Bab-8

8 1 0
                                    

Jangan lupa Vomen ya teman-teman! Nanti tak gigit loh kalau gak vomen🧟













Kata orang, cinta pandangan pertama itu mitos. Nggak akan ada orang yang langsung suka cuma dalam sekali pandang.

Tapi kalau menurut Justin, semua itu bukanlah sebuah mitos belaka. Karena dia orang yang merasakan sendiri bagaimana rasanya jatuh cinta ketika hanya dalam sekali pandang.

Mungkin kata orang lain, rasa sukanya sekarang ini hanyalah rasa suka biasa. Yang tidak akan bertahan lama. Tapi Justin benar-benar menolak keras. Dia yakin, rasa cintanya ini akan tetap bertahan lama. Justin yakin itu.

"Justin, ngelamun wae lo?"

Justin terkesiap. Lamunannya pecah saat temannya–Juwan menepuk pundaknya kecil. "Gangguin gue aja lo!" bentak Justin kesal. Juwan yang tidak tau menahu hanya bisa mencibir. Apaan dah?

Justin kembali berkelana di dalam lamunannya. Sejak beberapa minggu yang lalu, ketika ia tak sengaja bertemu tatap dengan adik kembar Aeri itu. Ia jadi sering melamun. Membayangkan rupa manis sekaligus imutnya. Kadang dia merasa dirinya gila karena sering tertawa sendiri. Tapi ya Namanya juga masa-masa jatuh cinta.

Sampai tak ingat jika dia ada PR matematika sekarang.

"Ayo, kumpulkan tugas yang sudah ibu beri kemarin!"

Justin membelalak. Dia benar-benar lupa kalau ada PR sekarang. Ia langsung menoleh pada Sean. "Ssst, Se, nyontoh tugas, dong," pinta Justin memelas. Sean melirik kecil, "Siapa suruh gak ngerjain?" Sean mengalihkan pandangannya ke depan. Seolah tak menganggap keberadaan Justin di sampingnya. Justin sudah mengumpat sedari tadi. Sialan temennya ini.

"Yang belum mengerjakan, angkat tangan!"

Justin mengangkat tangannya ragu-ragu. Hidupnya sudah berakhir sekarang.

"Silakan keluar!"

Mampus.

💟💟💟

Justin berdiri lesu di depan pintu kelas. Menoleh ke kiri dan ke kanan melihat keadaan sebelum punggungnya ia sandarkan di pintu. Kepalanya menunduk, melamun apa pun hal yang melintas di otaknya.

Dia bukan tidak mengerjakan tugas. Hanya lupa saja. Beneran kok. Siapa suruh temen-temennya gak ngingetin dia. Jadi lupa kan.

"Mas."

"Sst, jangan ganggu."

"Mas."

"Gue lagi kesel! Kalau bilang jangan diganggu ya jangan–" Justin dibuat terdiam saat gadis bermata kucing itu ada di hadapannya. Ya, dia Aerin. Gadis cantik yang mirip dengan kucing itu memandang polos sembari menelengkan kepalanya sedikit. Bodohnya ia tak sadar sosok yang memanggilnya tadi itu Aeri.

Justin gelagapan beberapa saat. "Oh-oh, kenapa, Rin?" tanyanya gugup. Aerin justru menggeleng. "Kenapa Mas Justin ada di depan kelas? Gak masuk?"

"Ohh, anu, aduh ini itu..." ya kali Justin bakal jujur kalau dia ada depan kelas gara-gara dihukum. Nanti harga dia sebagai cowok keren bisa hancur.

"Gini, Rin. Gue disuruh...jaga di depan kelas, nah! Itu!" serunya. Aerin menelengkan kepalanya. Tanda ia masih kebingungan.

"M-Mas Justin dipercaya buat jaga kelas! Mangkanya gue disuruh jaga di depan pintu. Gitu ...," jelasnya berentet. Aerin diam beberapa saat sembari mendengar penjelasannya. Kemudian mengangguk tanda ia sudah paham. "Aerin sendiri kenapa keluar di waktu pelajaran?" giliran Justin yang bertanya. "Aerin disuruh Bu Guru ambil sesuatu, terus liat Kak Justin berdiri di sini. Mangkanya Aerin samperin.

Justin mengangguk paham.

"Aerin lanjut jalan, ya, Mas?"

"Oh, iya iya, silakan."

Aeri berjalan santai melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi. Merasa Aerin sudah agak jauh, Justin menyentuh dadanya yang berdetak cukup kencang. Detaknya udak kayak diskoan. "Arghh, hati gue kenapa jedag-jedug kayak status whatssapp-nya si Sean!"

Cklek'

Pintu dibuka. Tubuh Justin yang bersandar di depan pintu rasanya seperti akan jatuh ke belakang karena sudah tidak ada lagi yang menahan tubuh bongsornya sehingga tubuh tiang itu jatuh menginjak lantai kelas. "Ohh, sudah tidak mengerjakan tugas, pacaran selama dihukum kamu ternyata ya."

Justin menelan ludah berat saat wajah Bu Guru galaknya ada di atas wajahnya. "Eng-enggak, Bu. Mana ada saya punya pacar," elaknya.

"Iya, Bu! Dia kan jomblo karatan, hahaha!" Rina berseru kecang dari mejanya.

"Hukuman kamu double. Bersihkan lapangan sekolah sekarang juga! Yang-ber-sih!"

Justin memejamkan matanya erat. Rasanya dia akan pergi ke surga secepat yang akan dia perkirakan.

"Ya, Tuhan. Ampunilah dosa-dosaku. Walau tau saya memang sosok yang berdosa besar. Saya cuma mau urip bahagia."











Thanks buat Sunfriends yang sudah vote dan komen. Jangan lupa share cerita ini ke bestie, crush, teman-teman, om, tante, ortu kalian.

Next? vote dan komen dulu🌻✨

KOMPLEK SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang