Bab 14

24 2 0
                                    

Hari ini Ospek kedua mereka. Dikarenakan cuaca mendung melanda, jadi mereka dimasukkan ke dalam kelas dan dibagi menjadi beberapa kelompok. Ntah takdir atau nasib sial. Empat sekawan, yaitu Ardan, Arial, Arka, dan Nizam ada di dalam kelompok yang sama. Ditambah dengan beberapa orang lainnya.

"Oke. Kelompok sudah dibagi, jadi kalian harus kerja sama untuk mengerjakan dan menuntaskan tugas yang diberikan. Waktunya sampai nanti malam jam sembilan tepat," jelas kakak tingkat yang memberikan arahan.

"Bisa dimengerti?!" tegas sang kakak tingkat.

"Mengerti, Kak!" jawab mereka serempak.

"Oke, tugas kalian dimulai dari sekarang!" instruksi pembimbing mereka.

"Buset, dah. Ini kakak tingkat ngadi-ngadi atau gimana?" celetuk Ardan.

"Tau nih. Apaan tugas anak kampus begini," sahut Arka.

"Namanya juga seru-seruan. Nikmatin aja lah," ujar Nizam. Si paling positif thinking memang.

"Ya kali, Zam. Masa disuruh nangkep serangga, sih? Kayak bocah, ihh!" keluh Ardan.

"Lah, dari pada lu disuruh nyari kecebong di got, pilih mana?" ujar Arial.

"Ya ... ya serangga, sih. Tapi ya ... aelahh, kayak nggak ada yang lain aja!" misuhnya.

"Udah, lah. Yuk ke belakang kampus. Di sana ada lapangan, pasti banyak serangga," ucap salah satu teman kelompok mereka. Rio namanya.

Mereka pun berjalan ke belakang sekolah untuk mencari serangga yang sudah ditentukan oleh pembimbing aka kakak tingkat mereka. Sesampainya di lapangan belakang.

"Uwahhh. Luas banget ni lapangan. Mana sejuk lagi, banyak pohon. Bakal jadi tempat nongkrong ini mah," celetuk Ardan.

"Belum-belum lu udah ada niat jelek," celetuk Yugo.

"Heh! Gua ini nggak ada niat jelek. Muka lu tuh yang jelek!" kesal Ardan.

"Sembarangan lu, muka kayak Taehyung gini dibilang jelek? Burem mata lu?" jawab Yugo yang ikut kesal.

"Taehyung apaan. Dilihat dari mananya? Lobang sedotan?" balas Ardan.

Perdebatan Ardan dan Yugo membuat gerah yang lain. Mau tak mau, harusnya salah satu dari mereka ada yang memisahkannya, bukan? Akan tetapi, kenapa mereka justru hanya melihat dan duduk seperti menonton drama? Akhirnya salah satu dari mereka berdiri untuk menghentikan perdebatan unfaedah mereka.

PLAKKK!

PLAKKK!

"Udah?!" tanya Arial datar.

"Udah," cicit Ardan dan Yugo. Digeplak sekali, mereka langsung diam. Bukan tanpa alasan mereka langsung nurut. Pasalnya aura yang dikeluarkan pelaku penganiayaan kepala mereka begitu gelap dan mengerikan.

"Udah, Al. Ngompol tuh anak dua ntar," celetuk Arka terkekeh. Ya, dia adalah Arial. Ketua dari Raksaka, dan sebenarnya kelompok mereka termasuk takdir. Karena sebagian besar dari mereka adalah anak-anak Raksaka. Walaupun mungkin para anggota tidak tahu kalau inti mereka ada di sekitar mereka. Termasuk Yugo dan Rio. Mereka anggota biasa, jadi mereka tidak tahu kalau keempat dari mereka adalah inti Raksaka.

"Hah ... udah, mulai. Bagi tugas. Lu berdua!" tunjuk Al pada Ardan dan juga Yugo. "Cari di sana. cari yang bener, awas kalau berantem lagi," tekannya di akhir.

"Iyaa, siap laksanakan!" ucap Ardan dan menarik Yugo ke area mereka.

"Kayaknya mereka itu sefrekuensi deh," ujar Nizam sembari menatap Yugo dan Ardan.

"Ya, mudah-mudahan aja dia nggak segila Ardan," celetuk Arka sehingga membuat yang lain terkekeh. Mereka pun mulai mencari di tempat yang sudah ditunjukkan oleh Arial.

RAKSAKA NAGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang