21

6.3K 672 172
                                    








-Jika memang harus kembali asing,
Setidaknya kamu pernah jadi yang paling penting-





-Nubivagant- X Sthiraa_






=MetBaca=
____________









Meski sudah diberi tahu Olla dan Mira bahwa Gracia pergi entah kapan kembali, namun Shani tidak mau percaya begitu saja. Dia tetap kukuh datang kerumahnya meski hanya pagar terkunci rapat yang dia lihat atau sambutan sinis Olla maupun Mira yang dia terima.

Awalnya hampir setiap hari Shani datang atau sengaja lewat setelah pulang dari rumah sakit, meski jalan balik ke Apartementnya harus memutar jauh.

Lama-kelamaan karena merasa usahanya masih saja nihil dan dia mulai percaya perkataan Dua kunyuk itu, ritmenya dia kurangi menjadi 3 atau 4 hari sekali datang untuk memastikan penghuni rumah itu sudah kembali atau belum.

Hari demi hari berlalu dan tak juga ada tanda-tanda kemunculan Gracia ataupun Mamanya, hal itu membuat Shani makin frustasi. Dihubungi pun tidak bisa, seakan-akan mereka menghilang ditelan bumi dalam sekejap. Entah berapa galon air mata yang sudah Shani keluarkan setiap malam hanya untuk meratapi nasibnya, menikmati penyesalannya. 

Lambat laun kondisi ini mulai mempengaruhi kehidupan Shani sehari-hari. Kesehatan fisiknya mulai terganggu membuat dia beberapa kali harus absen dari rumah sakit. Jangan tanya bagaimana kondisi psikisnya saat ini. Anggaplah di mata teman-temannya kini Shani sudah seperti seseorang dengan gangguan mental akut. 

"Shan, loe semalam makan?" Tanya Cindy yang sengaja datang ke Apartement Shani untuk menjenguknya.

"Ga laper." Ucap Shani tanpa menatap Cindy sedikitpun.

"Harus makan ih. Nih gue bawa sesuatu buat loe."

"Taruh aja. Ntar gue makan."

"Makan sekarang ya. Mumpung masih anget."

"Ntar aja."

"Shanii." Cindy memanggil Shani dengan setengah geram. Kesal karena temannya begitu keras kepala.

Tapi Shani sepertinya tidak peduli, Dia hanya menatap Cindy sekilas lalu memalingkan muka lagi.

"Sejak gue datang, loe ga pernah sekalipun natap gue kalau gue ngomong. Seakan-akan gue musuh yang loe hindari."

"Maaf." Ucap Shani pelan.

"Bukan itu jawaban yang gue mau. Gue mau loe makan, loe pikirin diri loe sendiri. Gimana loe mau sayang sama orang lain kalau loe sendiri ga sayang diri sendiri?"

Shani hanya diam. Tak berniat merespon sedikitpun.

"Shan, jangan lakuin hal bodoh. Dengan loe kayak gini loe pikir Gracia bakal luluh dan maafin loe gitu? Kita bahkan ga tau dia dimana sekarang, apa dia sama sedihnya kayak loe gini atau malah sebaliknya." Ucap Cindy berusaha mempengaruhi Shani.

"Asal dia maafin aku, apapun aku lakuin."

"Shani!!" Cindy hampir berteriak karena kesal dengan sikap Shani.

"Kamu pulang aja, aku mau tidur. Makasih udah mau kesini." Ucap Shani kemudian berdiri lalu pergi meninggalkan Cindy masuk kedalam kamar begitu saja.

"Arrrrrggghhh! Emang batu!"




💨💨💨





Entah harus dengan cara apalagi Cindy membujuk Shani agar mau lebih memperhatikan diri sendiri. Hingga pada absennya Shani dirumah sakit kesekian kali, membuat Cindy lagi-lagi harus extra keras mencari cara agar Shani mau sedikit berpikir waras, termasuk dengan cara dipaksa.

Orang Asing (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang