21. Tiga Bocil Rempong

16 1 0
                                    

Tante Amanah tak mengira sore ini ia akan menerima tamu. Ia merasa senang Alysa mengajak dua teman sekelasnya main ke rumah usai berbelanja. Kedua anak itu sopan dan ramah.

Lalu, ketiga gadis itu meminta izin tante Amanah untuk memasak dan menggunakan dapur.

"Boleh, tapi jangan berisik ya! Tante mau istirahat," pesan tante Amanah.

Ketiga gadis itu pun sibuk beraktivitas di dapur, mengolah bahan belanjaan mereka, mulanya aktivitas masak berjalan biasa saja.

Kemudian, salah satu anak ribut-ribut ketakutan di dapur, sepertinya teman Alysa heboh ketika mencoba menggoreng. Membuat kepala tante Amanah terasa pening mendengarnya. Nyaris saja ia hendak menegur mereka jika Alysa tidak menegur duluan.

"Hus! Jangan berisik. Tante aku lagi istirahat. Sini, biar aku aja yang goreng nuggetnya," tegur Alysa dengan tegas.

Usai heboh di dapur, kini ketiga gadis itu berisik lagi ketika makan bersama, mencicipi hasil masakan mereka. Suara denting alat makan yang saling beradu, diiringi bergosip, membuat tante Amanah tak dapat beristirahat sama sekali, sehingga tante bersabar sambil mendengarkan mereka.

"Udah kayak pelakor aja si Putri. Mana nuduh kamu pelakor pula!" ucap salah satu anak dengan nada emosi.

"Iya, padahal mereka nggak pacaran," sahut anak yang lain.

"Ya gitu deh, aku diganggu terus sama anak itu sejak jadian. Tadi aja sepatuku ketemu di semak-semak sesudah pelajaran TIK," keluh Alysa.

"Fix, pasti Putri yang ngelakuin. Dia cemburu berat sama kamu. Kenapa nggak kamu labrak aja dia?" Kawan Alysa mencoba mengompori.

"Iya, kita ada dipihakmu, Lis," timpal anak yang lain.

"Nggak, deh. Aku nggak berani," tolak Alysa.

"Ah, pengecut kamu!" ucap anak yang emosian itu dengan nada kecewa.

"Gimana kalo kamu aduin aja si Putri dan gengnya ke Alvian?"

"Iya, dari pada kamu diganggu terus. Sedangkan kamu nggak mau ngelawan."

"Udah pernah, tapi si Putri tetep gangguin aku. Kalau kuaduin lagi, aku takut si Putri bakal makin menyiksa aku," tolak Alysa cemas.

"Denger, Lis. Kalau Alvian memang cinta sama kamu, pasti dia bakal ngebela kamu dan mastiin biar kamu nggak diganggu lagi," saran si anak emosional.

"Betul itu, Lis! Yang namanya cowok, pasti dia bakal ngelakuin apa aja demi ayangnya," timpal yang lain.

"Makasih, Kinan, Ratna. Nanti aku kasih tau ke kak Vian."

"Sama-sama, Lis."

Setelah makan, ketiga gadis kembali ke dapur guna mencuci piring. Lagi-lagi suara ribut panci yang terjatuh menyiksa tante Amanah.

"Aduh, maaf ya! Tanganku licin," ucap salah satu anak merasa tak enak hati.

Selanjutnya, ketiga anak itu berpindah ke kamar Alysa dan belajar bersama. Tante berusaha bersabar menghadapi ketiga gadis itu, ia menahan diri hingga akhirnya kedua tamu pamit pulang.

Wanita itu memasang senyum ramah ketika kedua teman Alysa pamit. Kemudian, sepeninggal kedua tamu itu, Tante Amanah menegur Alysa.

"Kalian kok, berisik banget, sih? Bikin tante nggak bisa tidur!" protes tante.

"Tau, tuh! Si Kinan heboh banget," ucap Alysa yang justru tak peduli dan melemparkan kesalahan pada temannya.

"Ya kamulah yang harusnya mengatur kawanmu! Bukan salah mereka," tegur tante.

"Iya! Iya! Lain kali Alysa nggak bakal bawa temen ke sini," ucap gadis itu kesal dan berjalan menghentak-hentak menuju kamar.

Mengetahui anak itu kesal, wanita itu segera mengekori Alysa ke kamar dan mencoba memberinya pemahaman. "Alysa, bukannya tante nggak ngebolehin, tapi sebagai tuan rumah seharusnya kamu menjaga tingkah laku tamu kamu."

"Tante kelihatannya nggak seneng Alysa bawa teman," tuduh gadis itu merajuk.

Tante mengelus dada, mencoba bersikap sabar menghadapi sikap labil dan kekanak-kanakkan keponakan suaminya.

"Bukan gitu, Aly. Tante seneng kamu bawa teman, kalau nggak senang bakalan tante usir dari tadi. Nyatanya, nggak 'kan?"

Alysa hanya diam mengabaikan tantenya, tangannya justru fokus melihat hape. Entah anak itu memperhatikan atau tidak.

"Kamu pacaran di sekolah?" singgung tante. Aktivitas Alysa pun terhenti, tetapi anak itu masih saja diam tak menjawab.

Tante lalu melanjutkan ucapannya, "Nggak pa-pa pacaran, tapi inget! Ayah, ibu, sama om Alysa udah capek-capek nyekolahin Aly di sini, jangan sampai sekolah Aly terganggu," nasehat tante Amanah.

Alysa masih tetap diam. Tak berani berkata apapun, sehingga tante Amanah menyuruhnya berberes. "Beresin dapur dan cuci celemeknya! Tante mau mandi." Tante Amanah mengalah, ia memilih menghindari konflik.

Bersambung

Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang