Bab-27

4 1 0
                                    

Jaka tersenyum lebar memandangi buku tulisnya. Matanya berbinar-binar membaca sebuah tulisan tangannya yang ia tuliskan di halaman paling belakang.

'Jaka ❤ Fitri'

Begitu tulisan yang ia torehkan di kertas putihnya. Ia berdiri dari bangkunya dan menyandarkan diri di jendela kelas. Memandangi ke luar ke arah lapangan yang ramai dipakai anak kelas 11 karena sedang melakukan pelajaran olahraga. "Mmh~ damainya." Ia menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat bangku milik Fitri.

Tetap kosong. Karena si empu sedang pergi bersama Farah tadi selama jamkos berlangsung. Entah ke mana.

"Duarr!" Leon datang tiba-tiba dan mengagetkan Jaka jahil. Jaka yang terkejut sontak mengangkat kedua tangannya, membuat buku miliknya yang masih dia pegang jatuh ke luar jendela. "Leon!" seru Jaka. Si pelaku hanya cengengesan merasa tak bersalah.

Jaka yang merasa tak lagi memegang bukunya melotot terkejut. Segera berbalik dan melihat ke luar jendela. Bukunya jatuh ke tanah. "Bukuku!" jantungnya berdegup kencang. Takut-takut ada yang menemukan buku itu dan melihat tulisan bocah yang dia tuliskan di sana.

Jantungnya semakin dibuat berdetak semakin cepat nyaris copot dari tempatnya saat melihat Sean yang memakai pakaian olahraga mendekati buku miliknya berada dan memungutnya. Saat membaca nama pemilik buku tersebut, Sean mendongak. Matanya bertemu mata milik Jaka, ia tersenyum jahil dan menggerakkan bibirnya tanpa suara. 'Cin-ta?'

Wajah Jaka semakin pias saat sepertinya Sean–adik kandung dari gebetan yang ia sukai sudah membaca tulisannya itu. Tamat sudah riwayatnya.

💟💟💟

"Bukannya Saitama, ya?"

"Siapa?" Ricky melongo saat Aeri menyebut nama yang sama sekali tidak ia ketahui.

"Itu loh. Karakter anime, Namanya Saitama. Yang kekuatannya cuma sekali pukul langsung pada metong semua," jelas Aeri.

Ia sedang duduk di bangku di samping Ricky. Mereka sempat sedang membahas sebuah film yang baru-baru ini viral. Judulnya Pembunuhan Salib Merah. Sampai di mana Ricky bertanya-tanya, siapa yang menjadi pelaku pembunuhan dari beberapa korban yang tubuhnya hancur berkeping-keping, karena filmnya masih bersambung.

Lalu Aeri menjawab dengan jawabannya sendiri yang nyeleneh sebagai seorang penikmat anime.

"Ini film dokumenter thriller. Bukan anime. Masuk akal dikit aja deh lo." Ricky menggeleng lelah menghadapi kewibuan temannya satu ini. "Nyadar. Lo juga wibu, jamet."

"Tapi ini udah melenceng. Gue bahas thriller, bisa-bisanya lo jawab pelakunya Saitama. Beda film ini tau!"

Aeri menunjuk kepala bagian sampingnya dengan telunjuk dan menyeringai. "Itu namanya berotak Senku."

Ricky hanya bisa terdiam menipiskan bibir melihat kelakuan teman gadisnya satu ini. Ternyata darah wibu sudah mengalir jauh seperti air sungai Amazon.

"Bahas apa nih?" Jafar muncul di samping Aeri dan tersenyum segar. "Ini, bahas film thriller baru-baru ini. Judulnya Pembunu–"

"Pembunuhan Salib Merah 'kan? Gue juga nonton!" potong Jafar kini lebih bersemangat. "Tapi masih bersambung di episode 10, toh?"

Aeri mengangguk kencang. "Iya! Iya! Bersambung gitu bikin penasaran sama pelaku aslinya aja." Aeri berujar sembari berpikir.

"Gue tau pelakunya, sih," sahut Jafar lagi. "Jangan! Jangan, Ricky nggak suka spoiler." Aeri melirik pada Ricky yang masih mendengarkan mereka. "Halah, dia cuma ngarang pelakunya kayak lo tadi kali. Episode selanjutnya aja belum tayang di Netplik." Ricky bersikap santai.

KOMPLEK SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang