Prolog

249 40 58
                                    

Alysa, seorang murid baru di SMA Karya Satu, saat ini sedang terdesak oleh tembok di belakangnya.

Ketika ia ingin berlari ke samping. Secepat kilat pemuda itu langsung memasang tangannya menghalangi gadis itu. Begitu juga saat Alysa mencoba kabur ke arah sebaliknya. Kedua tangan kokoh itu mengurung Alysa untuk mencegahnya kabur.

Jantung Alysa berdegup kencang tatkala kedua mata tajam itu mengurungnya dalam tatapan yang menelannya, membuat gadis itu merasa tak nyaman. Perutnya mules, seolah-olah ada kupu-kupu sedang menggelitiki perutnya¹. Bukan mules yang menyakitkan, tapi mules-mules enak. Walaupun jantungnya dag-dig-dug-ser, pemuda ganteng pujaan hati di hadapannya membuat Alysa nyaris kehilangan kendali.

"Ya Allah, mimpi apa aku semalem? Sampe ditahan cogan gini?" batinnya.

Pikiran logis Alysa menampar keras hati bucin gadis itu supaya tetap terkendali. "Harap tenang, ini cobaan. Meski kamu cewek kampung, tapi kamu bukan cewek murahan yang gampang mleyot. Ingat! Kamu anak emak-bapak, bukan yupi!" tegur pikirannya itu.

Alysa menelan air liurnya, lalu dengan hati-hati ia bertanya, "Kakak mau apa?"

"Aku mau ngomong sama kamu, jangan kabur."

"Kakak mau ngomongin apa?" tanya gadis itu gelisah. Pikirannya berusaha keras mengendalikan diri supaya tak meleleh.

"Hm... apa ya? Muka kamu menggemaskan."

Alysa langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan. Komentar dari teman seangkatan itu membuat mukanya menjadi panas. Entah sudah semerah apa warnanya.

"Bangke! Damage-nya nggak ngotak!" umpat Alysa dalam hati.

Vian tertawa melihat reaksi Alysa. "Jangan ditutup gitu, dong! Aku nggak bisa lihat muka manis kamu," ucap lelaki itu sambil memegang kedua tangan Alysa.

"Aku tuh, malu Kak. Kak Alvian itu maunya apa sih? Udahlah manggil aku ke belakang sekolah, terus meng-kabedon aku!"

Alvian mengernyitkan alisnya. "Kabedon itu apa?"

"Ya, itu, yang Kakak lakuin barusan!"

"Ooh, kayak gini?" Vian mengurung Alysa lagi, membuat gadis itu tak berkutik dan salah tingkah. Reaksi Alysa membuat Alvian makin gemas ingin menggodanya.

"Udahlah! Sebentar lagi bel bunyi, Kak!" ucap Alysa sambil menunduk.

"Oke, oke. Mau nggak kamu jadi pacarku?"

Alysa mengangkat kepalanya dan menatap Alvian dengan ekspresi terkejut. "Hah?" Hanya itu suara yang keluar dari mulutnya.

Untuk sesaat Alysa bengong. Namun, otak bucinnya dengan norak berteriak, "Rejeki nomplok! Jangan ditolak!"

Plak!

Pikiran logis Alysa langsung meng-KDRTA (Kekerasan Dalam Rongga Tengkorak Alysa) si otak bucin. "Jual mahal dikit! Kita dateng ke sekolah buat belajar! Nyenengin ortu! Bukan buat pacaran!" sergahnya galak.

"Kaku amet lu, si paling logis. Nyoba pacaran sekali seumur hidup apa salahnya?" balas si otak bucin judes, "ta-tapi aku setuju sama pendapatmu," sambungnya lirih dengan nada tsundere².

Karena Alysa terdiam lama, Vian memasang wajah kecewa. Ia mengira akan ditolak Alysa dan mulai merasa menyesal sudah menembak gadis itu. Maka Alvian menjauh seraya berkata, "Ya udah kalau nggak mau."

"Kakak minta aku jadi pacar?" tanya Alysa mencoba mengkonfirmasi bahwa dia tak salah dengar.

"Ya, iyalah! Masa minta jadi adek?"

Jarak yang semakin melebar di antara mereka, memaksa Alysa untuk mengambil keputusan dengan cepat sebelum pemuda itu pergi.

Sejak mengenal Alvian, Alysa memang sudah menaruh rasa padanya. Tak disangka, kini Alvian justru menembaknya. Dengan cepat, Alysa mengejar pemuda itu dan meraih lengannya untuk memberikan jawaban.

"Kak, boleh kasih aku waktu tiga hari buat mutusin?" pinta Alysa dengan harap-harap cemas.

Vian menoleh pada gadis yang memegang lengannya. "Untuk mutusin itu aja kamu minta waktu buat mikir?"

Mendengar hal itu, Alysa menelan ludahnya. Cepat-cepat ia memberikan respons, "Iya Kak." Angguknya.

Alvian langsung menarik lengannya dari Alysa. "Segitunya mau nolak. Kalau nggak mau ya udah. Lupain aja permintaanku." Terdengar nada kecewa dan penyesalan dalam suaranya.

Kata-kata Alvian membuatnya merasa bersalah. Sebenarnya Alysa tak bermaksud menolak Vian, tetapi sepertinya pemuda itu salah paham.

"Bukan gitu, Kak. Aku nggak nolak Kakak."

"Jadi, kamu mau jadi pacar aku?"

"Soal itu, engg...."

"Ya udah. Kalau nggak mau nggak apa-apa. Padahal aku serius."

"I-iya deh. Aku mau!" Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Alysa. Tanpa sadar ia terpaksa mengiakan.

"Oke! Kita resmi pacaran." Akhirnya pemuda itu tersenyum. "Nanti aku jemput kamu sepulang sekolah."

Suara bel membuat keduanya berpisah. Vian tersenyum penuh kemenangan usai menembak Alysa.

Bersambung

Catatan kaki:
1) kupu-kupu dalam perut. Perasaan tersebut dikenal dengan istilah butterflies in the stomach. Apa arti istilah tersebut?
Dalam Urban Dictionary, butterflies in the stomach berarti perasaan yang luar biasa saat orang yang Anda cintai melihat, menatap, atau memuji Anda. Lalu Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan pada momen itu, kecuali merasa bahagia. (Sumber: https://amp.kompas.com/wiken/read/2022/02/02/134345381/saat-jatuh-cinta-anda-merasakan-butterfly-in-the-stomach-apa-itu)
2) tsundere = malu-malu kucing

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang