Semesta ini terlalu kecil
untuk menampung rindu sendirian
==Keep Spirit==
|
|"Aihh mantap kali..."
"Anjirr! Putih banget gila."
"Cium aku. . Cium.."
Plak!!
Mata Gracia terbuka lebar saat merasakan panas di pipi kanannya. Dengan kesal dia bangkit, menatap tajam orang yang kini berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang. Rusak sudah adegan cium-mencium yang sedang dia mimpikan.
"Mama! Ini anaknya lhoo. Bukan sandsack tinju, main pukul-pukul aja!" Kesal Gracia kemudian berdiri.
"Bangunin kamu ga bisa pake cara alus. Kamu tidur apa mati suri sih!?" Ucap Melody.
"Mama mau ngapain di kamar gege? Gege lagi males ribut!"
"Hape kamu bunyi terus daritadi sampe kedengeran ke luar. Percuma pasang volume mentok kalau ga guna!" Kesal Melody. "Punya kuping di sumpel gajah kali ya." Lanjutnya.
"Ha? Kok Gege ga denger sih?"
"Tauk! Makanya sebelum tidur jangan minum racun tikus, biar kalau ada apa-apa tuh kedengeran!"
Gracia hanya mendengus mendengar omelan Melody. Tangannya mulai sibuk mencari-cari ponselnya.
"Hape Gege mana?" Gracia sibuk membongkar tempat tidurnya. Mencari ke semua sudut kasur, bahkan sampai ke kolong tempat tidur sekalipun. Tapi tak juga menemukannya.
"Ck! Duh Gustiiii dosa apa aku sampe punya anak model begini. Cari sampe ketemu! Kalau sampai bunyi sekali lagi dan kamu belum angkat, Hape kamu Mama jual!" Setelah mengucapkan itu Melody beranjak keluar dari kamar Gracia dengan membanting pintu.
Brakkk!
Gracia hanya memejamkan mata mendengar bantingan pintu kamarnya ketika Melody keluar.
"Bodo ah! Pintu-pintu dia. Kalau rusak dia juga yang benerin." Gumam Gracia.
"Aaarrgghh hape gege mana?!!" Gracia frustasi karena tak juga menemukan ponselnya. Antara penasaran siapa yang menelponnya berkali-kali atau panik kalau nanti dijual Mamanya karena berisik.
Dia diam berdiri di tengah-tengah ruangan. Mencoba mengingat-ngingat siang tadi setelah pulang kuliah dia melempar ponselnya begitu saja. Seingatnya terakhir kali dia pakai untuk chat dengan Gengnya sebelum akhirnya ketiduran.
"Lha bego! Ngapain dicari sih. Tungguin aja sampe bunyi lagi. Ntar ketahuan dimana." Tak mau capek mikir, Gracia naik lagi ke tempat tidurnya. Menyelimuti tubuhnya. Sungguh hari yang indah. Meski tak lagi bisa memejamkan mata, setidaknya dengan rebahan seperti ini merupakan surga bagi kaum "tulang lunak" seperti Gracia.
Matanya menerawang jauh menembus langit-langit kamarnya, memikirkan perubahan nasibnya yang akan terjadi dua hari lagi. Urusan pernikahan sudah 95% selesai. Meskipun dia harus menebalkan hati dan telinganya mendengar cicitan Mamanya dan omelan Shani. Padahal mereka begitu juga karena sikapnya sendiri. Dua hari lagi dan kamar kesayangannya ini hanya tinggal kenangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Asing (END)
Fantasi"Lo punya pacar?" "Baru diputusin" "Kamu punya?" "Baru ditolak" ~ Collaboration with @-Nubivagant- ~