Bab-2

57 2 0
                                    

Sunfriendss, coba sebutin couple idol kpop favorit kalian! Kalo Alixa suka banget sama Jakewinter, lup lup suka salting sendiri liatnya^^

Jangan Lupa Vomennya Sunfriendss





"Selamat malam," sapa Sussy, istri dari keluarga Nugroho. Beni selaku sang suami tersenyum cerah. "Malam, maaf mengganggu. Kami sekeluarga dari komplek JYP mau bertamu untuk bertukar sapa," sahut Pak Beni.

Aeri dan Aerin balas tersenyum. Mempersilakan tamu kedua mereka masuk.

"Namanya siapa? Cantik, ya." Bu Sussy lebih dulu memulai obrolan basa-basi memuji dua gadis kembar itu. Yang dimaksudkan pun hanya tersenyum malu. "Aerining Asih Yulianti, Tante. Kalau kembaran saya Aerining Windy Yulianti," balas Aeri. Aerin pun hanya mengangguki kembarannya itu.

"Oh, kenalin anak tante. Mereka cuma beda setahun. Ini Fitri, Kakaknya. Ini Sean, adeknya."

Sean dan Fitri pun kompak tersenyum manis setelah sang Mama memperkenalkan mereka kepada orang baru. Tak lupa sang kepala keluarga yang tersenyum bangga. Entah mengapa. Dipikir-pikir adik kakak itu mirip juga.

"Wah, cantik ya anaknya Tante. Jadi iri."

"Aduhh, Ri, kamu juga cantik atuh."

"Tante bisa aja." Tak ingin berdebat lama dengan emak-emak. Aeri dengan cepat mengakhiri sesi pujian itu.

Beberapa menit bercakap-cakap. Keluarga Nugroho dari komplek JYP yang dipimpin oleh Abah Jiwaipi pun pulang kembali ke kompleknya.

Aeri mengembuskan napas panjang. Cucian piring lagi, pikirnya. Aerin yang peka akan gelagat kakaknya itu pun bangkit dan membantu untuk mencuci piring. "Rajinnya kakakku, nanti dapat suami ganteng, lho kalau rajin-rajin."

"Nggak mau, maunya Park Jay Enhepen."

"Dih, itu mulu. Ganti dong."

"Ya udah, Park Jongseong."

Aerin tersenyum pasrah. Ya sudahlah, apa kata dia. Intinya si Park Jong Jong itu nggak mungkin bisa dia gapai.

Hening beberapa saat setelah selelai beberes cucian piring. Aeri dan Aerin duduk santai di atas sofa panjang rumah mereka. Udaranya ternyata cukup dingin. Aerin hampir dibuat menggigil. Namun sebagai saudara yang pengertian, Aeri menyelimuti tubuh adiknya itu agar tak semakin kedinginan.

"Besok sekolah baru di hari pertama, ya?" tanya Aerin. Lalu dibalas anggukan oleh sang kakak.

"Nervous banget pasti," Katanya. Aerin ini orangnya cukup introvert banget. Agak tertutup ke semua orang. Dia juga cukup pemalu. Nggak kayak kembarannya yang justru berkebalikan dengan dirinya. Ekstrovert nggak ketulungan. Sampek burung aja dia ajak ngobrol. Gak habis pikir. Sangat di luar nalar

"Tenang, ada aku besok. Nanti kita langsung dapat temen gara-gara aku," ujarnya sombong. Aerin hanya mengiakan. Ya, kan memang faktanya. Dia begitu bergantung pada Aeri jika soal urusan mencari teman.

💟💟💟

"Nomor dua, dong." Jafar memohon pada Aeri untuk memberikan jawaban dari soal. Aeri menggeleng mutlak. "U-sa-ha!"

"Yaelah, dua aja, atau satu deh." Jafar mengajak kompromi. Aeri tetap keras kepala menggeleng enggan memberikan jawaban.

Temen, sih dapet. Tapi kok si Jafar yang bener-bener nyebelin ini?

"Ky, bantuin gue, dong," melas Jafar pada Ricky di samping bangkunya. Ricky hanya melirik ke samping, lalu kembali fokus ke lembar tugasnya. "Anjing lu!" Maki Jafar. Punya temen gini amat, pikirnya.

"Dibilang juga usaha!" bentak Aeri.

"Ini juga gue dah usaha."

"Usaha apa?"

"Usaha minta jawaban."

Dahlah. Aeri capek.

Ia dengan cepat beralih pada Aerin. Namun gadis itu santai-santai saja. Sepertinya ia bisa mengerjakan tanpa hambatan. "Kalo kamu, bisa nggak?" tanya Aeri pada Ricky yang juga dengan santai mengerjakan. Ia hanya diam menatap Aeri. Gadis itu langsung menarik lembar jawabannya. "Pantes aja santai banget. Orang ngasal gini jawabnya."

Mana ada pertanyaan 'mengapa cicak bisa menempel di dinding?' justru dijawab dengan 'karena kuasa ilahi'.

"Tap ikan bener," belanya memprotes. "Ya, tapi nggak gini juga, Ricky. Jelaskan secara logis. Maksudnya itu, hihhhh." Aeri udah greget aja pengin jambak tuh anak.

"Pie maksudte?"

Dahlah. Beneran mau resign dia nanti.

Namanya Ricky Jofan Anggara. Dari komplek YG yang dipimpin oleh Babeh. Bersebelahan dengan kompleknya. Dari keluarga Anggara. Anak terakhir dari tiga bersaudara.

"Udah yuk, udah bel istirahat. Duluan, ya." Aeri dengan cepat bangkit dan menarik lengan Aerin setelah bel tanda istirahat berbunyi. Lalu mereka dikagetkah oleh sebuah tangan yang sudah merangkul pundak mereka. "Halo, aku Fitri. Yang waktu itu pernah bertamu ke rumah kalian." Fitri si kakak kelas akhir ternyata.

"Mau ke kantin, kak? Boleh sekalian, nggak?"

"Boleh banget. Mumpung ada Sean juga di sana, yuk." Mereka terus melangkah semangat. Hingga tidak menyadari tiga orang yang mereka halangi jalannya.

"Permisi, boleh minggir sebentar?" salah satu dari mereka bertiga mencicit dengan suara yang kecil nyaris tak terdengar.

"Woi! Kalau dia bilang minggir tuh minggir!"

"Denger nggak, sih?!"

Mereka pun sontak terkejut kala suara keras itu terdengar. Fitri dengan spontan menunduk meminta maaf. Namun Aeri dan Aerin justru melongo bingung. Apaan tadi, ya?

Si pria yang mencicit dengan suara kecil tadi menunduk meminta maaf atas kebisingan yang dua orang kekar perbuat tadi di belakangnya. Lalu kembali melangkah pergi.

"Demen banget mereka buat keributan." Fitri berdecak kesal. "Emangnya mereka siapa? Kok kayak ngawal si orang yang suaranya kecil tadi?" Aeri lebih dulu bertanya. "Mereka tiga saudara, si suara kecil tadi namanya Jaka. Dan si dua orang yang di belakangnya tadi Jono dan Epul. Mereka tiga saudara yang tinggal di komplek deket komplek kamu juga. Komplek SM, kompleknya tempat orang kaya tinggal."

"SM? Kalau gitu Rehan sama Jafar juga orang kaya, dong?"

Fitri mengernyit, "kok kenal mereka?"

"Iya, mereka sempet bertamu pas pertama kali pindah pagi-pagi," balasnya. Fitri hanya mengangguk mengerti.

Mereka kembali berjalan menuju kantin. Melupakan kejadian yang begitu aneh tadi.

KOMPLEK SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang