Jika penolakan tak membuatmu lelah,
Mungkin pergi, akan membuatmu menyerah.
-Hehe-
"Ini surat perceraian kita. Silahkan temui aku kalo kamu udah tanda tangan."
Hampir 24 jam yang lalu, adegan ini yang Shani harap akan terjadi. Menjadi titik dimana dia akan memulai kehidupan barunya dengan lebih baik. Tentunya dengan seseorang yang dia inginkan selama ini.
Namun nyatanya ketika detik ini kalimat itu menyapa indera pendengarannya, mengapa rasanya seperti hampir mati. Rasanya tubuhnya seperti ditikam berkali-kali oleh ego dan penyesalannya sendiri.
Dengan tangan gemetar, Shani menerima amplop itu dari tangan Gracia. Segera setelah amplop coklat itu berpindah tangan, Gracia langsung balik badan dan pergi meninggalkannya.
"Gracia-------" Suara Shani memanggil cukup keras menghentikan langkah kaki Gracia. Berharap perempuan yang masih berstatus 'istri'nya itu tidak pergi meninggalkannya.
Gracia memutar badannya menghadap Shani. Seketika kalimat yang ingin Shani ucapkan pada Gracia harus dia telan kembali ketika melihat Gracia menggeleng pelan sambil menatapnya terluka.
Untuk pertama kalinya Shani melihat seseorang menatapnya seperti itu. Membuat Shani merasa seperti seorang penjahat berdarah dingin yang baru saja membunuh mental seseorang. Bahkan dia sadari tatapan ini tidak dia temukan pada Frans ketika kemarin Shani memutuskan hubungan dengannya untuk selamanya.
Akhirnya dengan terpaksa Shani mengalah. Cukuplah dia turuti egonya. Tak ingin lagi menanggung lebih banyak penyesalan. Melihat gelagat Shani yang sepertinya tak tahu harus berbuat apa, buru-buru Gracia pergi, lari secepatnya meninggalkan Apartement itu.
💨💨💨
"Loe kenapa Shan?" Tanya Cindy yang menepuk pelan pundak Shani, lalu duduk disampingnya. "Muka loe ketekuk mulu daritadi. Sampai gue was-was takut loe salah nyuntik pasien."
Shani hanya mendesah pasrah, lalu menunduk meletakkan kepalanya di meja.
"Ada masalah apalagi? Gue liat kemarin loe happy dijemput pulang Frans. Udah ambil keputusan?" Tanya Cindy lagi yang penasaran dengan sikap sahabatnya hari ini.
Mendengar nama itu, Shani mengangkat kembali kepalanya. Menatap Cindy cukup lama.
"Kenapa? Gracia ga mau lepasin loe?"
Shani menggeleng, tak lama dia menangis. Membuat Cindy panik lalu menggeser duduknya. Berusaha merangkul Shani yang dibalas Shani dengan pelukan yang lebih erat.
"Gue masih punya banyak waktu hari ini kalau loe mau cerita keresahan loe kali ini." Ucap Cindy sambil mengelus pelan punggung Shani. "Dan kalau bocah itu bikin masalah yang menghambat kebahagiaan loe, gue siap bantu. Loe tinggal bilang mau loe apain bocah itu."
Mendengar itu, tangis Shani makin pecah.
"Shan....."
"Penjahat sebenarnya bukan Gracia, tapi aku Cin..." Ucap Shani pelan di sela tangisnya.
"Maksud loe?"
"Aku yang udah nyakitin dia, merusak kebahagiaan dia."
"Tapi kan loe-------"
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Asing (END)
Fantasy"Lo punya pacar?" "Baru diputusin" "Kamu punya?" "Baru ditolak" ~ Collaboration with @-Nubivagant- ~