Kinan kembali dari kamar mandi dan mendapati kawan-kawannya sedang menyalin sesuatu. "Lagi pada nyatet apa?" tanya Kinan.
"Lagi nyalin PR fisika, Ki. Ayo, kamu ikutan juga!" ajak Arman.
Segera, Kinan mempersiapkan alat tulisnya dan bergabung dengan yang lain. Aryo yang selesai menggambari kalender untuk buku Alysa juga bergabung. Sedangkan Desi, Ika, Alysa, dan Ratna yang hanya perlu menyelesaikan sisa dua soal, hendak mengerjakan PR sejarah.
"Ada yang bawa buku paket sejarah?" tanya Desi pada kawan-kawannya. Namun, tak ada yang menjawab.
"Nggak ada yang bawa, Des," ucap Ika.
Mendengar hal itu, Alysa berinisiatif. "Kak Vian, boleh pinjem buku paket sejarahnya nggak?" pinta gadis itu.
Alvian yang sedang sibuk menyalin, menoleh pada pacarnya. "Buat apa?"
"Buat ngerjain PR sejarah," jelas Alysa.
"Oh... iya, kuambilin," jawab Alvian berjalan menuju kamarnya. Kemudian dia kembali dan menyerahkan buku paketnya pada Alysa. "Nih!"
"Nah, kayak gini kan enak. PR dikerjain bareng jadi semangat," komentar Ratna.
Di saat anak-anak sibuk mengerjakan PR. Kinan yang merasa khawatir mengajak Ratna pulang. "Ratna, pulang, yuk!" bisik Kinan.
Ratna yang paham dengan kondisi Kinan pun setuju. "Ya udah, aku beresin dulu alat tulisku," ucap Ratna menyudahi kegiatannya.
"Mau ke mana?" tanya Ika.
"Mau nganter princess pulang," canda Ratna.
"Alvian, kita pulang dulu ya!" pamit Kinan pada tuan rumah.
"Ya! Hati-hati!" balas Alvian.
Melihat Kinan pulang, Arman juga tak minat berlama-lama di sana. Apalagi gerimis sudah berhenti, PR fisika sudah selesai ia kerjakan, dan PR sejarah dapat ia kerjakan di rumah.
"Aku juga pamit, Al. Mau jemput ibuku," pamit Arman yang tentunya diikuti Tio dan Diego. Melihat ketiga kawannya pergi, Aryo juga mengekori.
"Kita pulang juga yuk, Ka!" ajak Desi yang dibalas anggukan oleh Ika. "Alvian, ini buku paketmu. Makasih ya udah minjemin," ucap Desi mengembalikan buku milik Alvian.
"Sama-sama, Des," balas Alvian dengan senyum manisnya.
"Aku juga pamit, Alvian. Makasih snack dan minumannya," pamit Ayu menuju teras, di mana anak-anak sedang mengenakan sepatu, sedangkan Kinan dan Ratna sudah tak terlihat.
Saat Alysa menyusul ke teras dan mengenakan sepatu. Panggilan Arman membuatnya menoleh. "Lis, mau kuanter?" tawar anak berkacamata itu.
"Boleh, Ar," jawab gadis itu yang mempercepat mengenakan sepatu.
"Eit! Mau ke mana? Kamu aku yang anter," cegah Alvian memegang tas pacarnya saat gadis itu hendak pergi. "Duluan aja, Ar. Biar aku yang nganter Alisa," ujar Alvian pada Arman.
Arman mengangguk dan mengalihkan perhatian pada Bi Irah. Pemuda itu tak lupa pamit pada wanita itu. Anak-anak lain, kecuali Alysa, juga berpamitan pada wanita yang tadi menjamu mereka.
"Dadah, Alvian. Dadah, Alysa," ucap Desi melambai pada pasangan itu.
"Jagain Alysa, Bi! Jangan sampe ditahan Alvin!" canda Tio sebelum pergi.
Setelah semua pergi, Alvian mengajak Alysa kembali ke rumah. "Lis, tadi aku belum selesai nyalin PR fisika. Boleh pinjem punyamu? Minggu aku balikin," janji Alvian.
Alysa memutar bola matanya. Dengan enggan, gadis itu membuka ranselnya. "Janji hari Minggu ya!"
"Tadi kamu cepet banget pas Arman ajak pulang?" singgung Alvian, menarik atensi pacarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]
Novela JuvenilLolos ke SMA favorit, tinggal di kota, difasilitasi, dan berkenalan dengan teman-teman baru. Semua keberuntungan itu terasa manis bagi Alysa Salma Aulia. Terlebih ketika Alvian-cowok populer di sekolah, memintanya menjadi pacar. Membuat gadis lugu d...