Bab-18

7 1 0
                                    





Hari terakhir LDK telah tiba. Alias hari pertunjukkan untuk penutup kegiatan LDK tahun ini.

Semua siswa-siswi berkumpul menjadi satu. Duduk di depan panggung yang ada. Danil maju ke depan panggung sebagai MC acara ini.

Aeri sibuk menghafal dialognya tanpa mempedulikan apa yang Danil katakan di depan sana. Sesekali ia memejamkan mata erat saat sedang berusaha mengingat.

"Sebelum acara dimulai, ayo kita buat games!"

Semua bersorak semangat.

"Nah, untuk satu kelas, masing-masing keluarkan dua murid untuk jadi perwakilan kelas. Lalu maju ke depan berdiri di samping gue."

Para murid kembali ribut untuk menentukan siapa saja yang akan maju ke depan. Ricky menyenggol bahu gadis yang terlalu fokus dengan kertas dialognya itu hingga ia sedikit terkejut.

"Ayo maju," ajak Ricky. Aeri hanya melontarkan kata 'hah' mendengar itu. Dia kan tidak mengerti karena tidak mendengarkan tadi.

Tanpa ba-bi-bu, Ricky langsung menarik lengan Aeri untuk maju ke atas panggung. Ikut berjejer dengan murid-murid yang lain.

"Wah, kerbau ikut juga ternyata." Hachi menyeletuk melihat Aeri berdiri berjejeran di sampingnya. Aeri menggulirkan matanya ke samping Hachi, di mana ada Rara di sana.

"Kita ngapain sih?" Aeri menoleh ke arah Ricky kembali. "Ikut games." Ricky membalas.

"Tenang aja, ada gue." Ricky menggenggam tangan Aeri menyalurkan rasa hangat agar setidaknya Aeri tidak terlalu gugup dan tenang.

"Woi, ngapain lo pegang-pegang!" Rehan yang ikut menonton pun berdiri dan menunjuk kesal ke arah Ricky. Sepertinya ia tak terima melihat skinship tersebut. Jaka yang ada di samping Rehan memotret pemandangan Ricky yang menggenggam tangan Aeri, lalu mengirimkannya ke roomchat Epul.

Biar makin nambah orang yang panas sudah. Pikir Jaka cekikikkan.

"Lepas tangan busuk itu atau bakal kumutilasi!" Aerin ikut berdiri dan tak terima. Adek posesif satu ini sepertinya siap mengamuk.

"Tahan, Rin. Astaghfirullah, pelan-pelan pak sopir." Mutia menarik-narik lengan Aerin agar gadis itu kembali duduk.

"Ah, sebagai teman, romantis sekali genggam tangan seperti itu." Danil tersenyum melihat apa yang membuat beberapa orang tadi heboh.

"Kalau gitu, gue bakal kasih tau tata cara dan peraturan permainannya di sini." Danil berdeham dan melanjutkan, "Kalian harus menentukan, siapa yang jadi penggendong dan yang digendong. Siapa yang paling lama bertahan, dia yang menang."

Murid-murid mulai bersorak senang dan bersemangat.

"Siapa yang gendong, aku?" Aeri menawarkan diri. "Bego kali kalo gue yang lu gendong," ungkap Ricky yang harga dirinya sebagai lakik dipertaruhkan kalau dia yang jadi digendong.

"Semoga kalah." Hachi tersenyum tipis dengan tatapan mengejek pada Aeri. Aeri mengepalkan tangannya kesal dengan sudut bibir yang berkedut. "Emosi gak sih dengerin dia?"

"Banget." Ricky yang membalas pun ikut kesal.

"Digendongnya ala bridal style, ya." Danil menambahkan. Hal itu membuat Rehan dan Aeri kembali panas. Tak lupa dengan Jaka yang sudah siap dengan ponselnya untuk ia kirim lagi ke kakaknya.

Tak ambil lama. Ricky menempatkan kedua tangannya di paha dan punggung Aeri, lalu mengangkat tubuh gadis itu hingga tak lagi menyentuh tanah.

"Wah, bangsat asu anjing!" Rehan sudah mengumpat berkali-kali.

Ckrek ckrek ckrek'

Jaka memotret momen itu berkali-kali dengan senyum puas di wajahnya.

"Wooohhhh!" sorakan semakin keras kala semuanya mulai menggendong pasangan masing-masing.

"Oh, gosh. Bikin kaget aja gendong tiba-tiba." Aeri menghela napas lega dan berpegangan pada kedua pundak lebar Ricky.

"Lu kelamaan kalo mikir." Ricky memutar bola matanya jengah.

"Apaan itu tangannya pegang-pegang?!"

"Caper lo?!"

"Lepas! Lepas!"

Beberapa siswi berseru dan berteriak marah. Sepertinya mereka salah satu dari komplotan penggemar Ricky.

"Tsk, harusnya gue yang maju kalo tau disorakin cewek kayak si Ricky." Jafar menekuk bibir setelah berdecak. "Hold on, bro. fans lu emang ada?" Jeje menutup bibirnya yang cekikikkan setelah menjahili Jafar yang langsung lesu dan muram.

Beberapa menit setelah ada beberapa tim yang gugur. Kini hanya tim Ricky-Aeri dan Hachi-Rara yang bertahan.

Rara dan Ricky sama sekali tidak bergetar dan sama-sama kuat menggendong beban yang mereka bawa di tangannya sekarang.

"Omg, apa ini? Pertandingan semakin sengit. Siapa yang akan jadi pemenangnya?" Danil jadi ikut heboh sebagai pembawa acara.

"Ngalah aja, kerbau."

"Nope, and never!"

Mungkin sudah kepalang kesal. Aerin melempar mainan kecoak ke arah panggung dan jatuh ke dekat kaki Ricky. Empu yang merasa dilempari pun menunduk dan seketika membelalak saat menemukan apa yang Aerin lempar.

"Aakhh! Kecoa!" Ricky memekik dan tak sengaja melempar Aeri dari gendongannya. Aeri yang merasa melayang dan hampir jatuh pun segera menyiapkan kakinya untuk mendarat. Untung saja bukan kepalanya yang jadi korban.

"Wahh, apa ini? Tim 10-D, kalah? Karena hanya tersisa 10-B, maka tim 10-B yang menang!"

Para murid dari kelas 10-B bersorak senang dan paling keras dari pada yang lain. Rehan dan Aeri mendesah lega. Setidaknya Aeri tidak terlalu lama digendong Ricky.

"Shit, tadi bagus. Lu hampir aja bertahan kalo gak teriak ketakutan kayak tadi." Hachi menghampiri Ricky dan Aeri. Ricky hanya mendengkus dan kembali ke tempat penonton.

"Kalau begitu ayo kita mulai acara pertunjukan ini dalam 15 menit lagi. Ready?"

Rehan menyilangkan lengan di depan dada dengan alis mengernyit tidak suka. Ingatan tentang Aeri yang digendong Ricky tadi masih lekat di benaknya dan membuat urat-urat pelipisnya menonjol.

💟💟💟

Epul menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang penginapan. Ia satu kamar dengan Yohan selama magang di sini. Ia langsung merebahkan diri di ranjang setelah mandi, dengan celana jeans-nya dan dalam keadaan shirtless.

Tetes-tetes air dingin masih menempel di tubuh maskulinnya. Lengannya ia letakkan di atas kening. Menghela napas kasar.

"Kenapa lesu gitu, gak dikasih makan?" Yohan tertawa kemudian mengalungkan handuknya di leher–hendak mandi.

Epul diam tak menjawab. Notifikasi ponsel terus berbunyi di atas meja di samping ranjangnya. "Tsk, shut up." Geram. Epul mengambil ponselnya malas. Saat melihat jika notifikasi pesan itu dari adik tersayangnya, ia langsung membuka foto yang dikirim oleh Jaka.

Matanya tiba-tiba membelalak lebar. Cengkraman pada ponselnya kian mengeras, seperti ponsel mahal di genggamannya saat ini bisa remuk kapan saja.

'Prangg!'

Epul melemparkan ponselnya membentur tembok hingga layarnya pecah berkeping-keping.

Yohan terkejut di tempat saat melihat Epul melemparkan ponselnya begitu saja hingga hancur. "B-bro, what happen?"

Epul mendengkus kencang sekali lagi dan mengacak rambut frustasi. Ingatan pada foto yang Jaka kirimkan tadi membuat sesuatu di dadanya panas dan penuh seperti ingin meledak.

"Bajingan...," umpat Epul berdesis.

KOMPLEK SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang