Bab-6

7 2 0
                                    

Jangan lupa vomen dulu chingu:3






Sean melihat pantulan wajahnya dari cermin kecil milik Kakak perempuannya. Ia awalnya senyum-senyum, lalu berubah merengut. Justin yang melihat itu justru turut ikut merengut, merasa aneh dengan temannya satu ini. "Lo napa dah, Sean? Kesambet?"

Sean justru melirik sinis. Kembali melihat pantulan cermin.

Mereka–Rina, Hilmy, Justin, Juwan, dan Sean kini ada di rumah milik keluarga Nugroho tersebut. Kerja kelompok katanya, tapi si trio penggosip, alias Justin, Rina, serta si ketua yakni Sean sedari tadi gosipin tetangga sebelah, keluarga Mahardika yang memang sering dan banyak diperbincangkan hampir semua penghuni empat komplek itu. Baru aja selesai setengah lembar. Untung ada si waras Hilmy dan Juwan yang mau lebih milih ngerjain tugasnya ketimbang ikut gosip.

"Guys, wajah gue kayak cewek, ya?" tanya Sean. Justin menelisik kulit wajah mulus itu, hidung mancung, serta bibir kemerahan yang natural. Justin manggut-manggut, "Ehmm, lumayanlah. Cowok cantik," balasnya setelah mengamati wajah Sean.

"Apa Toka nggak suka gue karena wajah gue kayak cewek?"

"Bisa jadi! Takut dikira suka uke kali." Kali ini Rina menyahut.

"Hah, Uke? Apaan?" Justin serta Sean membeo.

"Aduhh, ketinggalan banget? Itu loh, uke itu yang jadi pihak bawah kalau di dunia bl," jelasnya singkat. Sean dan Justin saling pandang, kemudian saling menjauh dengan cepat. "Gue bukan homo!" pekik mereka bebarengan.

"Yang nuduh kalian homo juga siapa?"

"Lo bilang gue bisa dikira uke nanti."

"Ya, kan cuma dikira? Mangkanya jadi cowok harus jantan!"

"Gue jantan kok. Ya kan gaes?"

Sean menoleh ke arah teman-temannya. Namun, mereka semua berpura-pura tak melihat dan saling mengalihkan pandangan. "Kalian sangat asu."

"Ya, coba lo buat diri lo jantan gitu loh."

"Caranya?"

Justin dan Rina berpikir. Mereka saling pandang bertukar percakapan lewat batin. "Ada satu cara, tapi kita nggak yakin lo bisa ngelakuin."

Sean berdecak, "Ck, apaan dah? Apapun demi ayang Toka. Cepetan spill!" desak Sean.

Mereka mengangguk bersamaan. Justin menyentuh kedua bahu Sean hingga pemuda itu melihat ke arah kedua pundaknya yang dipegang.

"Gym!"

"Gym? Emang ada? Di mana?"

"Lah, nggak tau? Udah ada lama, cui. Di komplek Hybe. Banyak yang datang ke sana. Coba aja dulu." Kini Juwan yang awalnya tak tertarik dengan obrolan mereja itu tiba-tiba menyahut. "Iya, sekitar beberapa meter dari rumahku." Hilmy menimbrung.

Sean terdiam cukup lama. Ia berimajinasi ketika saat tubuhnya benar-benar sudah maskulin selepas pulang gym. Toka pasti akan tergila-gila padanya. Ia jadi cekikikkan sendiri membayangkannya.

"Kan, kumat sudah." Yang lain pun hanya bisa geleng-geleng kepala. Cukup mengerti dengan dengan isi kepala temannya satu itu.

💟💟💟

Sean dibuat terperangah lebar. Ternyata dia benar-benar seperti baru keluar dari gua. Dia baru tau ada gym di tempat seperti ini. Bahkan ada beberapa orang yang dia kenal, juga orang baru di komplek Hybe itu–Aeri dan Aerin.

Ya, bisa dilihat kalau paling aktif di gym ini hanya Aeri, karena gadis itu sibuk melayangkan tinju pada sebuah benda menggantung yang mirip seperti guling. Sedangkan Aerin hanya diam, duduk menyaksikan apa yang kakak kembarnya lakukan. Mungkin Aerin hanya ingin ikut kakaknya saja.

KOMPLEK SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang