Bab-14

5 1 0
                                    

Vomennya....












Sean mengintip dari balik buku kembali. Anak bungsu dari keluarga Nugroho tersebut sedang duduk di meja perpustakaan dengan buku yang ia gunakan untuk menyembunyikan kepalanya.

Dia berada di sini karena sedang mengikuti Toka. Gadis itu sedang duduk di dekat jendela. Sinar matahari yang menerobos masuk melewati jendela dan angin sepoi-sepoi menambahkan keindahan yang gadis Thailand itu miliki.

Tak sadar pipi Sean merona memandangi wajah rupawan milik Toka.

Toka yang sadar jika dia diperhatikan pun memandang balik Sean. Gadis itu mengerutkan keningnya heran. Keberadaan Sean yang diketahui Toka pun membuat pemuda itu semakin percaya diri. Sean mengedipkan satu matanya genit pada Toka. Tak habis pikir. Bisa-bisanya ada anak yang seperti Sean ketika lagi deket sama gebetannya.

Gadis itu semakin mengernyit heran. Apa lagi coba yang dilakukan kakak kelasnya ini?

Ia mencoba untuk meladeninya, karena Toka sering kali tidak peduli dan acuh terhadap sikap Sean tersebut. Mata dengan bulu mata lentik itu mengedip. Toka mengedipkan satu matanya dengan raut datar. Dia memang bukan ahlinya.

Tapi liat reaksi Sean. Laki-laki itu terlonjak kaget dengan semburat merah di pipinya. Sean mencengkram dadanya kala embusan napas terasa berat. Jantungnya berdegup kencang. Ia memalingkan wajah. "Gila, damage-nya gak main-main." Sean bergumam kecil nyaris menjerit kala jantungnya benar-benar dibuat dag-dig-dug serr....

Sesaat setelah menormalkan kembali kondisinya, Sean berbalik dan tak lagi menemukan keberadaan Toka di kursi tadi. "Yah, ilang deh." Sean mengembuskan napas berat. Kejadian tadi masih terngiang-ngiang di kepalanya hingga berkali-kali dia menjerit kecil seperti anak kesetanan.

💟💟💟

Danil berdiri di depan kelas dan meletakkan buku catatannya di meja guru. Pemuda berwajah manis sekaligus tampan itu membenarkan kacamatanya yang melorot di pangkal hidung sebelum pandangannya melihat semua teman-teman kelasnya.

"Karena dua minggu lagi akan diadakan LDK untuk seluruh kelas 10, dan satu kelas harus mengeluarkan dua perwakilan kelas dan satu pertunjukan untuk acaranya, ada yang punya ide dan saran?"

Salah satu murid mengangkat tangannya, "Gue pikir buat perwakilan kelas kita, kayaknya buat cowok Ricky cocok buat itu."

"Buat perwakilan ceweknya kalau gitu Aeri aja," sahut murid lain. Danil mengangguk-angguk dan beralih menatap Aeri. "Gimana, Ri?"

Pun Aeri hanya mengangkat bahunya acuh, "Ngikut aja, Ricky juga pastinya ngikut." Danil mengangguk kembali dengan senyuman kecil. "Untuk pertunjukkan yang akan kita keluarin?"

Kini giliran Jafar yang mengangkat tangannya semangat. "Drama! Pokoknya drama no bacot no kecot." Jafar berseru tak ingin pendapatnya digugat.

"I think that no bad." Kini Jeje yang menanggapi baik pendapat Jafar tersebut.

Setelah perundingan tersebut, akhirnya semua murid setuju untuk membuat drama tentang Cinderella. Kini mereka sedang mengocok botol berisi gulungan kertas-kertas kecil dengan isi tulisan peran-peran yang akan diambil acak oleh beberapa murid kelas.

KOMPLEK SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang