Alvian berkendara tak tentu arah. Ia menyesal tidak menumpang tidur ke rumah kawannya. Tubuhnya mulai terasa tak nyaman. Angin malam yang menemaninya selama di luar, perlahan melemahkan fisiknya yang sejak awal tak sehat.
Entah apa yang ia pikirkan? Ia justru berhenti di rumah Alysa. "Kenapa aku ke sini?" tanyanya dalam hati.
Pemuda itu memutar motornya hendak pergi, tetapi tubuhnya yang oleng membuatnya terhuyung nyaris jatuh. "Aduh, pusing," keluhnya tak nyaman.
Tubuhnya tak bisa diajak kompromi, membuat Alvian nekat mengetuk kaca jendela Alysa. Saat itu si Alysa tengah tertidur pulas, suara ketukan lirih membuat gadis itu waspada. "Siapa malam-malam ngetuk pintu kamarku?" lirih Alysa cemas.
Perlahan Alysa mendekati jendela, ia takut menyalakan lampu. Sempat terpikir olehnya untuk membangunkan om Fadil. Namun, sebuah panggilan lirih mengurungkan niatnya.
"Lis, buka jendelanya." Suara itu adalah suara pacarnya. Alysa sibakkan gorden, terlihat siluet pemuda tinggi di baliknya.
"Kak Vian?" tanya gadis itu heran.
"Kamu belum tidur, Lis? Bukain jendelanya!" perintah Alvian lirih.
Alysa membuka jendela dengan perlahan. Meski ia sudah meminyaki engselnya, tetapi bunyi kayu beradu bingkai berderit nyaring.
"Ssh! Pelan-pelan!" bisik Alvian panik.
"Udah pelan ini, Kak!" bisik Alysa yang tak kalah panik.
"Lis?" Kali ini terdengar suara paman mengetuk pintu kamar Alysa.
"Ya, Om?"
"Kok, kamu jawab?" bisik Alvian gusar.
"Udah, sembunyi aja dulu!" perintah Alysa. Gegas, gadis itu menutup jendela dan menghampiri pintu.
"Ada apa, Om?" tanya Alysa sambil mengucek mata.
"Om tadi denger suara jendela dibuka. Kamu yang buka?"
Alysa mengangguk. "He'em."
"Kenapa jendelanya dibuka?" tanya om Fadil.
Alysa berusaha menjawab senatural mungkin. "Itu, tadi ada serangga di kamar Alysa, jadi Alysa buka jendela supaya keluar," dustanya.
"Kok, lampunya nggak dinyalain?" ucap om Fadil seraya menyentuh saklar lampu dekat pintu.
"Jangan, Om!" cegah Alysa panik.
"Kenapa?" tanya om Fadil curiga.
Alysa berpikir keras untuk menjawabnya. "Eh, itu... anu...." Gadis itu melirik jendela dan mendapat inspirasi.
"Anu, anu, apa?"
"Cahaya di luar! Iya! Serangganya tertarik sama lampu. Makanya Alysa sengaja nggak nyalain lampu, biar serangganya kepancing ke luar," jawab Alysa sambil menunjuk ke arah lampu jalan.
Om Fadil menoleh ke luar. "Udah kamu tutup jendelanya?" tanyanya pada Alysa.
Alysa menggeleng. "Belum, Om."
"Ya udah tutup sana! Nanti nyamuk masuk!" perintah om Fadil menunjuk jendela dengan dagunya. Lalu ia melangkah meninggalkan Alysa. "Jangan begadang," tambahnya ketika Alysa menutup pintu kamarnya.
"Huff...." Alysa menghela napas lega. Lalu ia menoleh melihat jendela. Tampak Alvian kembali mendekati jendela, pemandangan yang membuat Alysa kembali menghampiri jendela.
"Kakak ngapain datang malam-malam?" bisik gadis itu bertanya.
"Boleh aku numpang tidur di sini semalam?" tanya Alvian pelan. Suaranya yang terdengar memohon membuat Alysa iba. Ia menduga ada masalah yang Alvian hadapi di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Bersanding Bahu [Proses Revisi]
Dla nastolatkówLolos ke SMA favorit, tinggal di kota, difasilitasi, dan berkenalan dengan teman-teman baru. Semua keberuntungan itu terasa manis bagi Alysa Salma Aulia. Terlebih ketika Alvian-cowok populer di sekolah, memintanya menjadi pacar. Membuat gadis lugu d...