"Adek dimana?" Tanya Mamah kepada Salsa di telponnya.
"Di kampus Mah, kenapa?" Jawab Salsa seadaanya.
"Kamu bisa jengukin Teteh nggak? Kenapa Teteh nggak masuk kerja, ini orang kantor di nelponin Mamah sama Papah, dikira nya kita tinggal bareng" Ujar Mamah dengan nada khawatir.
"Aku hari ini full Mah, terus malemnya ada rapat sama organisasi. Nggak bisa" Salsa sudah menduga. Tetehnya pasti shock dengan pertengkaran mereka semalam. Tapi Salsa juga butuh waktu lebih untuk memulihkan kewarasannya.
Menghadapi Karina saja sudah bimbang, apalagi menghadapi Saudara kandungnya sendiri.Salsa jelas terlibat diantara mereka. Dan Salsa pusing bagaimana menyelesaikannya.
"Sempetin Dek.. takutnya Tetehmu kenapa-napa. Ini Mamah udah nelponin dari tadi nggak diangkat terus. Kemana yah dia?!"
"Lagi nggak pegang hape kali Mah. Nggak usah negative thinking atuh" Salsa habis bertengkar? Lalu disuruh menjenguk keadaan Sabrina?? Rasanya Salsa benar-benar tidak punya malu.
"Tapi perasaan mamah nggak enak. Dari semalem sih emang kepikiran terus sama kalian berdua. Kenapa yah Dek?!"
"Mah aku mau makan. Nanti lagi nelponnya yah?!" Salsa membuat alasan.
Feeling Mamah nya benar. Salsa mengakui itu.
****
Naas. Nathan tidak berhasil menunggu Sabrina di depan pintu. Karena Sabrina tidak kunjung keluar dari apartemennya.
Sudah jam 10 pagi. Dan sangat mustahil Sabrina akan berangkat kerja di atas jam itu.
Nathan akhirnya masuk ke apartemen Tian. Berharap Sabrina baik-baik saja.Nathan pergi menuju balkon, siapa tahu Sabrina sedang sarapan atau duduk santai di balkonnya. Tetapi juga tidak ada.
Habis cara. Nathan sangat frustasi sekarang.
****
Bel berbunyi. Sabrina menuli. Anggap saja ini sebagai pemulihan diri. Sabrina merasa energi di tubuhnya tidak cukup lagi untuk bertahan.
Pulang ternyata bukan opsi yang bagus dari patah hatinya, dari semua masalah yang ia dapat di Korea.
Andai saja..
Andai dia lebih ramah..
Andai Sabrina bisa melunak pada hierarki yang ada di kantornya, mungkin saja dia bisa menjadi bagian dari jajaran atas di usia ini.Bel berbunyi sekali lagi. Lalu berkali-kali.
"Teteh! Buka!!" Suara teriakan dari luar.
Sabrina terus terbaring di sopa menghadap jendela besar nan terang karena matahari terik.
"SEENGGAKNYA ANGKAT TELPON MAMAH! MAMAH NELPONIN SALSA TERUS.."
"JANGAN NGELIBATIN ORANG LAIN LAGI SAMA MASALAH INI TEH. CUKUP AKU SAMA TETEH AJA"
Sabrina sengaja mematikan daya handphone nya.
Semua orang, tanpa terkecuali. Tidak bisa mengganggunya sekarang.-----
Salsabila akhirnya pergi. Satu jam lebih, tidak membuahkan hasil berdiri di depan pintu apartemen Tetehnya. Sementara Salsa pergi. Pintu apartemen Tian terbuka. Nathan sedari tadi berusaha mendengar apa yang terjadi pada Sabrina.
Jadi Salsa adiknya Sabrina?
Nathan benar-benar tidak menyangka dengan semua ini. Setahunya, Salsa adalah sahabat Karina. Bagaimana bisa??
Lalu Nathan akhirnya mengerti, mungkin saja Sabrina semalam menangis karena bertengkarnya dengan Salsa. Melihat bagaimana tanggapan Salsa di depan Apartemen Sabrina.*****
Nathan secara berkala membuka pintu utama. Berharap ada suara pintu terbuka lainnya di unit sebelah.
Jam sudah menunjukan pukul tiga sore. Dan Sabrina tidak melakukan aktivitas apapun di luar apartemennya. Nathan semakin risau. Tetapi ia terus mencoba tenang dengan melakukan berbagai aktivitas di dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget You
FanfictionSabrina berpikir bahwa perpisahan adalah hal yang biasa untuk sepasang kekasih, mereka akan kembali bersama jika Sabrina terus mencintai kekasihnya yang dulu. Tapi, kenyataan yang ada membuat Sabrina menyesali keputusannya untuk berpisah dua tahun y...