Bab-17

9 2 0
                                    

Aeri melangkah gontai ke ruang makan asrama. Ia terlalu lelah dengan perjalanan hari ini.

Ia sendirian, karena teman-temannya meninggalkan dia di kamar asrama tadi saat dia sedang mandi. Tidak berprikawanan sekali teman-temannya ini.

Aeri mengedarkan pandangannya menyapu seluruh isi ruang makan asrama sekarang. Ia melihat meja di mana ada Aerin dan Mutia kini sedang berbincang. Sepertinya meja mereka juga sudah penuh. Pupus sudah niat dia bicara dengan Aerin tadi. Sedari pagi tadi dia sama sekali belum bicara dengan kembarannya sendiri.

Nasib sudah.

Ia berbalik saat merasakan ada yang sedang menggenggam tangannya. Ia menoleh melihat si pelaku. Fitri ternyata.

"Gak nemu meja makan?" seolah tau apa pikirannya, Fitri langsung menarik tangan Aeri. "Tadi temenku udah nungguin, katanya dia punya sisa dua kursi. Kamu bisa makan di sana."

Aeri tertegun. Ia menunduk menatap langkah kakinya. Apa dia terlihat semenyedihkan ini?

Fitri sampai di sebuah meja kayu yang lumayan panjang. "Farah, lu ngambil meja deket mereka?" Fitri keheranan saat melihat F4 berada di meja yang Farah tempati. "Hehe, gue yang numpang ke meja mereka." Seseorang dengan rambut pendek bergaya Korean Tomboy Cut bertutur dengan seringainya.

Fitri mengembuskan napas kecil. "Ya udah, kamu duduk aja. Makanannya biar aku yang ambilin." Fitri bergegas pergi ke arah yang berlawanan untuk mengambil piring makan mereka.

Aeri dengan ragu duduk di kursi kosong–tepat di samping Farah.

"Wihh, kenalannya si Fitri? Manis juga adkel ini." Farah melingkarkan lengannya di pundak Aeri. Ia panik saat Farah menaruh lengannya di pundak.

Bugh!'

Ia reflek menonjok pipi Farah. Karena ia pikir Farah adalah laki-laki, apalagi dengan gaya rambut seperti itu. Tapi seketika ia ingat jika Fitri tadi memanggilnya 'Farah' yang berarti temannya ini seorang gadis.

"Eh, eh. Maaf, Kak. Kukira tadi kakak itu laki-laki." Aeri menyatukan kedua telapak tangannya meminta maaf dengan perasaan panik.

F4 yang melihat itu nyaris menganga. Bahkan mulut Leon hampir kemasukkan lalat karena saking lebarnya menganga. "R-Ri." Jaka menggigit kuku-kuku jarinya melihat tindakan reflek Aeri itu.

Wajah Farah masih berpaling setelah menerima tonjokan yang sepertinya cukup keras tadi. Ia menoleh kembali menatap Aeri sembari tersenyum dan mengusap pipi kirinya. "Pukulan lo lumayan juga, manis."

Kini F4 hampir menjatuhkan rahangnya. "Lu apa-apaan?!" Rehan memekik. "Kenapa? Dia manis, kuat lagi. Bukannya tipe gue banget? Gadis manis yang suka memberontak." menyeringai dan menaik-turunkan alisnya.

"Siapa nama lu, manis?" Farah menjepit dagu Aeri dan mengangkatnya hingga kedua mata itu bersitubruk.

"Aeri. Aerining Asih Yulianti," balas Aeri menatap Farah balik tanpa ragu.

Farah menjilati bibir bawahnya tertarik dan mencondongkan tubuh hingga ujung hidung mereka hampir bersinggungan. "Mau jadi pacarku nggak?" bisik Farah dengan senyuman nakalnya.

Rehan menimpuk kepala Farah dengan botol air minum milik Jaka kesal. "Lu cewek, dongo!"

Farah mengusap kepalanya yang kena timpukan dari Rehan barusan. "Terus, kenapa? Bukannya justru bagus kalo sesama cewek?"

Gantian Leon yang menimpuk kepala Farah. "Lu kalo ngelesbi jangan ngajak-ngajak!"

"Terus gue gimana kalo Aeri lu ajak ngelesbi?!"

"Ya gak tau. Nasib lu." Farah menjulurkan lidahnya ke arah Rehan.

Kasian Rehan. Sudah ditolak gebetannya, saingannya sesama jenis pula.

KOMPLEK SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang