Alysa mencuci wajah secepatnya, karena ia tak membawa sapu tangan, akhirnya gadis itu berlari ke lapangan dengan wajah basah.
Melewati lorong laboratorium komputer, Alysa sedikit kesulitan karena lorong itu dipenuhi oleh anak-anak yang sedang melepas sepatu, hendak mengikuti pelajaran komputer.
Usai melewati rombongan itu, lorong kelas yang Alysa lewati sangat sepi. Rasa cemas dan mual karena berlari setelah makan membuat Alysa semakin tidak nyaman.
Sesampainya di lapangan, semua anak sudah berbaris. Kinan yang melihat Alysa, segera memberikan kode untuk bergabung ke kelompoknya. Sayangnya aksi Alysa ketahuan oleh kakak kelas.
"Hei kamu! Yang dateng terlambat! Ayo berdiri di sini!" panggil kakak kelas menyuruh Alysa ke depan.
Dengan pasrah, gadis itu keluar dari barisan dan melangkah ke depan. Rupanya bukan hanya ia seorang yang disuruh berdiri di depan, tapi juga Diki dan Satrio.
"Ini tim empat dari kelas 10A, nggak ada yang beres! Yang dua bolos! Yang satu terlambat! Kalian berdua harus dihukum!" tegas kakak kelas.
"Sekarang juga, kalian push up lima belas kali!" vonis kakak kelas menjatuhkan hukuman.
Sambil menahan rasa malu, sedih, marah dan lain-lain, Alysa dan kedua teman satu timnya mulai melakukan push up di atas lapangan yang berumput.
Pandangan dari semua anak kelas satu membuat aktivitas ini tak mudah bagi Alysa, ditambah lagi perutnya mual karena ia berlari dengan perut yang baru ia isi.
Arman dan beberapa anak kelas 10A, menyaksikan pemandangan itu dengan iba, mereka dapat melihat wajah Alysa yang basah oleh air, kini semakin basah oleh peluh dan berwarna pucat.
Setelah ketiga anak menjalankan hukuman mereka, Alysa segera berlari menjauhi lapangan.
"Heh! Mau ke mana kamu!" hardik kakak kelas dengan galak.
Tanpa mempedulikan apa kata kakak kelas, Alysa segera memuntahkan isi perutnya ke selokan di pinggir lapangan. Semua makanan yang susah payah ia beli dan makan, kini keluar lagi dari tubuhnya.
Melihat hal itu, sikap kakak kelas melunak. Salah satu kakak kelas yang bernama Galuh, menghampiri Alysa dan membimbingnya kembali ke lapangan.
"Kamu nggak apa-apa? Masih bisa ikut kegiatan atau perlu ke UKS?" tanya gadis itu dengan lembut.
Alysa hendak menjawab, tetapi tubuhnya yang lemas membuatnya tak memperhatikan langkah, akhirnya gadis itu tersandung batu dan jatuh tersungkur, membuat Galuh berteriak dengan panik.
"Eh! Pingsan! Temen-temen, tolong!" ucap gadis itu.
Sebenarnya Alysa tidak pingsan, tetapi rasa malu yang ia alami, akhirnya membuat gadis itu menutup matanya, berpura-pura pingsan. Dalam hati, Alysa mengutuki harinya yang sial.
Terdengar beberapa anak mengerumuninya dan mencoba menggotong tubuhnya ke UKS. Namun, tangan-tangan yang mencoba mengangkatnya, tergantikan oleh sepasang tangan kokoh yang kuat. Dengan segera, Alysa dibawa ke ruang UKS, oleh orang itu.
Alysa tak peduli dengan apa yang terjadi, ia hanya ingin menyingkir dari hal itu dan ingin menangis sepuasnya.
Kemudian terdengar suara seorang wanita memberikan instruksi pada orang yang membawanya, untuk meletakkan Alysa pada sebuah ranjang.
Alysa menduga sepertinya wanita itu penjaga UKS atau anak PMR yang siaga. Sehingga gadis itu tetap menutup matanya ketika ikat pinggangnya dilonggarkan, sepatunya dilucuti, dan dua kancing teratas dilepas.
Setelah itu, tercium aroma minyak yang menyengat hidung Alysa, membuat gadis itu segera membuka matanya karena tak tahan dengan aroma minyak itu.
"Kamu nggak apa-apa, Nduk? Gimana perasaanmu?" tanya pegawai UKS.
"Mual, pusing," jawab Alysa dengan lemah, karena ia memang merasa sedikit pusing dan mual.
Melihat wajah Alysa yang pucat, pegawai itu menyarankan Alysa untuk beristirahat di UKS hingga ia merasa baikan. Segelas teh manis hangat, wanita itu sajikan pada Alysa.
Setelah pegawai itu meninggalkannya sendirian dalam bilik UKS. Alysa mulai menangis, ia merasa kesulitan beradaptasi di sekolah barunya dan merindukan teman-temannya di desa.
***
Setelah merasa agak baikan, Alysa kembali ke kelompoknya, jam sekolah nyaris berakhir.
"Ciee... yang tadi pingsan," goda Ratna.
"Iya, digendong ala princess sama pangeran," timpal Kinan sambil cekikikan.
"Iya, sampai iri aku," komentar Dani.
"Tau gitu aku pingsan juga tadi biar digendong cogan," ujar Ika tak mau kalah.
"Kalau kamu sih mustahil, soalnya kamu berat," sindir Satrio.
"Memang ada apa, sih? Kok, kalian ngegodain aku?" tanya Alysa.
"Kamu pas pingsan tadi digendong sama Alvian," jawab Dani.
"Hah, masa', sih?" ucap Alysa tak percaya.
"Kalau nggak percaya, ada buktinya. Ayo, paparazi, tunjukkin ke Alysa," perintah Kinan pada Ratna.
"Nih, lihat deh Sa, romantis banget nggak, sih?" ucap Ratna sambil menunjukkan sebuah video di ponselnya.
Video itu menampilkan Alysa yang dikerumuni kakak kelas, lalu seorang pemuda jangkung, mendekati rombongan itu dan mengatakan sesuatu, sehingga murid-murid lain menyingkir dan membiarkan Alvian membopong Alysa. Dani dan Ika yang penasaran ikut-ikutan melihat ponsel Ratna.
"Ini aku?" ucap Alysa tak percaya.
"Iya! Itu kamu. Rejeki bisa digendong ala princess sama pangeran." Kinan yang menjawab pertanyaan Alysa.
Kejadian itu membuat wajah Alysa memerah, ia sama sekali tak mengira bahwa orang yang menggendongnya adalah Alvian. Namun, di sisi lain, ia merasa senang karena yang menggendongnya adalah cowok yang ia taksir.
"Jangan sampai yang lain tahu kalau aku pura-pura pingsan," tegasnya dalam hati.
Bersambung
Aduh nggak kebayang ada di posisi Alysa, pasti rasanya nggak karuan 🙈🙈🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]
Fiksi RemajaLolos ke SMA favorit, tinggal di kota, difasilitasi, dan berkenalan dengan teman-teman baru. Semua keberuntungan itu terasa manis bagi Alysa Salma Aulia. Terlebih ketika Alvian-cowok populer di sekolah, memintanya menjadi pacar. Membuat gadis lugu d...