Bab-16

8 1 0
                                    















Rehan menepuk bahu Jaka. Lengannya merangkul bahu lebar itu. "Gue mau setim sama lu buat ngawasin kelompoknya Aeri," ujarnya. Jaka mengernyit, "Si Suwan gimana? Dia kan yang setim sama Jaka."

"Santai. Gue tukeran posisi sama dia tadi." Alis Rehan terangkat seolah ia mengatakan untuk santai saja kali ini.

Para anggota osis terbagi menjadi beberapa kelompok berisi 2 anggota untuk menjadi pembimbing masing-masing kelompok. Kebetulan Rehan sekelompok dengan Leon, dia jadi mudah bertukar posisi dengan Suwan karena dua bestot itu tidak akan mudah terpisahkan.

"Kalo dah naksir niat bener," cibir Jaka. Anggap saja Rehan ini memang niat banget hanya untuk bisa terus dekat dengan Aeri.

Rehan hanya terkekeh. "Gue cuma mau kenal dia lebih jauh lagi dengan liat gerak-geriknya."

"Yah, itu udah niat berarti."

"I guess...?"

Jaka menggeleng maklum. Dia sudah biasa dengan sifat temannya yang akan sangat niat jika sudah menemukan sesuatu yang menarik. Entah Rehan ini melihat Aeri sebagai gadis yang memang disukai, atau hanya tertarik dengan kehidupannya. Yang penting jika sudah kelewatan batas. Dia yang akan pertama kali menghentikannya.

"Bang Jak, kapan ini berangkatnya?" Ricky menusuk-nusuk punggung Jaka dengan jari telunjuknya. Dia dari tadi sudah menunggu selama 3 menit setelah berkumpul dengan kelompoknya, tapi si pembimbing mereka tak juga kunjung datang.

"Oh, iya, iya." Jaka melangkah diikuti Rehan untuk bergabung dengan kelompok Thousand Winter, alias nama kelompok mereka sekarang.

"Eww, siapa yang kasih nama norak ini? Seleranya jelek banget," komentar Rehan sarkas. "Jahat, Bang. Gue yang buat itu. Dasar kakak akhlakess." Jafar meninju kecil lengan kakaknya. Rehan hanya mengedik. Kini matanya melihat Aeri yang sedang melamun menatap sesuatu.

Saat mengikuti arah pandang Aeri, ia jadi kebingungan melihat Aerin sedang berdiri bersama kelompok lain. Kenapa anak kembar seperti Aeri dan Aerin masuk ke dalam kelompok yang terpisah. Apa mereka sedang ada masalah?

Kelompok mereka mulai melangkah memasuki gerbang Keraton Jogja. Aeri mengikuti di barisan paling belakang, gadis itu hanya melamun sepanjang mereka melangkah. Rehan yang melihat itu mulai khawatir dan mengikutinya dari belakang. Memangnya apa yang gadis ini sedang pikirkan?

"Hei, Ri." Rehan mencoba mengguncang bahu Aeri. Sesuai pikirannya, Aeri tampak hampir terlonjak kaget dan mengusap dadanya.

"Lu mikirin apa sampek ngelamun gitu?"

"Gak ada..." Aeri menunduk. Jelas sekali dia mencoba menyembunyikan raut wajahnya sekarang.

"Karena lu gak satu kelompok sama Aerin? Lu merasa dia berkhianat?" terka Rehan asal. Biasanya dia begitu kalau dengan adiknya.

"Engga!" sargah Aeri seraya menggeleng. "Aku cuma khawatir, kalau selama ini Aerin gak sama aku gimana. Walau Aerin kulihat sudah punya temen baru, rasa khawatir dan gelisah ini masih tetap ada." Bibir Aeri menekuk, ia jadi semakin menunduk.

KOMPLEK SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang