Seorang pemuda berjalan pelan menuju parkiran sekolah. Terlihat tidak ada semangat dalam dirinya. Teman-temannya yang mengikutinya dari belakang justru malah tertawa melihatnya begitu sedih.
"Dan! Udah, dong. Masa gitu aja nangis lu," ucap Ghifary.
"CK! Diem, ah. Gua nggak mood ngomong sama kalian," ketusnya.
"Dih! Eh, Dan. Berarti emang nggak jodoh. Ikhlasin aja udah," ujar Arka.
"Ya nggak bisalah. Enak aja disuruh lupain. Gua itu capek merjuanginnya," ucapnya.
"Dan! Udah, dong. Entar gua kasih punya gua dah, ya?" rayu Arka.
"Issh! Lu semua ngerti nggak, sih? Ini bukan soal gua bisa dapat lagi atau nggak, tapi ini soal perjuangan yang gua lakuin buat itu uang dua puluh ribu. Gua udah capek-capek seret kalian. Udah panas-panasan juga ngegol-in sampe menang. Eh, itu duit malah ilang lagi. Sakit hati gua. Harusnya mah gua bisa beli baso dua mangkok itu," jelasnya kesal.
Pasalnya saat pertandingan sepakbola yang mereka lakukan tadi, tim Ardan menang dan mereka mendapat masing-masing dua puluh ribu. Entah bagaimana ceritanya uang yang harusnya ada di saku bajunya itu hilang begitu saja.
"Coba lu inget-inget. Di mana lu letakinnya tadi," saran Nanda.
"Tadi gua letakin di kantong baju. Tapi sekarang nggak ada," ujarnya.
"Emang tadi abis tanding lu ke mana aja? Sapa tau jatoh di sekitaran situ," ucap Arka mencoba membantu Ardan untuk mengingat kembali jalan yang dilaluinya.
"Tadi abis tanding gua kan ke toilet. Nah terus pas gua mau balik, gua haus. Jadi gua ke kantin dulu kan. Nah, gua beli minum dah tuh. Habis itu pas gua mau balik gua liat ada tukang cilok. Gua beli dah. Habis itu gua balik," jelasnya.
Mereka semua tertawa, tapi juga kesal pada Ardan. Pasalnya temannya ini bodoh atau emang oon, sih?
"Gua tanya deh, lu beli minum harganya berapa?" tanya Arial.
"Lima ribu," jawab Ardan.
"Terus cilok beli berapa?" tanyanya lagi
"Eumm, lima belas ribu," jawabnya lagi.
"Lu beli ngambil uang dari mana?" sekali lagi Arial bertanya.
"Dari kantong Baju ....
... hehehehe lupa. Udah habis ternyata, ya?" ucapnya baru sadar. Ardan menggaruk kepalanya. Dia sendiri bingung kenapa dia bisa lupa kalau uang itu sudah habis dia jajankan.
"Haelah. Kita nggak pulang-pulang cuman buat nyari uang yang udah dijajanin," gerutu Ghifary.
"Hehehehe, ya maaf. Namanya juga manusia kan ada lupanya," cengir Ardan.
Mereka geleng-geleng kepala saja. Sudah terlalu lelah dengan tingkah absurd temannya itu.
"Pulang hayuk lah!" ajak Ardan dan langsung menaiki motor Arka.
"Ka, cepetan! Lama banget dah," serunya tak sabar.
"Perasaan dia yang bikin kita lama pulang. Kenapa jadi dia yang marah-marah," celetuk Ghifary.
"Kayak nggak tau dia aja. Udah yuk balik," ucap Arial. Mereka pun meninggalkan area parkir sekolah yang sudah tidak ada orang lain selain mereka. Pasalnya sekolah sudah bubar dari dua jam yang lalu.
#####
Arka memarkirkan motornya di depan rumah.
"Sepi banget rumah lu, Ka!" tanya Ardan.
Ya, Ardan ikut ke rumah Arka. Karena katanya ingin main. Dia mengatakan emaknya sedang tidak ada di rumah, jadi tidak ada yang menyambutnya datang. Karena itu dia meminta dibawa ke rumah Arka saja. Toh, kalau dia nanti ingin pulang, tinggal jalan saja ke sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKSAKA NAGANA
AcciónRaksaka NAGANA adalah sebuah kelompok yang didirikan oleh Arial Giovandra untuk menjadi keluarga keduanya. Raksaka bukan hanya sekadar kelompok biasa. Mereka sangat menjunjung tinggi kesetiaan dan kebenaran. Walau kadang, mereka tak taat aturan kare...