Bab-15

5 1 0
                                    

Follow akun ig @komplekgesrek ya

Vomennya🌻✨












Seluruh murid kelas 10 saat ini sedang berkumpul di lapangan sekolah untuk mendengarkan pidato dari kepala sekolah sebelum keberangkatan ke Jogja untuk pelaksanaan LDK.

Tubuh Aeri berkali-kali terhuyung ke belakang karena menahan rasa kantuk. Saking semangatnya untuk acara hari ini, gadis itu sampai tidak bisa tidur sama sekali tadi malam.

Dari kejauhan, Rehan yang berada di sisi kanan lapangan memerhatikan Aeri yang berkali-kali hampir limbung karena mengantuk. Pemuda itu tersenyum geli dan sesekali cekikikkan melihatnya. "Lucu."

Namun, seketika alisnya menyatu dengan bibir cemberut melihat Ricky menahan tubuh Aeri dari belakang dengan memegang lengannya.

"Lu gapapa?" tanya Ricky khawatir.

"Ah, gapapa. Makasih, ya." Aeri tersenyun dan terkekeh malu. Ricky membalas senyuman itu dan menepuk pucuk kepala Aeri. "Makanya jangan gadang."

"Jangan salahin aku, terlalu semangat itu gak salah." Bibir Aeri mengerucut sebal.

Rehan yang melihat interaksi manis itu mengepalkan tangannya erat. Urat-urat menonjol dari pelipisnya.

"Hareudang, haruedang, haruedang, panas, panas, panas~" Leon bernyanyi di dekat Rehan sengaja memanasi pemuda itu. Suwan menoyor kepala Leon hingga lelaki konyol itu mengaduh. "Jangan berisik. Dengerin kepsek ngomong di depan."

"Ngapa juga gue harus ditoyor?" protes Leon tak terima.

"Soalnya lo berisik dan konyol."

"Ssshhtt!" Fitri mengintrupsi mereka agar tidak berbicara lagi. Pun mereka langsung terdiam. Sedang Rehan masih memandangi Aeri dan Ricky yang asyik berbicara dengan tatapan berapi-api penuh dendam.

"Awas aja lu, begundal." Ketiga temannya yang melihat mata melotot Rehan hanya bisa menelan ludah berat. Sepertinya kali ini Rehan benar-benar serius.

Sesudah pidato selesai. Semua murid-murid bubar untuk masuk ke dalam masing-masing bus yang sudah disiapkan. Aeri duduk di kursi bagian paling belakang bersama Ricky, Jafar, Toka dan Danil. Sedang Jeje duduk di bangku sebelah kiri kedua bagian belakang bersama murid lain. Aerin dan Mutia duduk di bangku belakang di depannya.

"Mumpung perjalanannya memakan waktu beberapa jam. Ayo kita latihan di sini dulu." Danil berbicara. "Di sini?" Aeri bertanya ragu. Mereka semua mengangguk setuju.

Jeje berdiri dan membacakan naskah untuk dramanya. Dia yang akan jadi pembaca cerita.

"Someday, in–"

"Je, udah gue bilang jangan pakai bahasa Inggris-Indonesiamu itu pas pembacaan naskah." Danil memotong. Jeje hanya nyengir dan mengangguk. "Okey, sorry. I will try."

Jeje berdeham dan melanjutkan, "Pada suatu hari hiduplah seorang gadis cantik dengan seorang ayahnya. Gadis itu memiliki ...,"

Aeri menghela napas panjang. Ia menatap ke luar jendela saat teman-temannya masih berlatih. Ia awalnya khawatir, khawatir karena Aerin mungkin selama LDK akan selalu bergantung padanya. Tapi dia bersyukur karena selama latihan untuk drama sebelum-sebelum ini Mutia menjadi salah satu teman dekat Aerin.

KOMPLEK SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang