36. Tak Sadar Hamil

24 1 0
                                    

Alvian pulang ke rumah dengan selamat. Udara pagi yang dingin membuatnya panas-dingin. Kembali ia merasa tak enak badan.

Seperti yang ia duga, ayah dan ibunya sudah menunggu di ruang tamu. "Dari mana saja Kamu?!" ucap ayahnya kesal.

"Nginep di rumah temen," jawab Alvian santai tak peduli melangkah masuk.

"Nginep di rumah siapa kamu?" selidik ayahnya.

"Ya di rumah temen. Temen Vian kan banyak di sini, nggak kayak di pesantren," sindir anak itu menyinggung pembicaraan semalam. Ia langsung saja pergi ke kamarnya dan merebahkan badan ke atas kasur.

"Jangan lupa hari ini kamu berangkat ke sekolah!" tegas ayahnya.

"Iya! Vian tahu!" balas pemuda itu dari dalam kamar.

Ibu Alvian langsung menghampiri anaknya ke kamar. "Vian! Mama khawatir banget semalem, tahu kamu kabur!" tegur ibunya cemas.

Alvian menoleh melihat ibunya. "Vian cuma nginep di rumah temen, kok! Udahlah, Vian mau mandi," ucap anak itu sambil melepaskan jaket dan melangkah menuju kamar mandi.

Ibu Alvian menyentuh pipi anaknya yang terasa hangat. "Muka kamu merah, Sayang. Kamu demam," cemas ibunya.

Alvian menyingkirkan tangan ibunya dengan tak sabar. "Kalo nggak berangkat, Vian diomelin ayah," elak pemuda itu.

***

Hari masih jauh dari jam tujuh, tetapi guru fisika SMA Karya satu sudah berkendara di jalan raya. Saat motornya berhenti di lampu merah, tiba-tiba rasa mulas menyerangnya. Membuat wanita itu bergegas turun dari motor dan menghampiri tempat sampah di pinggir jalan.

Setelah menundukkan badannya, wanita itu memuntahkan sarapannya tadi pagi. "Hoek! Huek!"

Beberapa pejalan kaki menghampiri guru itu. Seorang ibu-ibu yang hendak ke pasar bahkan mengurut-urut tengkuk guru SMA itu.

"Kenapa, Bu? Masuk angin?" Bu guru menggeleng, ia tak merasa sakit.

"Hamil mungkin," ucap seorang wanita yang baru saja lari pagi.

Bu guru mengusap mulutnya dengan sapu tangannya. Pendapat wanita yang lari pagi itu meski terdengar asumtif, patut ia pertimbangkan. Hal itu membuat Ibu guru mampir ke apotek guna membeli tespek.

Sesampainya di sekolah, ia memesan teh manis ke warung. "Anterin ke kantor ya!" perintah Bu guru pada Ibu warung. Setelah mempertimbangkan sejenak, ia menambahkan. "Sama sarapan juga! Nasi, sayur, dan gorengan." Ibu warung mengangguk mendengarkan pesan Bu guru.

Usai memesan makanan. Wanita itu masuk ke kamar mandi dan mengeluarkan tespek dan mengujinya. Wanita itu menyadari bahwa sekolah bukanlah tempat ideal untuk melakukan pengujian, tetapi rasa penasaran membuatnya tak ingin menahan diri untuk memeriksanya di rumah.

Sambil menunggu hasilnya muncul, wanita itu mengingat-ingat kapan terakhir kali ia haid. Kesibukannya sebagai guru sekolah membuatnya kurang memperhatikan siklusnya. Namun, sesibuk-sibuk dirinya, ia berusaha melayani suaminya dengan baik.

"Kalau diingat-ingat, kayaknya bulan ini aku belum menstruasi?" pikir wanita itu. Ia juga menyadari kadang-kadang ia kerap mendadak mual.

Tak lama, hasilnya muncul dua garis. Bu guru positif hamil. Hal ini membuatnya senang. Ia merasa tak sabar untuk mengabarkan hal ini pada suaminya, lebih-lebih pada putrinya yang kini sudah kelas 1 SMP.

"Pasti anakku seneng banget bakal punya adek," batin Bu guru senang. Lalu ia berjalan menuju ruang guru. Rasa sakit kepala muncul dan membuatnya tak nyaman.

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang