42. Masakan Bumbu Cinta

9 1 0
                                    

Begitu sampai di rumah, Alysa mendapati tempat itu sepi. "Tante belum pulang ya?" batin gadis itu. Untungnya ia membawa kunci rumah, sehingga Alysa bisa langsung masuk.

"Om sama tante kamu mana?" tanya Alvian.

"Mereka belum pulang kayaknya," jawab gadis itu. "Bentar, mau kutelepon," ucap gadis itu mengeluarkan ponsel dari tasnya.

Tanpa Alysa duga, Alvian merebut ponsel di tangannya. "Daripada nelpon om dan tantemu, kenapa kita nggak nikmati aja berduaan di rumah?" tawar pemuda itu menyeringai dengan tatapan penuh arti.

"Nggak!" tolak Alysa galak mencoba merebut ponselnya.

"Iya! Iya! Kubalikin. Tapi kasih makan dulu aku. Laper, nih!" pinta pemuda itu sambil mengusap-usap perutnya.

Entah sudah berapa kali Alysa memutar bola mata hari ini. Dengan kesal, gadis itu menjawab, "Kenapa Kakak nggak makan di rumah tadi!"

"Lupa. Lagian waktu makan roti di pantai kemaren, kamu bilang bisa bikin roti bakar yang lebih enak dari ini," dalih Alvian.

Alysa tentu tak lupa dengan pernyataannya itu. Sewaktu kencan ke pantai kemarin, ia memang sempat mengomentari rasa roti bakar yang menurutnya biasa saja, dan membandingkannya dengan roti bakar yang pernah ia buat untuk tante. Kini Alysa tak menyangka bahwa Alvian akan menagih kata-katanya.

"Iya! Iya! Kubuatin! Aku juga belum makan. Sambil kubikinin, Kakak kerjain tugas ngerangkum pelajaran sejarah!" perintah gadis itu membawakan buku catatan dan buku ajar sejarah.

"Belum kamu kerjain rupanya?" ucap Alvian terkejut ketika memeriksa buku catatan Alysa.

"Belum! Makanya kerjain! Biar simbiosis mutualisme kita!" teriak Alysa yang kini berada di dapur usai mengganti pakaian.

Alvian menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar perintah pacarnya. Seumur-umur, belum pernah ia disuruh mengerjakan PR dengan imbalan makan siang. Tertangkap oleh telinganya aktivitas gadis itu di dapur.

Alysa membuka kulkas dan mendapati isi kulkas sudah bertambah. Membuat gadis itu menyadari bahwa om dan tantenya sempat pulang ke rumah. "Mungkin mereka ke kedai mie. 'Kan tadi kamu sempat SMS tante kalau main ke rumah temen," simpul otak logisnya.

"Udah gitu rotinya bertambah. Ayo kita bikinin ayang kita makanan dengan bumbu cinta! Mari kita senangkan perutnya biar kita bisa jadi menantu rumah besar itu!" celoteh si otak bucin antusias.

Usai menyiapkan bahan. Dengan cekatan, tangan Alysa memotong-motong selada, tomat, dan timun. Tak lupa ia memotong-motong sosis, mengocok telur, menyiapkan saus dan memarut keju.

Wajan yang sudah panas sebelum persiapannya beres, tak membuat Alysa pusing. Ia dahulukan membakar roti selai buah, roti coklat, dan roti keju susu.

Setelah semua roti manis beres, barulah gadis itu membuat roti bakar lipat telur. Total ada delapan lembar roti yang Alysa bakar. Gadis itu merasa puas saat melihat bungkus roti tawar lama yang kini kosong, sedangkan roti tawar baru masih utuh.

"Ini makanannya, Tuan," canda Alysa saat menyajikan roti bakar pada pacarnya.

"Wah, udah jadi? Makasih, Sayang," ucap Alvian hendak menyosor Alysa.

Sontak, gadis itu menghindar dan mengomel, "Makan aja dulu! Mana hapeku?"

"Ini, tapi batrenya abis. Tadi aku pake dengerin musik," ucap Alvian mencabut earphone miliknya dan menyerahkan benda itu dengan wajah tak berdosa.

"Aaarrrgh!! Kenapa nggak pake hape Kakak sendiri!" kesal gadis itu saat mendapati batre hapenya sekarat. Segera, Alysa menghubungkan hapenya pada listrik guna mengisi dayanya.

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang