Bab 1

264 13 4
                                    

Brakk!

Bugh! Bugh!

"AKHH! Setan, pipi gua! Woy lah! Bisa nggak kalau mukul jangan di muka gua yang tampan ini, heh?!" Dia Ardan. Si paling kocak, paling jahil, dan paling narsis di kelompoknya. Bisa dibilang, dia moodboosternya.

"Bacot, lu! Suruh siapa lu ngeganggu gua tadi?!" Nah, yang ini Arka. Si paling tenang, tapi bakal seram kalau lagi marah, dan dia selalu jadi korban kejahilan Ardan.

"Yaelah, cuma gitu doang. Biasanya juga kagak ngapa-ngapa." Ardan membela diri.

"Iye, biasanya juga gini, 'kan? Lanjut, Ka! Bantai aja tuh si Ardan!" Nah, yang ini si paling kompor. Paling suka lihat sahabat-sahabatnya baku hantam. Sebut saja dia, Ghifary.

"Jangan kompor, Fary!" Nah, kalau yang ini Nizam. Si paling Kalem. "Udahan lu berdua. Nggak capek apa berantem terus?"

"Tau nih si Arka, main pukul aja. Gua kan cuma bercanda." Ardan mengelus pipinya yang masih sakit akibat pukulan Arka tadi.

"Bercanda lu nggak lucu! Gua itu lagi tidur, Ardan. Malah lu kagetin. Kalau gua serangan jantung terus lewat, gimana sama Emak gua ntar?!" ucap Arka sambil mengelus dada. Percuma meladeni Ardan dengan emosi, tidak akan ada habisnya.

"Ya, kalau lu lewat, tinggal kubur aja. Ntar gua yang gantiin lu jadi anak Emak lu," jawab Ardan santai.

"Abis itu giliran lu yang gua kirim ke akhirat!" Ini dia si mulut pedas. Sebut saja dia, Nanda.

"ASTAGHFIRULLAH! KAGET GUA," teriak Ardan.

"Berisik." Hanya satu kata, tapi berhasil membuat Ardan menutup mulutnya. Dia si paling moodyan. Kadang ramah, kadang cuek, kadang juga dinginnya kayak kulkas dua pintu. Sebut saja dia Arial.

Ardan mendekati Nanda. "Kenapa dia?" bisiknya.

"Biasa," jawab Nanda. Ardan hanya membulatkan mulutnya saja. "Besok jangan lupa pada ngumpul di basecamp," lanjut Nanda.

"Ada apa emang? Cobra bikin ulah lagi?" tanya Arka.

"Bukan. Ini lebih penting daripada itu. Gua masih belum tau ini ada kaitannya sama Cobra atau enggak. Tapi besok semua bakal jelas. Jadi jangan lupa buat datang. Ingat, kalian itu *Inti Raksaka,*" jawab Nanda sambil menatap keempat temannya.

"Gua mana pernah nggak datang. Itu tuh, si Ardan noh! Suka bolos pertemuan karena ngurusin cewek-ceweknya," ucap Arka sambil menunjuk Ardan dengan dagunya.

"HEH! Sembarangan lu! Kagak ada, ya. Jangan percaya, Al. Gua baru sekali kagak datang. Itu juga karena nganterin Emak gua ke pasar," ujar Ardan membela diri.

"Bohong tuh, Al. Bohong," kompor Ghifary.

"Lu berdua bisa diem, kagak? Atau mau gua sumpel mulut lu berdua pake sempak Momon?" ancam Nizam.

"Meow!" Momon yang merasa terpanggil pun menyahut.

"Udah, pokoknya jangan sampe nggak datang. Karena ini itu nyangkut Raksaka." Nanda menengahi.

Arial mendatangi teman-temannya setelah mengistirahatkan pikirannya sebentar. "Kali ini gue nggak terima toleransi apapun. Penghianat, tetap penghianat!" ucap Arial tegas.

Kelima Inti Raksaka itupun mengangguk. Saat sang ketua sedang serius, tidak akan ada yang bercanda. Karena jika menyangkut Raksaka, sang ketua atau Arial akan sangat sensitif.

Raksaka adalah sebuah kelompok yang didirikan oleh Arial Giovandra untuk menjadi keluarga keduanya. Raksaka bukan hanya sekadar kelompok biasa. Mereka sangat menjunjung tinggi kesetiaan dan kebenaran. Walau kadang, mereka tak taat aturan karena memang diharuskan.

RAKSAKA NAGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang