aku berusaha meraih tangannya namun Yuju lekas mencegatku, dia menghempaskan lenganku kasar lalu kembali memeluk erat wanita itu.

"Sayang... yewonie... ting-galah bersamaku.." Pintanya dengan tingkah pola orang mabuk.

Aku terdiam dan mematung, seperti orang bodoh yang hanya bisa menerima begitu saja.

Hatiku berdenyut nyeri.

Haruskah?

Haruskah untuk kesekian kali aku membiarkan istriku tidur bersama kekasih selingkuhannya di istana kami?

Di dalam hati aku berharap agar julietnya menolak ajakan itu, sehingga aku bisa melaksanakan tugasku sebagai istrinya.

Namun...

"Tentu saja sayang..."

Dan..

Hatiku terbunuh untuk yang kesekian kali.

Yewon membawa Yuju ke dalam kamar tamu, setelahnya aku tak tahu apa yang mereka lakukan di dalam sana, namun sebagai seorang istri pikiranku pasti sudah melayang terlalu jauh.

Aku berdiam menatap lirih pintu yang terkunci. Jangan tanyakan kondisi jiwa dan hatiku. Hancur tak berkeping.

Aku tersedu dalam diam.

Marah, tapi sakit hati yang teramat dalam.

Mengapa aku harus menjadi terlalu bodoh hingga rela terluka.

"Awww..."

Meringis, aku menahan perih di perutku. Secepatnya aku beranjak ke kamar guna meraih obat-obatan yang belakangan ini memang selalu tersedia di laci nakasku.

"Uchh..."

Mencari dengan cepat sebab sakitnya kian tak tertahan. Terburu-buru aku menelan beberapa butir pil.

"Hiks... hiks..."

Aku terduduk di ranjang, menunduk dan menangis tersedu-sedu seraya memegangi perutku.

Mengapa hidupku harus berakhir menderita hati dan jiwa seperti ini.

TBC...

Gfriend OS & SS~[🥀]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang