Ketika pulang, Arman menanyakan perihal eskul band yang Alysa masuki. Usai mendengar jawaban Alysa, Arman tak mengira jika Alysa akan bergabung dengan band yang seanggota dengan Alvian.
"Kok, kamu bisa gabung ke sana?"
"Kak Alvian yang ngajak," jawab Alysa, "soalnya Kak Alvian denger suara aku pas acara api unggun, sepertinya dia terkesan sama suaraku," jelasnya. "Memangnya kenapa Ar?" tanya Alysa.
"Nggak, nggak kenapa-napa. Aku cuma nggak nyangka aja kamu gabung ke eskul band," dustanya. "Kamu mau pulang? Kuanterin ya?" tawar Arman mencoba mengalihkan pembicaraan.
Usai mengantar Alysa, Arman memikirkan Alvian yang mulai mendekati Alysa.
"Anak itu kenapa dia deketin Alysa? Apa perlu kuceritain reputasi orang itu ke Alysa?" pikirnya.
"Udahlah, jangan mikir terlalu jauh Man. Nanti kamu disangka yang aneh-aneh, lagi pula si Alvian udah tobat, nggak bakal berani macem-macem."
***
Usai menjalani latihan bermusik, Alvian mengendarai motornya ke rumah. Tubuhnya terasa lelah, ia berharap tak ada orang di rumah.
Sayangnya harapan tak selalu terjadi, ayah dan mama ada di rumah. Setelah masuk dan mengucapkan salam dengan kaku, pemuda itu langsung memasuki kamarnya, mandi dan berganti pakaian.
Seperti yang sudah ia duga, ayah memanggilnya. Dengan ogah-ogahan, anak itu menemui ayahnya.
"Kamu udah makan, Vian?" tanya mama yang hendak pergi ke dapur.
"Udah Ma, di sekolah."
"Kenapa kamu pulang sore?" tanya ayah Alvian penuh selidik, ia tahu bahwa hari ini tidak ada les.
"Aku ikut eskul tadi, Yah," jawabnya.
"Eskul apa?"
Pertanyaan dari ayahnya, membuatnya menimbang-nimbang, apakah hendak berkata jujur, atau berbohong? Sebab Alvian menduga ayahnya kurang setuju jika ia mengikuti eskul yang tidak memberikan dampak pada nilai sekolah.
"Eskul musik, Yah."
Mata ayahnya menyipit mendengar jawaban Alvian, "Grub band ya?" tebaknya tajam.
"Iya." Alvian pasrah mengiakan.
"Kenapa kamu nggak ikut eskul yang bermanfaat? Seperti karya ilmiah, klub bahasa, PMR, basket, atau pencak silat. Kenapa masuk ke eskul yang nggak ada faedahnya?"
Sebenarnya Alvian sangat enggan sekali berdebat dengan ayahnya, apalagi ayahnya selalu punya argumen untuk mematahkan alasan yang coba Alvian kemukakan. Ingin rasanya dia langsung pergi ke luar, tetapi jika ayahnya menganggap ia melawan, maka ia akan dikeluarkan dari sekolah. Hal itu sangat mudah ayahnya lakukan.
"Vian nggak tertarik sama eskul lain, Yah," ucapnya kaku. "Lagi pula, waktu Alvian udah tersita sama les. Ayah nggak mau 'kan konsentrasi belajar Alvian terganggu?"
Ayah Alvian mendengus mendengar jawaban putranya, "Omong kosong! Anak muda seperti kamu biasanya suka mencari-cari kegiatan lain, nggak bisa diam. Saat ayah seusia kamu, ayah bahkan nggak pernah di rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]
Ficção AdolescenteLolos ke SMA favorit, tinggal di kota, difasilitasi, dan berkenalan dengan teman-teman baru. Semua keberuntungan itu terasa manis bagi Alysa Salma Aulia. Terlebih ketika Alvian-cowok populer di sekolah, memintanya menjadi pacar. Membuat gadis lugu d...