Bab 2

220 14 0
                                    

Ardan mendekati Arial dan menepuk pundaknya. "Pembahasan buat kegiatan bulan ini, mau ditunda dulu?" tanya Ardan.

Arial menarik napas panjang untuk merilekskan dirinya. Lalu ia bangkit dan mendatangi teman-teman beserta anggotanya.

"Gua tau kalian masih belum bener-bener tenang karena masalah tadi, tapi ini kegiatan bulanan yang wajib kita lakuin. Jadi siap nggak siap, kita diskusi sekarang."

"Ardan!"

Ardan yang dipanggil langsung mendatangi Al dan meletakan laptopnya di atas meja, lalu menyambungkan ke proyektor agar semua anggota bisa melihat saat ia menjelaskan.

"Oke. Sama seperti bulan-bulan sebelumnya, kegiatan Amal kita kali ini masih di daerah Jakarta," ucap Ardan sambil menunjukkan tempat yang akan menjadi target mereka untuk melakukan kegiatan amal bulan ini.

"Lokasi tepatnya ada di Desa Kebun Jeruk Purut. Gua udah telusuri, di desa itu kekurangan air dan juga makanan pokok ...

... Ah, gua nggak tau ke mana pemerintah sampe rakyatnya bisa kekurangan makanan begitu," gerutu Ardan.

"Ekhemmm!"

"Oke-oke, lanjut. Jadi kita bakal pergi ke sana untuk ... ya paling tidak membantu mereka sedikit supaya nggak terlalu susah buat nyari air dan pangan untuk waktu yang nggak bisa di tentukan juga sih," lanjut Ardan.

"Untuk lebih lanjutnya, kita bakal langsung datang ke sana untuk ngeliat situasinya. Jadi kita bisa lebih efektif buat ngerencanain apa yang harus kita lakukan kedepannya," sambung Ardan lagi.

"Dan selanjutnya ... silakan Pak Ketu. Waktu dan tempat, Ardan persilakan,"ucap Ardan.

"Semua udah di sampaikan sama Ardan. Jadi keputusannya tinggal di kalian. Gua nggak akan maksa kalian semua buat ikut. Karena gua tau, ada yang lagi ujian juga kan?" tanya Arial.

Mereka semua mengangguk.

"Buat yang lagi ujian, kalian dilarang buat ikut. Kelas dua belas, kalian boleh ikut, boleh juga enggak. Berhubung kita juga udah deket Try Out, jadi gua nggak maksa buat anak kelas dua belas buat ikut. Itu terserah kalian, asal kalian bisa bertanggung jawab sama tugas kalian. Kalau misalnya nggak sanggup, mending jangan ikut. Paham?!" ujar Arial tegas.

"Bang!" panggil Dika. Salah satu anggota Raksaka dari kelas sepuluh dan termasuk paling muda di antara anggota yang lain. "Gua juga mau ikut! Kelas sepuluh lagi kosong minggu depan. Boleh ya, Bang?"tanya Dika antusias.

"Heh, bocil! Lu kagak boleh ikutan. Bukannya apa-apa. Kita di sana bukan dua tiga hari. Kalau lu ikut, yang ada Mami lu ngikut ntar," ujar Arka.

Dika cemberut.

"Arka bener, Dik. Lu nggak boleh ikut. Kasian Mami lu ntar khawatir sama lu. Lu jaga aja ni basecamp. Kalau ada yang nyusup, habisi. Jangan kasih ampun. Paham?!" jelas Nanda.

"Oke lah, Bang. Gua terima perintah buat jaga rumah kedua kita. Serahin ke gua. Dijamin aman," ucap Dika percaya diri.

"Wahhh! Bocilnya Raksaka udah gede," seru Ardan menggoda. "Jangan masukin cewek ke basecamp loh ntar," lanjutnya menggoda Dika.

"Kagak lah. Apaan dah Bang Ardan," ucap Dika sedikit malu.

"Halah! Malu-malu tai ayam lu!" kata Ardan lagi.

"Ardan!" tegur Arial.

"Visss Pak Ketu. Sok atuh dilanjutkan," Ardan cengengesan. Arial hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya itu. Sedangkan yang lain hanya terkekeh kecil melihatnya.

"Jadi paham, ya? Gua nggak maksa. Tapi yang mau ikut, ntar ke Nanda aja biar di data. Gua rasa itu aja. Kalian boleh bubar," ucap Arial mengakhiri pertemuan.

RAKSAKA NAGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang